BAB 8

495K 34.5K 687
                                    

My Gospel - Charlie Puth

BAB 8

SAAT Raja menyebut namanya, rasanya terdengar asing, namun familiar juga.

Kaki Raja bagai mati rasa saat dirinya berdiri di muka pintu kelas XI-IPA-A. Raja tidak mengerti alasannya, namun ia tidak peduli. Berdiri mematung di sini pun sudah cukup memalukan.

"Raja," suara merdu itu terdengar, memanggil namanya dengan pelan.

Tunggu, kenapa Raja jadi melankolis begini?

"Ayo pulang," ucap Raja sambil memutuskan pandangannya dengan cewek berwajah manis itu.

Cewek itu, Ratu, mengikuti langkahnya dengan patuh, tapi dia sama sekali tidak menyejajarkan langkahnya dengan Raja. Apa Raja berjalan terlalu cepat? Atau Ratu tidak mau berdampingan dengannya? Mengapa Raja kepikiran?

Sesampainya di tempat parkir, Raja mengambil kunci dari sakunya. Namun gerakan gugup membuat kunci tersebut jatuh. Suara gemerincingnya sangat nyaring karena keduanya saling terdiam.

Raja membungkuk, bermaksud mengambil kuncinya.

Saat bersamaan, Ratu membungkuk, bermaksud sama.

Jadilah kepala mereka berbenturan dengan suara yang cukup keras dan menyakitkan.

Raja mengumpat.

Ratu meringis.

Kepala Raja seperti terbelah dua, sedangkan Ratu ingin menangis saking perihnya.

"Maaf, Ja," ucap Ratu takut.

Raja hanya mengangguk.

"Gue aja yang ngambil," kata Raja, mengambil kunci tersebut.

Raja dan Ratu masuk ke dalam mobil, duduk, diam. Raja tidak mau melakukan apapun selain menyetir. Mungkin Ratu tidak mau melakukan apapun selain diam.

Di tengah perjalanan, Ratu tiba-tiba menyalakan radio. Sontak musik mengalun di dalam mobil yang sunyi. Sepertinya Ratu mengetahui lagu itu karena dia bersenandung pelan dengan kepala mengangguk.

Saat Raja mulai menyukai lagu itu, tiba-tiba Ratu mematikan saluran radio.

"Kenapa?" tanya Raja langsung.

Ratu menjawab, "Berisik."

"Oh," timpal Raja.

Mereka diam sepanjang perjalanan pulang.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang