Gaby menatap Andien dan Eza secara bergantian. Pikirannya memutar mencari maksud tujuan kakaknya mengajak ia makan malam bertiga seperti ini.
Selama ia menjadi adik dari seorang Eza Pratama, tidak pernah sekalipun kakak tampannya mengajak makan malam berdua atau bersama temannya. Ia sangat yakin sekali pasti kakaknya ingin membicarakan hal penting kepadanya.
"Makan malamku sudah habis ka. Tapi kakak tidak berbicara, aku tahu kakak ingin membicarakan sesuatu." Eza melirik Gaby yang sedang memandangnya secara menyelidik.
"Begini Gaby-"
Eza menyentuh tangan Andien agar Andien memberhentikan ucapannya. Andien memandang Eza kesal. Tak sabar ingin membicarakan tentang pernikahan mereka yang sudah dekat. Andien kesal karena sedari tadi tidak ada kata seucap pun yang dikeluarkan oleh calon suaminya.
"Lusa adalah hari pernikahan kakak dan Andien" dengan satu tarikan nafas Eza mengucapkan hal yang sebenarnya sangat berat ia ucapkan.
Eza melihat reaksi Gaby yang sedang menatapnya bingung. Andien menanggapinya dengan tersenyum.
"Kakak cinta sama ka Andien?" Perkataan Eza ditanggapi Gaby dengan pertanyaan yang berhasil menohok hatinya.
Senyuman Andien memudar perlahan, menunggu gelisah jawaban apa yang akan diberikan oleh Eza. Jika Eza menjawab yang sebenarnya, pasti ia tidak akan diterima baik oleh Gaby. Bayangan buruk bahwa Gaby akan mencap dirinya sebagai wanita penggoda kakaknya memutar dikepalanya.
"Y-ya" kegugupan Eza tak berhasil ia tutupi.
"Aku dukung apapun keputusan kakak, asalkan kakak bahagia." Gaby mengatakan dengan bijak. Sebenarnya jauh dilubuk hati Gaby, ia lebih setuju kakakanya bersama Tita. Gaby bisa melihat bahwa kakaknya lebih bahagia bersama kekasihnya yang dulu. berbeda dengan sekarang, kakakanya lebih terlihat tertekan. Sebagai seorang adik, ia cukup tahu apa yang dirasakan oleh kakak kandungnya.
"Terimakasih Gaby" andien merengkuh tubuh Gaby, memeluknya senang.
Sementara Eza hanya diam melihat Andien berpelukan dengan adiknya. Dari tempat duduknya Eza melihat seseorang yang ia kenali memasuki restaurant.
"Kenan!!" Teriaknya agar orang itu menyadari kehadirannya.
Pria yang merasa terpanggil menoleh kearah Eza lalu menghampirinya.
"Hey bro. Sedang apa kau disini?"
Mereka berpelukan. Ia tak menyangka akan bertemu dengan sepupunya ditempat ini.
"Ka Kenan" Gaby ikut menghambur ke pelukan sepupunya itu.
Kenan menjahili Gaby dengan mengacak rambut gadis itu. "Kebetulan sekali kita bertemu disini. Dan siapa dia?" Pandangan Kenan mengarah ke Andien.
"Saya Andien, calon istri Eza" dengan bangga Andien memperkenalkan dirinya sendiri.
Kenan menoleh ke Eza "benarkah?"
Eza hanya mengangguk menjawab pertanyaan Kenan.
"Baguslah kau sudah move on"
"Diamlah. Apa tujuanmu datang ke Jakarta? Bukankah kau sedang sibuk mengajar di kampus daerah bogor?"
Eza tak menyadari pertanyaan yang ia lontarkan membuat perubahan di wajah Kenan. Kenan terlihat pucat "a-aku sedang ada urusan disini." Seperti ada tujuan tersembunyi yang Kenan tutupi dari Eza. "Dan kau, bukankah kau sedang sibuk memegang perusahaan besar di Jepang?"
"Kak Eza akan menikah dengan ka Andien." Gaby mewakili Eza untuk menjawab.
"Sebenarnya aku juga ada urusan pekerjaan di Jakarta." Sambung Eza.
Pelayan datang membawa menu untuk Kenan membuat pembicaraan mereka terhenti sejenak.
"Bagaimana jika kau menginap dirumahku?"
"Iya kak, kak Kenan menginap saja" Ujar Gaby.
"Bagaimana aku bisa menolak" Mereka tertawa. Setidaknya makan malam ini tidak membosankan karena ada kehadiran Kenan yang secara tiba-tiba. Andien tak banyak bicara karena ia belum mengenal dekat dengan sepupu Eza.
•
•
•"Apa kau sedang menyukai seseorang?"
Eza bertanya kepada Kenan saat sarapan pagi bersama di rumahnya.
"Maksudmu?"
"Aku menemukan ini didepan kamar mu. Pasti ini milikmu."
Kenan tersedak makanannya sendiri ketika melihat apa yang Eza serahkan kepadanya.
"Jadi benar kau sedang menyukai seseorang? Kau terlihat takut melihat amplop ini kutemukan."
"Ah tidak tidak itu bukan milikku" elak Kenan yang berusaha menutupi kegugugupannya.
"Tidak mungkin ini milik Gaby. Dan isi amplop ini kosong. Sebenarnya ini milik siapa?"
Eza menatap bingung amplop berwarna biru kosong itu. Sementara Kenan memandang amplop itu dengan tatapan tak terbaca.
***
"Bunda kenapa kita tidak jadi membeli ice cream di mall?"
Tita masih memikirkan tentang seseorang yang ia kenali di kampus, apakah benar orang itu yang menerornya selama ini. Apa tujuan orang itu sebenarnya.
"Bunda..bunda.."
Suara Lou yang sedari tadi memanggil Tita tak ditanggapi olehnya.
"Ada apa ini?"
Juna datang melihat Lou yang sedang cemberut. "Kenapa anak ayah cemberut?" Tubuh Lou yang semula duduk disofa samping Tita berpindah ke dalam pangkuan Juna.
"Bunda yah, Lou ingin ice cream tapi bunda tidak membelikannya."
"Benarkah begitu sayang?" Juna bertanya lembut kepada istrinya.
"Kau saja yang membelikannya. Kepalaku pusing ingin tidur sebentar" Tita langsung menuju kamar, karena kepalanya pusing memikirkan seseorang yang menerornya itu.
Juna melihat gelagat istrinya yang tak biasa. Pasti ada yang disembunyikan darinya.
"Apa saja yang terjadi tadi sayang?" Juna ingin mencari tahu dari bocah polos yang berada di pangkuannya.
Lou menceritakan semuanya apa saja yang ia ketahui saat menjemput bundanya dikampus. Juna mendengarkan dengan seksama karena tak sedikit bahasa Lou yang sulit untuk dimengerti.
Flashback ...
Tita dan Rachel tertawa karena tingkah menggemaskan Lou. Louis ikut tertawa melihat bundanya tertawa. Ketika tawanya terhenti ia menunjuk seseorang yang dikenalinya.
"Om.." lou menunjuk seorang pria dan berusaha turun dari gendongan Rachel.
Tita dan Rachel mengikuti Lou yang secara tiba-tiba mengikuti seseorang masuk kedalam kampusnya.
Dengan sigap Tita menahan tangan Lou agar berhenti mengikuti orang tersebut. "Itu Om bunda.." entah apa yang diinginkan anak kecil itu ingin sekali mengejar orang yang dikenalinya.
"Om siapa sayang?" Tita bertanya sambil melihat orang yang ditunjuk Lou.
"Itu om yang memberikan Lou mainan. Om yang menyuruh Lou memberikan amplop ke bunda."
"Apa?" Tita terkejut mendengar ucapan Lou.
Pria itu berada tak jauh didepannya yang sedang berbicara dengan seorang dosen paruh baya.
"Jadi Pak Kenan...."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IS YOU
Romance"Apakah aku masih boleh berharap kalau kau ditakdirkan untukku? Aku sudah menjalani pernikahan dengan pria yang tidak ku cintai.. Setelah takdir mempertemukan kita, kau sudah bahagia dengan wanita lain.." - Artita Anastasia Aviadi - "Kita sama-sama...