"APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN FELISHA?" Bentak Juna dengan murka. Dilihatnya Tita yang sedang duduk dilantai meringis menahan kesakitan memegang dahinya.
"BERANI-BERANINYA KAU MENCELAKAI TUNANGANKU!!!"
Juna mendekat ke arah Felisha yang ingin membalas perbuatan sekretarisnya itu.
"Tahan bro. Dia cewek nggak baik berbuat kasar ke dia. Biar aku yang urus dia." Ujar Romeo yang sedari tadi disamping Juna.
Romeo segera menarik Felisha untuk keluar dari ruangan bosnya.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Juna membantu Tita berdiri perlahan, menatap khawatir keadaan Tita.
Tita hanya mengangguk. Dia hanya kesal mengapa di Perusahaan yang megah ini bisa memperkerjakan wanita bar-bar seperti sekretarisnya.
"Hallo, siapkan mobil sekarang. Saya akan kerumah sakit." Pinta Juna tegas kepada seseorang di telepon.
Tita menyentuh lengan Juna dan menggeleng seolah tidak menyetujui tindakan Juna.
"Kita harus mengobati luka mu sekarang. Dan dirumah sakit kita bisa check up semua tubuhmu. Aku tidak ingin tubuhmu sakit sayang. Aku harus mengetahui semuanya, aku harus mengetahui semua kesehatanmu, kita tidak tahu apa dampak kedepannya terhadap tubuhmu setelah perempuan gila itu lakukan tadi. Dan jangan membantahku." Tegasnya dengan tatapan yang tak ingin dibantah.
"Baiklah." Apa ada alasan menolaknya, setelah ia lemparkan tatapan seperti itu.
Sebelum ke rumah sakit, Juna berinisiatif untuk mengobati sebentar luka di dahi Tita. Dengan sedikit plester dan obat merah. Dengan lembut Juna mengobatinya, ia tidak ingin tunangannya merasa kesakitan.
***
"Benar kan aku tidak apa-apa. Hanya dahiku saja yang terluka." Ujar Tita pada Juna yang sedang mengamati serius hasil check up tunangannya.
Beberapa menit Juna tak menanggapi ucapan Tita, ia masih serius terhadap selembar kertas itu.
Hal itu membuat Tita kesal. Sampai kapan ia harus menunggu Juna selesai membacanya. Jika tahu kejadiannya seperti ini, lebih baik ia masuk kuliah saja. Ini semua karena lelaki di sampingnya yang membuat Tita membolos kuliah.
Tita mengoceh pelan dengan kejadian yang baru ia alami. Juna yang sedari tadi mendengar dengan ocehan Tita hanya bisa menahan tawanya. Ia merasa lega karena hasil check up Tita tidak ada yang negatif. Tapi ia masih tidak bisa menerima perbuatan sekretarisnya yang dengan berani mencoba mencelakai tunangannya.
Ponsel Juna berbunyi menghentikan ocehan Tita.
"Hallo bun."
"Sayang, nanti ajak Tita kerumah ya. Bunda sudah masak banyak untuk calon menantu bunda."
"Iya bun, kebetulan Juna sedang bersama Tita. Setelah ke kantor sebentar Juna langsung pulang ya bun."
"Bunda tunggu ya sayang."
Juna menoleh ke Tita yang memasang wajah bingung karena namanya disebut-sebut ditelepon.
Juna semakin gemas melihat kelakuan Tita yang masih mendominasi sifat anak-anak. Dimulai dari ocehan yang tak henti dari bibir tipisnya dan sekarang memasang wajah polosnya.
"Apa ada yang lucu?" Tanyanya polos. Tita sadar dengan raut wajah Juna yang sedang menahan tawa.
"Tidak sayang" Juna mengelus sayang rambut Tita sambil mengecup puncak kepalanya. "Bunda ngajak kita makan bersama dirumah."
"Baiklah"
Tita merasakan kehangatan keluarga Juna ketika ia berkumpul bersama dengan bunda dan ayahnya Juna. Mereka memperlakukan Tita sangat baik. Tak dipungkiri Walaupun ia kesal dengan anaknya tapi ia tidak mempunyai alasan untuk kesal juga dengan keluarga Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IS YOU
Romance"Apakah aku masih boleh berharap kalau kau ditakdirkan untukku? Aku sudah menjalani pernikahan dengan pria yang tidak ku cintai.. Setelah takdir mempertemukan kita, kau sudah bahagia dengan wanita lain.." - Artita Anastasia Aviadi - "Kita sama-sama...