CHAPTER 4

8.7K 313 2
                                    

Hari ini disekolahku sedang diadakan pentas seni, sudah dua minggu belakangan ini aku sibuk mengurusi acara pensi itu. Sebagai anggota osis yang baik, aku harus bertanggung jawab terhadap pensi ini. Banyak sekali murid yang datang dari sekolah lain, selain murid ada juga band-band dari sekolah lain yang ikut unjuk gigi diatas panggung. Aku merasa bisa bernapas lega karena acara pensi ini berjalan cukup lancar.

Tiba-tiba terfikir tentang sikap Eza yang akhir-akhir ini berubah. Sudah beberapa hari ini Eza menjauhiku, aku merasa heran dengan sikapnya. Aku merasa tidak melakukan kesalahan apapun kepadanya tapi kenapa dia menjauhiku. Dia juga tidak pernah menyapaku dikelas, apalagi mengajak pulang bersama.

"Ta, lo tolong ya ke gudang sekarang. Tolong ambil barang-barang yang mau kita pakai nanti." suruh Bima.

"Oke"

Dengan wajah lelah aku menuju gudang. Selama mengurus pensi ini kuakui waktu istirahatku berkurang dan setiap hari harus berangkat lebih pagi dari biasanya untuk menyiapkan acara ini.

Aku hampir tiba di gudang, dan dilantai 5 terlihat sepi sekali karena gudang disekolahanku berada dilantai teratas, dan memang jarang ada murid yang ke gudang selain anggota osis.

Gudang ini terlihat cukup bersih, karena setiap seminggu sekali anak-anak osis membersihkannya. Akhirnya barang-barang yang aku cari telah aku temukan.

Baru aku ingin keluar dari gudang, terlihat Eza yang dengan santainya berjalan melewati gudang ini, dengan spontan aku mengikutinya. Dia terlihat sedang menelepon seseorang dan dia berhenti tepat disamping gudang ini.

"Iya mi, aku ngerti ko. Aku akan jemput Gaby nanti dibandara. Aku akan bawa mobil aku" ujarnya kepada seseorang ditelepon.

Aku sangat penasaran dengan siapa dia berbicara ditelepon? kenapa dia menyebut nama Gaby. Siapa Gaby itu? Aku tidak mungkin menyapanya sekarang karena mengingat sikap Eza yang berubah akhir-akhir ini. Tapi ada yang aneh dengan yang diucapkannya, dia bilang kalau dia akan membawa mobilnya, setahuku dia salah satu anak yang kurang mampu dan dia pernah bercerita sendiri kepadaku. Rasanya sangat aneh, kalau Eza sebenarnya mempunyai mobil itu tidak mungkin, dia bahkan bersekolah disekolah ini karena beasiswa.

Dengan kebingungan aku keluar dari gudang dan menuju ke ruang osis untuk memberikan barang-barang ini kepada Bima. Aku tidak berani menengok kebelakang, karena aku tahu Eza masih ada ditempat tadi, kalau dia melihatku dia pasti akan memanggilku tapi sudah sejauh ini aku melangkah, tidak ada yang memanggilku, kemungkinan dia tidak melihatku keluar dari gudang.

"Nih barang-barangnya, sorry ya lama." Kataku ke Bima. Aku sadar karena yang membuat lama bukan mengambil barangnya tapi mendengarkan pembicaraan Eza dengan seseorang ditelepon tadi.

"Yaudah nggak apa-apa, thanks ya"

"Hey Ta!!" sapa Milka dari kejauhan.

"Daritadi gue sama Milka cariin lo tau Ta." Kata Andien.

"Ada apa lo cari gue?"

"Lo dicariin tuh sama Eza," jawab Andien

"Eza? Ngapain dia cari gue?" tanyaku dengan bingung. Baru saja aku melihatnya didekat gudang.

"Nggak tahu, yaudah buruan lo ke kelas sana. Dia lg nungguin lo tuh."

Aneh,untuk apa dia ingin bertemu denganku. Sikapnya itu tidak bisa ditebak sama sekali. Apa mungkin dia tahu kalau aku mendengarkan pembicaraan dia ditelepon tadi dan dia mencariku hanya ingin marah-marah.

Dengan segera aku menuju kelas untuk bertemu dengannya. Andien dan Milka tidak ikut denganku. Mereka seharian menghabiskan waktu dikantin. Apa yang sebenarnya mereka lakukan seharian disana.

PRINCE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang