BAB 34

343K 26.3K 2.7K
                                    


Cinta dan Rahasia – Yura

BAB 34

Hari berganti menjadi sore saat Raja selesai bersiap-siap ke rumah Ladit. Tadi, dia tak sadar terlelap di meja belajarnya setelah membuat puisi. Puisi menyedihkan yang baru selesai empat baris.

Raja telah siap, ia mengenakan kaus abu-abu dengan atasan kemeja merah kotak-kotak tidak dikancing. Sementara bawahannya ia memakai ripped jeans-nya yang biasa. Begitu Raja turun dari lantai dua, dia terkejut melihat Ratu duduk di sofa sambil mengunyah berondong jagung. Rambut Ratu dicepol menjadi satu, di sisi kirinya terdapat mangkuk makanan sementara sisi kanan dia memeluk boneka beruang besar milik Raja semasa kecil. Sontak Raja merasa pemandangan itu lebih menarik dibanding gadis dengan gaun hitam.

"Kok lo di sini?" tanya Raja ketus, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya.

Kunyahan di mulut Ratu terhenti, kini mata bulat perempuan itu mengarah ke atas. Tepatnya ke arah mata Raja.

"Kak Reon lembur," jawab Ratu pendek.

"Trus?"

"Dititip disini."

Raja berdecak jengkel. Kenapa Ratu dititip di sini saat dia ingin pergi?

"Budhe Ratih mana?" tanya Raja lagi.

"Udah pulang barusan."

"Aduh ....," Raja menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu melirik jam tangannya. Bila Raja tetap di sini, bisa-bisa dia telat. Namun dia sendiri tidak bisa meninggalkan Ratu seorang diri.

"Lo mau pergi? Ya udah pergi aja, gue jaga rumah," simpul Ratu singkat.

Raja menatapnya tajam, "Gue harus jagain lo. Cepet ganti baju sana, kita berangkat bareng."

Kali ini ada binar kaget dari mata Ratu, seolah dia tidak menyangka Raja akan mengatakan hal seperti itu.

"Lo ngajak gue pergi?" tanya Ratu harap-harap cemas.

"Kind of, soalnya di rumah lo bakal sendiri dan—"

Ucapan Raja terhenti karena Ratu segera berdiri dan memeluk Raja sekuat tenaga. Menerima penyerangan ini, Raja membeku dengan kedua tangan menempel di sisi tubuhnya—tidak membalas pelukan Ratu. Dalam pelukannya, gadis itu tertawa riang.

"Ya ampun, senengnya! Akhirnya diajak jalan setelah lama bete di rumah. Tau nggak sih, Ja, gue bete Kak Reon pergi ...."

"Ng-nggak usah pake acara peluk," desis Raja terbata-bata.

Bagai tersambar petir, Ratu langsung melepas pelukannya dari Raja. Dia mengangkat kedua tangannya dengan wajah merah padam, "Ups."

"Sana ganti baju yang bener," ucap Raja dingin.

Raja membuang muka. Tanpa mengucapkan satu katapun lagi, dia keluar rumah dan menunggu di teras. Degup jantungnya berlarian, saling mengejar dan tumpang tindih. Wangi mawar dari tubuh Ratu melekat di baju Raja, membuat cowok itu menggeleng berkali-kali entah karena apa.

Sejurus kemudian, Ratu keluar dengan gaun bermotif floral selutut dengan rambut sebahunya diurai. Sungguh tidak serasi dengan kemeja Raja, namun setelah Raja pikir-pikir lagi, itu bukanlah masalah.

Di perjalanan ke rumah Ladit, sesekali Ratu melirik ke arah Raja. Tapi ketika Raja menangkap lirikan itu, Ratu malah mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ketiga kalinya Ratu melakukan itu, Raja dengan jengkel menyalakan radio, mengisi kesunyian di antara mereka berdua.

I'll be there to save the day

Superman got nothing on me

Baru dua baris lagu itu diputar, Ratu langsung menyambar, "I'm only one call away."

Raja menaikkan satu alisnya, "Lo tau lagu ini?"

Ratu mengangkat tangan, mengisyaratkan Raja untuk tutup mulut. Lalu setelah dentingan drum yang cukup dramatis, Ratu ikut bernyanyi dengan radio. "Call me, Baby, if you need a friend. I just wanna give you love, cmon, cmon, cmon."

Gadis itu terus bernyanyi hingga lagu selesai, dan tanpa Raja sadari, selama itu pula ia tersenyum.

"Mampir ke kafe dulu, ya," ucap Raja sedikit lembut dibanding biasanya.

"Gue dibeliin nggak, nih?" tanya Ratu jahil.

Raja hanya mengedikkan kedua bahu dan membawa mobilnya ke salah satu kafe terdekat. Cowok itu menyuruhnya untuk menunggu di mobil. Meski sebenarnya Ratu ingin ikut dan membeli sendiri. Bisa saja, 'kan, di sana Raja malah membeli untuk dirinya sendiri.

Raja Pelit.

Tapi dugaan Ratu musnah melihat Raja membawa dua cup Caramel Macchiato. Dia membuka pintu mobil dengan susah payah, membuat Ratu menjulurkan tangannya untuk membuka pintu. Raja menunduk dan menyodorkan salah satu cup.

"Nih, buat Ratu. Caramel Machhiato yang biasa, 'kan?" tanya Raja kasual.

Bahkan Raja tahu minuman favoritnya.

Ratu menerima minuman itu dengan bibir terkatup rapat. Setelah sadar seharusnya ia berterimakasih, Ratu mengucapkan dua kata itu dengan lirih. Raja hanya tersenyum dan mengacak rambutnya.

Mobil tetap berjalan menuju rumah Ladit, teman Raja. Namun Ratu malah berharap mereka pergi jauh dari dunia.

Ratu tidak sanggup untuk menutup hatinya terlalu lama untuk Raja.

Dan Raja berhasil masuk, semudah itu.

A.N (ini cukup penting)

Hai! Apa kabar?

Hari ini gue nawarin naskah Raja dan Ratu ke Best Media (penerbit novel A), lalu diterima.

Waduh, harus buru-buru ngelarin.

Gue nanya dong bisa diselesaikan di sini dulu? Seperti yang gue duga, langsung dibuat jadi novel aja. Gue tawar-menawar sama pihak sana dan YAY! Raja dan Ratu bisa dilanjut sampai BAB 55.

Sebelumnya ... gue mau bilang maaf karena janji itu nggak bisa gue tepatin. Karena gue sendiri masih ragu buat nerbitin indie (mengingat umur gue ini). Tapi gue bener-bener seneng sama response kalian kemarin, you mean a lot to me, Guys. Thanks for everything, every single moment we've been through. Gue jarang mengekspresikan perasaan gue yang sebenernya, ke temen-temen deket gue aja jarang, tapi kalo gue boleh berkata, gue nggak bisa sejauh ini tanpa kalian.

Cheer and Loud,

Wulan

:)



R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang