BAB 23

408K 27.1K 835
                                    

Sorry - Justin Bieber

BAB 23

HARI ini Reon tidak lembur. Maka dari itu, Reon menjemput Ratu pulang sekolah. Hal ini tentu patut Ratu syukuri karena mempermudahnya menghindari Raja.

Sungguh Ratu kelabakan melihat Raja tiba-tiba ada di kelasnya. Apalagi ketika Raja memanggil nama panjang Ratu untuk pertama kalinya. Rasanya Ratu harus berpegangan erat pada sesuatu untuk menahannya terbang.

"Ratu, my sweet little girl," sapa Reon lebay ketika mereka bertemu di tempat parkir, "ya ampun adik Reon udah segede gini. Gimana hari pertama sekolahnya?"

Ratu mengikuti permainan konyol kakaknya. Dia memeluk leher Reon singkat, lalu bercerita dengan semangat menggebu-gebu.

"Ya ampun, Bang! Aku grogi banget. Tadi di kelas aku dikasih permen Milkita karena jawab pertanyaan Ibu Guru," cerita Ratu, matanya berbinar, "aku juga digebet sama temen sekelas yang imut."

"Bagian yang 'digebet' itu boong, kan?" tanya Reon kelabakan.

Ratu terkekeh dan memukul pelan bahu Reon. Seorang kakak tetaplah seorang kakak, over protective.

"Maunya boong apa bener?" tanya Ratu sambil menaik-turunkan alisnya.

Mendengar pertanyaan itu, Reon cemberut. Sontak tawa Ratu semakin keras.

Ratu memanjat naik motor besar Reon. Mereka berdua meninggalkan pelataran parkir. beberapa siswi yang melihat Reon tampak terpesona. Bahkan berhenti berjalan. Reon menanggapi itu dengan cuek seolah tidak terjadi apapun. Ratu jadi bangga memiliki kakak semacam Reon.

Hembusan angin dingin sehabis hujan menelusup sela-sela sweter yang Ratu kenakan. Persis seperti dingin menusuk saat dirinya terpaksa mencampakkan Raja.

"Gimana sama Raja?" tanya Reon tiba-tiba begitu motor berhenti di lampu merah.

Ratu ingin menjawab bahwa hubungan mereka membaik setelah insiden peminjaman uang di kantin. Namun semua cerita menyenangkan itu hanya tertahan di ujung lidah, tidak tersampaikan.

Ratu memeluk Reon dan menaruh kepalanya di pundak kakaknya.

"Sama aja, nggak ada perubahan," jawab Ratu sambil memejamkan mata, kebiasannya bila berbohong. Kalau Reon sekarang melihat ekspresinya, jelas cowok itu tahu dirinya berbohong.

Reon menghela napas berat, "Raja cuma nggak suka komplotan rahasia. Ditambah, Abang dulu ketua komplotan. Konotasinya jelek banget di mata siapapun yang denger. Pasti Raja juga sentimen sama lo. Tapi gue yakin semuanya bakal berubah, Rat."

Ratu mengangguk, mencoba percaya. Dirinya mengingat saat Raja tahu Reon adalah ketua pertama komplotan rahasia. Cowok itu menjadi sangat sinis dibanding pertama kali mereka bertemu. Mungkin Raja mengira Ratu anggotanya—dan kenyataannya memang seperti itu.

Begitu sampai rumah, Ratu langsung bergegas ke kamar dan beristirahat. Ratu menghempaskan badannya di tempat tidur, membentuk bintang besar. Baru saja mata Ratu terpejam, satu pesan membuatnya terpaksa membuka mata. Ratu mengambil ponsel di saku roknya dan membaca pesan dari nomor tak dikenal.

Jum'at malam, rumah Karenina, dress code: Masquerade Ball.
—pertemuan pertama komplotan rahasia




R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang