-Tita POV-
Pagi yang cerah dibulan November. Hari senin yang membuatku malas bersekolah hari ini, I HATE MONDAY. Karena hari senin ini ada jam pelajarannya Bu Emil, Itu alasan yang merusak mood ku hari ini.
Bu Emil adalah salah satu guru disekolah yang sangat pelit senyum. Beliau juga tegas dalam nengajar dikelas. Dan ketegasannya itulah yang membuat murid-murid disekolah ini sangat takut padanya.
"Itu tadi penjelasan mengenai materi kita untuk hari ini, apa ada yang belum mengerti?" tanya Bu Emil.
Tidak ada satu murid pun yang menjawab pertanyaannya, termasuk aku. Aku berharap waktu segera cepat berlalu agar pelajaran ini segera berakhir.
"Tita, kamu kan sudah mengerti. Coba sekarang kamu kerjakan soal dipapan tulis!" pinta Bu Emil kepadaku.
Sepertinya jantung ini akan segera lepas dari tubuhku. Kenapa Bu Emil hanya menyuruhku? padahal ada yang lebih pintar dariku dikelas ini. "Tapi bu, saya-" belum selesai aku bicara tapi Andien, teman sebangku ku itu menyuruhku untuk maju dan mengerjakan soal itu. Dengan ragu aku maju kedepan kelas dan mencoba mengerjakan soal itu tapi sungguh aku sama sekali tidak mengerti rumus aneh di papan tulis itu.
Pemahamanku tentang matematika memang masih kurang. Setelah beberapa menit berdiri seperti patung didepan papan tulis dan mati gaya pastinya. Masa seorang Tita bisa mati gaya didepan kelas? Apa kata temen-temen sekelas? Pasti mereka menertawakanku.
Seperti dugaaku, bu Emil menyuruhku untuk keluar kelas karena aku tidak mampu menjawab soalnya. Dan ini ketiga kalinya aku dikeluarkan dari kelas dengan mata pelajaran yang sama. Bu Emil memang mempunyai cara tersendiri untuk mengajar murid-muridnya.
Sebenernya aku ini cukup pintar dalam hal pelajaran tapi kalau yang berhubungan matematika, aku tidak mengerti sama sekali rumus-rumusnya itu datangnya darimana.
"Ta....Tita....!!" teriak seseorang dari kejauhan. Dimas ternyata yang memanggilku, dia adalah ketua osis disekolah ini. Dan dia juga termasuk salah satu murid teladan disekolah ini, maka pantas saja dia terpilih menjadi ketua osis dan yang paling penting kalau Dimas ini juga banyak fansnya loh termasuk sahabaku, Milka. Oke, cukup sekian penjelasan tentang Seorang Dimas Prayuda.
"Eh Dimas, ada apa?"
"Lo disuruh keluar kelas lagi ya sama Bu Emil?" tanyanya.
"Iya nih, udah langganan gue disuruh keluar kelas"
"Ada-ada aja lo. Oh ya ta, gue mau adakan les nih buat temen-temen kita yang nilainya masih kurang gitu. Secara kan ujian udah ada didepan mata sebentar lagi. Lo mau ikut nggak, siapa tahu nilai matematika lo bisa diperbaiki?"
Tawarannya bagus juga tapi aku tidak ingin Milka marah sama aku. Sekilas tentang storynya Dimas, dulu sekitar setahun yang lalu, Dimas pernah menyatakan perasaannya kepadaku, tapi aku menolaknya karena selain aku tidak memiliki perasaan yang sama, Milka sahabatku menyukai Dimas.
Sampai dikelas tiga ini, Milka masih menyimpan perasaannya kepada Dimas. Dimas memang sudah terkenal disekolah ini, karena selain dia ketua osis, dia juga salah satu murid teladan, dia juga mempunyai wajah yang tampan. Hal itu yang membuat Milka pernah kecewa terhadapku dulu tapi semakin lama hubunganku dengan Milka sudah jauh lebih baik.
Dan belum lama aku ditunjuk untuk menjadi sekretaris osis, sebelumnya aku hanya menjadi anggota osis tetapi Dimas yang menyuruhku untuk menjadi sekretaris osis. Untungnya Milka mengerti ketika Dimas menyuruhku menjadi sekretaris osis. Dengan tegas aku menolak untuk menjadi sekretaris osis, bagaimanapun juga aku merasa tidak ingin Milka cemburu walaupun tidak masalah buat dia, tapi aku lebih menyukai untuk menjadi anggota osis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IS YOU
Romance"Apakah aku masih boleh berharap kalau kau ditakdirkan untukku? Aku sudah menjalani pernikahan dengan pria yang tidak ku cintai.. Setelah takdir mempertemukan kita, kau sudah bahagia dengan wanita lain.." - Artita Anastasia Aviadi - "Kita sama-sama...