CHAPTER 21

4.7K 187 3
                                    

Karena author libur 3 hari dan ini spesial untuk readers yang setia menanti cerita Prince is You. 1 hari 1 chapter diupload... Happy reading 😊

-----

Andien melempar tas kecilnya di meja rias. Untuk malam ini ia menginap dirumah Eza karena perjalanan panjang dari Jepang ke Indonesia yang tidak memungkinkan ia untuk pulang kerumahnya.

Hatinya masih berkecamuk dengan sikap Eza yang selama ini sama sekali tidak menganggapnya. Apakah ia harus membatalkan pernikahannya. Jika belum menikah saja sikap Eza sangat dingin seperti itu, bagaimana jika nanti mereka sudah menikah. Apakah ketika pagi menyambut, Eza sudi menyapanya 'selamat pagi sayang' atau saat Eza pulang kerja menanyakannya 'Kamu sudah makan sayang ?'. Rasanya kata-kata manis itu hanyalah khayalan semata yang tidak akan pernah terjadi. Bahkan mungkin Eza tidak sudi menyentuhnya di malam pertama mereka atau malam-malam selanjutnya.

Andien tahu ia bukan wanita suci, ia sudah melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Tapi yang didapatkannya sekarang hanya raga orang itu bukanlah hatinya.

Tubuhnya dan pikirannya sangat lelah. Ia membaringkan tubuhnya terlentang dikasur hangat disalah satu kamar tamu dirumah ini. Dirumah ini memiliki banyak kenangan, saat dulu Tita mengajaknya bersama Milka menjenguk Eza. Ya, dirumah ini salah satu saksi persahabatan mereka dulu sangat kompak.

Air mata yang sebelumnya sudah mengering, mengalir kembali mengingat saat-saat itu. Merindukan persahabatan mereka, merindukan sahabat-sahabatnya yang sekarang dia sama sekali tidak tahu bagaimana kabarnya. Apakah Tita sudah menikah dengan Juna. Apakah Milka berhasil mendapatkan hati Dimas. Yang jelas jika suatu saat ia bertemu dengan Tita, ia tidak tahu apa yang ingin dikatakannya walaupun Tita sama sekali tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dan jika Tita sampai mengetahuinya, ia siap menerima tamparan atau pukulan dari sahabatnya itu.

"Andien.." panggilan itu membuat Andien cepat-cepat menghapus air matanya.

"Bolehkah aku masuk?" Tanya Eza di depan pintu kamar tamunya yang sudah terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu.

"Ini rumah mu. Apa aku ada hak untuk melarang mu masuk di rumah mu sendiri?" sindiran demi sindiran yang Andien ucapkan membuat Eza semakin merasa bersalah.

"Aku minta maaf, aku tidak bermasud untuk-"

Belum selesai Eza berbicara, Andien mengangkat kelima jari tangannya keatas untuk memberhentikan ucapan Eza. "Seharusnya disini aku yang meminta maaf. Aku sangat tahu kamu merasa terbebani karena adanya pernikahan yang tidak pernah diinginkan ini. Kamu bersikap dingin seolah-olah kamu tidak ingin menyakitiku, tidak ingin memberikanku harapan. Kamu melakukan hal yang benar Eza. Tapi apa kamu tahu, hatiku sangat sakit melihat sikap dinginmu. Aku tidak memaksa kamu untuk mencintaiku, tapi aku hanya meminta apakah kamu bisa, tidak mengacuhkanku sedikit saja"

Eza mendesah kasar, kedua tangannya bertolak ke pinggangnya. "Aku akan melakukannya, aku akan mencoba menerimamu dihidupku, tapi jangan pernah meminta hatiku. Kita bicarakan kembali ini besok. Aku sangat lelah. Good night Andien..."

Andien tersenyum lega melihat kepergian Eza. Setidaknya Eza akan mencoba, tidak perduli hatinya bukan untuknya, toh ia sangat tahu hati Eza hanya untuk Tita. "Betapa beruntungnya kamu Ta, Eza sangat mencintaimu walaupun kamu sudah menyakitinya." Lirihnya sebelum matanya menutup karena rasa kantuknya.

***

Bocah kecil sedang duduk tenang di sudut lantai, melihat aktivitas orang-orang dirumah besar yang sangat asing baginya.

Diotak kecilnya berfikir mengapa orang-orang sangat sibuk sendiri, sampai tidak ada satu orang pun yang melihat dirinya. Setiap malam bocah itu menangis memanggil nama bunda yang tidak dimengerti oleh orang-orang dirumah itu.

PRINCE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang