-Eza POV-
Pernikahanku dengan Andien akan dilakukan kurang dari dua minggu kedepan. Ini sama sekali tidak pernah terfikir olehku, menikah dengan wanita yang sama sekali tidak kucintai. Betapa terkejutnya mami saat aku menceritakan semuanya. Aku pun saat ini masih tidak menyangka kejadian kelam sebelumnya pernah terjadi dihidupku.
Selama ini Andien sudah kuanggap sebagai teman, tidak lebih bahkan tidak untuk teman dekat. Pernah terfikir olehku untuk lari dari kenyataan ini tapi aku tidak bisa untuk melakukan itu. Rasa tanggung jawabku seolah selalu meneriaki pikiranku.
"Apa kamu baik-baik saja?" Suara wanita mengalihkan lamunanku ke dunia nyata.
Aku mengangguk malas melihat dirinya yang muncul didepanku. Wanita ini setiap hari selalu datang ke kantorku. Datang dengan alasan yang sama membawakanku makan siang.
"Kamu tidak sadar aku sudah berada diruanganmu sejak 15 menit yang lalu. Apa kamu sedang memikirkan pernikahan kita sampai kamu tak menyadari kehadiranku?" Tanyanya tersenyum.
"Apa kamu mengharapkan aku memikirkan pernikahan kita?" Pertanyaanku memudarkan senyumannya. "Andien, kamu sangat tahu kalau aku tidak pernah mencintaimu sedikitpun. Pernikahan kita hanyalah bentuk rasa tanggung jawabku atas apa yang sudah aku lakukan. Jadi bisakah kamu menyadari hal itu? Jangan bersikap seperti orang lain yang sangat bahagia menunggu hari pernikahan mereka. Cerita kita sangat berbeda dengan mereka.!!" Aku terpaksa mengatakannya, aku tidak bisa melihat sikapnya yang seolah-olah kami saling mencintai.
"Aku tidak melupakan itu, aku tidak lupa jika kamu belum bisa mencintaiku. tapi apa aku salah jika aku mencintaimu. Apa selama ini kamu terganggu dengan sikapku." Jawabnya yang mulai menangis terisak.
Tangisnya membuatku merasa bersalah atas ucapanku. Aku memang sedikit menyalahkannya atas kejadian kemarin. Mengapa dia bersamaku ketika aku sedang mabuk. Aku tidak bisa bersikap seolah-olah aku senang dengan pernikahan ini yang sebentar lagi akan terjadi.
"Baiklah aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih. Aku hanya-"
"Kamu hanya belum menerima sepenuhnya atas pernikahan kita yang sebentar lagi dilakukan. Aku paham dan aku mengerti. Tapi kita bisa memulai semuanya dari awal" air matanya yang semula mengalir digantikan dengan senyuman yang tidak bisa diartikan.
Kuhembuskan nafas perlahan, meredakan emosiku atas sikapnya yang berubah-ubah. Muncul perasaan menyesal karena sudah meminta maaf padanya. Apa tangisannya yang sebelumnya hanya sekedar kepura-puraanya saja. bagaimana bisa dalam hitungan detik air matanya diganti senyuman. Dan berkata memulai semuanya dari awal, bahkan tidak ada kata awal diantara hubunganku dengannya.
"Aku ada rapat sebentar lagi, sebaiknya kamu pulang." Ucapanku membuatnya sedikit kecewa terlihat dari sorot matanya.
"Iya aku akan pulang, jangan lupa makan siang kamu." Ujarnya sambil menaruh kotak makan siang dimeja kerjaku.
Seketika Andien keluar, aku menghubungi Yoshida untuk bertemu dengannya. Aku masih mempertanyakan bagaimana bisa ketika aku bangun Andien bersamaku, padahal sebelum aku mabuk aku hanya bertemu dengan Yoshida. Aku harus mencari tahu ini sendiri.
***
-Tita POV-
Seorang wanita paruh baya muncul ketika aku mengetuk beberapa kali pintu panti ini. Sebelum mengatakan apapun wanita tua ini menunjukan senyuman hangat kepada aku dan Juna.
Aku membalas senyuman hangatnya. Juna menampilkan ekspresi wajah datarnya sejak kami tiba dipanti ini.
"Selamat siang" sapaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IS YOU
Romance"Apakah aku masih boleh berharap kalau kau ditakdirkan untukku? Aku sudah menjalani pernikahan dengan pria yang tidak ku cintai.. Setelah takdir mempertemukan kita, kau sudah bahagia dengan wanita lain.." - Artita Anastasia Aviadi - "Kita sama-sama...