CHAPTER 29

4.6K 184 5
                                    

-Eza POV-

Entah apa yang aku rasakan saat ini. Sepupuku sendiri mencoba meneror wanita yang ku cintai, ditambah dengan melihat kemesraan Tita dengan suaminya membuat perasaanku hancur, lebih hancur sejak Tita meninggalkanku. Dulu tangan ini yang digenggamnya dan dulu tubuh ini yang dipeluknya tapi sekarang tangan dan tubuhku tidak bisa merasakan kehangatan lagi darinya.

Andai saja dulu aku bisa memaksanya untuk pergi bersamaku, mungkin sekarang kebahagiaanlah yang kurasakan. Menyandang status sebagai suaminya, menyayangi istri yang ku cintai dengan sepenuh hati.

Aku melupakan bahwa ini adalah dunia, ini kehidupan bukan buku gambar yang bisa kita gambar sesuai dengan apa yang diinginkan. Hatiku bimbang apa yang harus dilakukan kedepan, apakah aku harus merebut kembali cintaku ataukah merelakannya bersama suami arogannya.

Lalu bagaimana dengan istriku, istri sah ku saat ini. Walaupun aku tidak mencintainya tapi dia tetap menjadi tanggung jawabku. Aku bukanlah pria yang tidak bertanggung jawab. Mungkin aku bisa membahagiakannya secara lahir namun tidak secara batin.

Aku menyadari sikapku yang begitu dingin dan terkesan menghindar membuatnya menderita. Bagaimanapun Andien adalah istriku, aku berjanji pada diriku sendiri untuk berusaha mengurangi sikap yang selama ini membuatnya menderita.

"Dimana Andien?" Tanyaku pada Gaby yang baru bergabung denganku di meja makan.

"Dia kan istri kakak, jadi aku tidak tahu. Mungkin di kamarnya?" Gaby mengendikan bahunya keatas.

Sejak kemarin Kenan meninggalkan rumahku, aku menempati kamarnya untuk menenangkan diri. Aku juga belum sempat memeriksa Andien dikamar kami. Ku turunkan egoku dan berjalan menuju kamar untuk melihat keadaan Andien.

Ku buka sedikit pintu agar bisa mengintip apa yang sedang dilakukannya. Setelah mengetahui dia masih tertidur ku buka pintu itu dengan lebar.

Kamar ini sangat berantakan dengan sampah tisu berserakan di sekitar bawah ranjang. Sebenarnya apa yang dilakukan Andien semalam?

Ku benahi rambut yang menutupi wajahnya, bekas air mata terlihat jelas. Jadi semalaman dia menangis, apa yang membuatnya menangis? Apakah karena sikapku. Demi Tuhan, aku masih memiliki hati, aku tidak tega melihatnya seperti ini.

"Hey Andien bangunlah.." ku goyangkan sedikit tubuhnya agar ia terbangun.

"Jangan pergi" rancaunya masih dengan mata tertutup.

Sepertinya Andien mengigau, aku cek suhu tubuh di dahinya dan tubuhnya panas menunjukan bahwa ia sedang demam.

Sedikit panik aku rasakan, karena sebelumnya aku belum pernah sekalipun merawat orang sakit. Tapi aku bukan orang bodoh, jika hanya demam mungkin bisa di kompres terlebih dahulu.

Tanpa berfikir panjang aku mengambil handuk kecil dikamar mandi dan tak lupa membasuh handuk itu dengan air dingin. Kemudian ku taruh handuk itu di dahinya. Berharap agar panas ditubuhnya cepat turun.

"Eza..jangan pergi.." Andien masih bergumam dalam tidurnya.

Aku mencoba untuk menenangkannya, "ssstt..aku disini, istirahatlah" ku genggam sebelah tangannya agar dia merasa lebih baik.

Kedua matanya terbuka, dan menatapku dengan sayu. "Aku bermimpi kamu pergi meninggalkanku" ujarnya dengan dibarengi air matanya yang terjatuh.

"Itu hanya mimpi. Sekarang aku disini"

Andien tersenyum mendengar jawabanku. Dia baru menyadari jika ada handuk kecil di dahinya. Tangannya ku cegah saat ingin mengambil handuk itu. "Kamu demam, aku sedang mencoba menurunkan suhu panas di tubuhmu"

PRINCE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang