Eza POV
Dia, wanita yang kucintai. Aku melihatnya di acara resepsi pernikahanku. Pernikahan yang selama ini tidak pernah aku inginkan terjadi. Bukan pernikahannya, tetapi pasangan hidup yang bersanding denganku.
Apakah aku hanya berharap atau sebenarnya memang yang ku lihat adalah dia. Harusnya dia yang bersanding denganku saat ini di pelaminan kami, tetapi harapanku tidak akan pernah bisa menjadi kenyataan.
Semua para tamu undangan yang hadir disini mungkin sudah kebingungan dengan keberadaanku yang tiba-tiba menghilang. Tak banyak waktu aku memikirkan mereka, aku hanya ingin meraih wanitaku, kedua mataku tidak lepas dari keberadaannya. Hatiku seolah menyuruhku untuk mengejarnya.
Langkah demi langkah pasti aku mengejarnya, mengejar alasan kebahagiaanku selama ini.
Dia menuju ke arah pintu keluar. Tidak, dia tidak boleh lepas dari mataku. Sudah cukup aku tersiksa dengan keputusannya yang lebih memilih pria lain.
Wajahnya terkejut ketika aku berhasil meraih pergelangan tangannya. Aku mengira dia akan teriak histeris untuk dilepaskan dan menghindar dariku, namun perkiraanku salah, dia cukup menurut untuk kubawa menuju ke tempat yang lebih nyaman buat kami berbicara berdua .
Masih dengan baju pengantin yang kukenakan, aku menyetir dengan tenang disamping wanita yang ku cintai. Tita terlihat pasrah dengan perlakuanku, mungkin saat ini dia terkejut melihat aku menikah dengan sahabatnya.
Aku sadar saat ini dia tengah melamun. Andai dia tahu alasan sebenarnya aku menikahi sahabatnya, andai dia tahu perasaanku yang sampai saat ini masih mencintainya, perasaanku yang tidak akan pernah berubah sejak pertama kali bertemu dengannya di masa sekolah kami.
Walaupun statusku sudah resmi menjadi suami Andien tapi itu tidak mengurangi sedikitpun perasaanku terhadap wanita disampingku ini. Apakah aku boleh egois? Membawa jauh wanita yang kuinginkan ini untuk pergi jauh dari orang-orang yang sudah memisahkan kami.
Ponselku tak lelah berdering, aku sangat tahu siapa yang menghubungiku terus menerus, ku hiraukan ponselku yang sedikit menyita perhatianku itu. Aku hanya ingin mencuri waktu sebentar saja untuk berdua dengan wanita yang kuinginkan. Biarlah Andien kecewa terhadap sikapku, bukankah yang dia inginkan hanyalah statusku untuk menjadi suaminya. Itu semua sudah ku penuhi, sekarang giliranku untuk melakukan apa yang aku inginkan.
"Kita mau kemana?" Suara yang selama ini kurindukan, terdengar kembali.
"Kita akan ketempat dimana semua orang tidak bisa menemukan kita" jawabku dengan penuh kelembutan, ku berikan senyumanku ketika ia menoleh ke arahku.
"Angkat teleponnya!" Suruhnya, yang sudah merasa terganggu dengan bunyi ponselku.
Dengan setengah hati aku menjawab telepon itu.
"Kamu dimana? Semua orang mencarimu."
"Aku membutuhkan waktu sendiri, kamu bisa mencari alasan kepada tamu-tamu yang sudah hadir itu. Tenang saja, aku tidak akan kabur. Jika aku ingin kabur seharusnya hal itu sudah kulakukan sebelum kita resmi menikah di depan agama."
"Baiklah...bisa sampaikan permintaan maaf ku kepadanya."
Apa? Andien tahu keberadaan Tita? Ku fikir dia tidak melihat keberadaan Tita yang cukup tersembunyi di pernikahan kami. Dari suaranya yang terdengar serak, mungkin saat ini Andien sedang menangis. Bagaimanapun mereka pernah menjadi sahabat, aku tidak tahu persis bagaimana sifat Andien yang sebenarnya tetapi aku bisa merasakan bahwa persahabatan mereka tulus walaupun diakhiri dengan jalan takdir yang rumit seperti ini.
"Akan aku sampaikan" ku putuskan sambungan percakapanku dengan Andien, dan sekarang beralih ke wanita yang ku cintai. Meskipun kami tidak berbicara banyak selama dalam perjalanan, tapi hatiku sangat senang bisa melihatnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IS YOU
Romance"Apakah aku masih boleh berharap kalau kau ditakdirkan untukku? Aku sudah menjalani pernikahan dengan pria yang tidak ku cintai.. Setelah takdir mempertemukan kita, kau sudah bahagia dengan wanita lain.." - Artita Anastasia Aviadi - "Kita sama-sama...