BAB 36

333K 25.3K 2.2K
                                    

Saturday - Rebecca Black

BAB 36

RATU sudah berkali-kali menyeka keringatnya sejak menginjakkan kaki di rumah Ladit. Ralat, mansion yang cukup untuk membesarkan sepuluh anak. Ratu tidak tahu apakah keluarga Ladit memiliki banyak anak atau cowok itu anak tunggal.

Sesampainya di sini, Raja menuntun Ratu ke taman di halaman belakang dimana pesta BBQ berlangsung. Menuntun dalam kata ini bermaksud harfiah karena Raja memang menggenggam tangannya. Ratu heran dengan genggaman ini seharusnya ia sudah melayang.

"Raja dan Ratu," ucap Ladit sarat akan makna, "Gue seneng kalian datang."

Di belakang Ladit, Resta dan Edo membentuk seringai lebar. Bila mereka orang asing, sudah pasti Ratu menganggap keduanya gangster kelas ikan teri.

"Halo ...," Raja tampak bingung dan terkejut.

"Jadi ini Raja dan Ratu!" pekik seorang cewek dengan wajah penasaran, dia muncul dari balik punggung Ladit. Perawakannya sudah umur dua puluhan, namun tingkahnya seperti adik perempuan Ladit.

"Kak Lariss! Ssht," bisik Ladit penuh konspirasi.

Cewek bernama Larissa itu terkekeh geli sambil melenggang pergi. Di mata Ratu itu cukup aneh mengingat dirinya tidak pernah mengenal cewek itu. Tiba-tiba muncul dan menyebut nama mereka berdua, itu cukup menyeramkan.

"Lo kayaknya banyak cerita ke sodara-sodara lo," gumam Raja membuat Ladit guugp seketika.

"Ah, gue cuma bilang ada pasangan dari kerajaan Eddenick dateng ke pesta BBQ ini," tentu ucapan ngawur Ladit membuat Raja dan Ratu saling menatap. Pasangan kerajaan? Darimana—

Oh.

Raja dan Ratu.

Sontak pipi mereka bersemu merah.

"Enjoy the party," kata Resta dan Edo bersamaan.

Ratu yakin semua ini skenario. Tapi dilihat dari wajah polos Raja, cowok itu tidak mengerti apa-apa.

Setelah mereka pergi dengan tawa gila mencurigakan, Raja berkata, "Gue ambil minum dulu."

Ratu mengeratkan genggaman mereka, "Gue ikut."

Sesaat ada binar terkejut sekaligus canggung di mata Raja. Tapi cowok itu berhasil menguasai diri dan menuntun Ratu ke meja minuman soda berada.

"Fanta favorit lo, 'kan?" tanya Raja begitu dia mengambil minuman soda berwarna merah untuk Ratu.

Ratu tidak menerimanya, dia malah bertanya kepada Raja. "Lo ngerasa ada yang aneh, nggak?"

"Aneh ... apa?" tanya Raja.

Entah Raja berpura-pura polos atau memang polos. Hanya saja ada keinginan besar Ratu untuk mencium Raja ... dengan sandal jepit.

"Kelakuan mereka," bisik Ratu, "Ayo kita tengok ke sekitar."

Raja dan Ratu serempak menengok ke sekitar mereka. Orang-orang asing ini kepergok melihat mereka berdua, tapi tetap membuang muka ke arah lain seolah tidak terjadi apa-apa. Benar-benar mencurigakan. Ratu seperti berada di kandang macan yang siap-siap menerkam mereka berdua. Hanya menunggu waktu yang pas saat keduanya lengah.

"See? I told you," ucap Ratu, "Kita harus pu—"

"Raja!" panggilan itu membuat ucapan Ratu terpotong. Seorang pria paruh baya yang cukup mirip degnan Ladit itu mendekat ke arah mereka. "Anak saya cerita banyak tentang kamu. Katanya kamu suka basket, saya juga lho. Mau main di lapangan? Teman-teman saya ada di sana."

Tampaknya Raja ingin menerima ajakan itu secepatnya. Tapi dia melihat Ratu dan menggeleng pelan, "Maaf, Om. Saya harus jagain Ratu."

Ratu tidak meleleh. Oke dia meleleh ... sedikit, sedikit banyak.

"Oh! Ratu," celetuk pria itu dengan wajah terkejut yang dibuat-buat, "Kenalin, Om Seth. Kamu juga bisa ikut kok sama Raja kalo kamu mau."

Dengan cepat Raja menyergah, mengerti bahwa Ratu akan bosan setengah mati. Namun Ratu memotong sergahan Raja sambil tersenyum.

"Saya nggak masalah nemenin Raja main basket, Om."

"Tapi, Rat ...."

"Nggak apa-apa, Raja."

Pandangan Raja melunak. Dia membuang muka lalu tersenyum tanpa Ratu bisa melihatnya.

"Kalo gitu ayo ke lapangan," sahut Om Seth, memimpin di depan. Begitu dia berpapasan dengan Ladit, ia melayangkan tatapan tajam yang berkata, kamu bener-bener hutang budi sama Papa, Dit. Kamu sudah melibatkan Papa di projek Mak Comblang ini.



R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang