Tita POV
Aku sudah tersadar sejak beberapa menit yang lalu, karena selang infus yang membatasi pergerakanku membuatku terbangun. Ketika tersadar saat ini aku terbaring di sebuah kamar rumah sakit, aku mengingat kejadian terakhir yang aku alami. Kekuatan Juna yang berusaha membuat dirinya terlepas dari tanganku mengakibatkan aku terjatuh dan kepalaku terbentur sudut meja rias.
Aku memahaminya, dia sedang sangat emosi pada waktu itu. Ku pegang kepalaku yang sudah dililit perban, sedikit nyeri kurasakan dibalik perban yang menutupi kepalaku.
Selama aku mengenal Juna sedari kecil, baru kali ini kulihat sifat yang tidak pernah ia tunjukan, emosinya berhasil mempengaruhi pikirannya. Aku tidak marah ataupun kesal padanya karena sudah membuatku berada di rumah sakit ini. Mungkin aku memang pantas mendapatkan ini semua, sekarang aku sudah menjadi istrinya dan seharusnya aku tidak menerima ajakan Eza untuk membawaku ke suatu tempat tanpa sepengetahuan suamiku.
Juna tidak akan semarah itu jika aku tidak melakukan kesalahan yang membuat emosinya meluap. Aku harus melupakan masa laluku dan mencoba melangkah kedepan tanpa melihat masa laluku yang seharusnya sudah aku kubur.
Eza sudah menikah dengan Andien, mereka sudah menjadi sebuah keluarga yang utuh, meskipun dia menjelaskan bahwa dia belum mencintai istrinya tapi aku yakin dia bisa belajar, sama sepertiku yang akan belajar mencintai suamiku.
Terdengar pintu terbuka, dan aku melihat Juna yang berjalan menghampiriku. Wajahnya tidak menampakan emosi sama sekali seperti sebelumnya, justru hanya raut kekhawatiran yang ia tunjukan.
Juna meraih sebelah tanganku, menggenggamnya dan mengecup lama keningku dibalut perban. "Maafkan aku" ujarnya dengan bibir yang masih berada di keningku.
Aku tersenyum mendengar ucapannya yang tulus, aku bisa merasakan itu. seburuk apapun perlakuannya, dia tetap suamiku.
"Seharusnya aku yang meminta maaf, aku sudah membuatmu marah karena kelakuanku. Aku minta maaf"
"Tidak sayang, aku yang sudah dibutakan emosi dan kecemburuanku. Aku yang salah, sebagai suami seharusnya aku bisa menjagamu dan melindungimu tapi aku gagal melakukan itu semua. Maafkan aku?"
Kedua matanya mulai memerah, Juna menangis. Dia benar sangat menyesal dengan kejadian yang sudah terjadi di dalam rumah tangga kami.
Aku mengangguk dan menghapus butir demi butir air matanya yang membekas dipipinya.
"Lou merindukanmu sayang, aku janji tidak akan pernah memisahkan kalian berdua"
"Lou? Dimana dia sekarang? Apa Lou baik-baik saja?" Aku khawatir padanya, terakhir kali ia menangis keras di luar pintu kamar kami saat pertengkaran itu terjadi.
"Tenang sayang, Lou sedang sama bunda sekarang. Aku melarang Lou bertemu denganmu karena tadi kamu belum sadar, aku takut Lou semakin menangis mengkhawatirkanmu"
"Bunda!!!" Suara teriakan Lou jelas terdengar di kamar rawat inap ini.
Louis muncul dalam gendongan bunda Mira, ia melihatku dan kedua tangannya menggapai-gapai ke arahku. Bunda memberikan tubuh mungil Louis kepadaku dan mendudukinya disamping tempatku berbaring.
"Bunda, ayah nakal. Lou mau sama bunda"
"Maafkan ayah sayang, ayah janji tidak akan nakal lagi" Juna bersuara setelah Lou mengadu padaku.
"Ayah janji?" Lou menawarkan jari kelingkingnya didepan Juna.
"Janji sayang" jari mereka saling terpaut kemudian Juna mengecup sayang wajah Lou.
"Ayah cium bunda. Jangan buat bunda menangis"
Ucapan polos Louis membuat bunda Mira yang semula berada di satu ruangan kami, tiba-tiba meninggalkan kami begitu saja tanpa mengucapkan apapun.
Juna mengecup keningku, kedua mataku, kedua pipiku kemudian berakhir di bibir pucatku. Lou senang melihat kami saling menunjukan kasih sayang, anak mana yang ingin melihat kedua orang tuanya bertengkar begitupun dengan Lou. Ia begitu sangat menyayangi aku dan Juna.
***
Author POV
"Kuharap ini yang terakhir, kamu boleh tidak mencintaiku tapi jangan pernah pergi tanpa alasan seperti tadi. Aku malu di depan para tamu yang sudah hadir. Resepsi pernikahan kita hancur karena kamu meninggalkan aku."
Andien merasa kesal dengan kelakuan suaminya yang lebih memilih pergi mengejar wanita lain yang pernah menjadi sahabatnya. Ia harus menahan malu di acara resepsi pernikahannya sendiri karena mempelai prianya tiba-tiba menghilang. Ia tidak kesal dengan Tita namun ia sangat kesal karena Eza tidak pernah sedikitpun mengganggap penting kehadirannya.
"Pergilah, aku ingin sendiri" usir Eza secara halus dan menepis tangan Andien yang ingin mengobati memar diwajah tampannya.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini? Mau sampai kapan kamu tidak menganggapku? Selama ini aku sudah cukup sabar, bahkan penikahan kita belum genap 24 jam dan ini sangat membuatku sangat tersiksa."
Eza mengharapkan Andien mengerti keadaannya, saat ini pikirannya terpecah memikirkan keadaan Tita dan memikirkan bagaimana caranya agar Tita lepas dari suami arogannya itu.
Disisi lain Andien mengharapkan Eza untuk mengerti posisinya. Andien ingin Eza meminta maaf atas pesta resepsinya yang sudah hancur, tapi Eza justru mengusirnya secara halus.
Andien tetap kekeh tidak ingin pergi dari kamar pengantin mereka, Eza semakin pusing mendengar celotehan Andien yang tetap menyalahkan dirinya.
"Baiklah jika kamu tidak mau pergi, aku yang pergi!" Kata Eza yang pergi meninggalkan Andien yang menangis di kamar.
Eza menuju kamar tamu yang sebelumnya ditempati oleh sepupunya, Kenan. Kenan belum terlihat di rumah Eza, mungkin ia sedang ada urusan diluar jadi untuk malam ini Eza menumpang tidur di kamar Kenan.
Kenan adalah tipe pria yang sangat menyukai kerapihan, terlihat dari kamarnya yang tertata dengan sangat baik. Eza mengetahui hal itu sejak kecil, dia sudah paham dengan sifat yang dimiliki oleh sepupu terdekatnya itu.
Sampai tak sengaja matanya menemukan amplop biru yang tak asing baginya. Dibukanya amplop itu dan betapa terkejutnya ia menemukan selembar surat dan foto, isi surat itu membuatnya tercengang.
"Kenan Brengsek!!!" Umpatnya penuh amarah.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/49972956-288-k732651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IS YOU
Romance"Apakah aku masih boleh berharap kalau kau ditakdirkan untukku? Aku sudah menjalani pernikahan dengan pria yang tidak ku cintai.. Setelah takdir mempertemukan kita, kau sudah bahagia dengan wanita lain.." - Artita Anastasia Aviadi - "Kita sama-sama...