CHAPTER 5

9.1K 282 2
                                        

Setelah tiba dirumah tepat pukul 10.00 PM, sepertinya mama sudah tidur. Aku berjalan perlahan menuju kamar, tiba-tiba Juna keluar dari kamarku dan berdiri didepanku dengan wajah bingung. Sejak kapan ia berada dikamarku. Seharusnya aku yang bingung.

Aku menceritakan semuanya kepada Juna. Dia mendengarkan ceritaku dengan serius, dan dia juga memberikanku saran-saran terbaiknya. Juna memang seseorang yang sangat baik, berbanding terbalik dengan penampilan luarnya. Aku merasa beruntung karena bisa bertemu dengan orang seperti dia.

Setelah aku bercerita panjang lebar tentang Eza ke Juna, jam sudah menunjukkan pukul 01.06 AM. Tidak terasa sudah pagi dan aku belum tidur sama sekali, karena Juna tahu aku kelelahan dan mengantuk, maka dia menyuruhku untuk tidur dan dia berencana untuk menginap dirumahku, karena dia mengkhawatirkanku atas kejadian di restaurant tadi.

Hari ini aku sudah menduga aku akan telat kesekolah karena aku tidur terlambat semalam. Dan setiap murid yang telat masuk ke dalam kelas lebih dari 20 menit, maka ia akan mendapat hukuman yaitu berdiri didepan kelas sampai jam pelajaran selesai. Dan hari ini aku menerima hukuman tersebut.

Dengan mata mengantuk aku berdiri didepan kelas menerima hukuman tersebut. Setelah kira-kira 5 menit aku berdiri, tiba-tiba Eza datang dan berdiri disampingku. Dengan wajah bingung aku memalingkan wajahku, kenapa dia hari ini juga telat.

"Ta, gue tahu lo masih marah sama gue, gue rela ko ngelakuin apa aja asal lo nggak marah lagi sama gue. Dan gue telat kayak gini karena gue sengaja buat temenin lo dihukum, sebenernya gue udah dateng daritadi tapi feeling gue bilang kalo hari ini lo bakalan telat jadi daritadi gue nunggu digerbang sekolah sampai lo dateng" ucapnya panjang lebar.

Tanpa sepatah katapun aku tidak membalas ucapannya, karena dia sudah membuatku kesal dan merasa seperti orang bodoh yang sudah dibohongi. Dia masih berbicara panjang lebar, tetapi aku tidak meresponnya.

Sudah seminggu aku tidak berbicara dengan Eza, sedikit merasa aneh karena tidak berbicara dengannya, dan dia juga sudah tidak berusaha untuk berbicara lagi denganku seperti kemarin. Apa mungkin sebaiknya aku memaafkannya saja dan hubungan aku dengannya bisa seperti dulu lagi.

Sepulang sekolah aku sengaja menunggu Eza didepan gerbang, aku sudah memikirkan untuk memaafkannya.

Baru beberapa menit menunggu, motor Eza melintas didepanku. "Eza.....Eza.....!!!" teriakku dan berharap dia mendengarnya.

Dengan sigap motor itu berhenti dan dia langsung menengok kearahku dan aku segera menghampirinya. "Gue mau bicara sama lo," pintaku.

"Tita?? Yaudah lo buruan naik kita bicara ditempat lain aja"

Belum sempat aku menaiki motornya tiba-tiba ada yang memanggil namaku disebrang jalan. "Tita....Ta....Tita..."

"Juna?" ucapku bingung. Kenapa Juna tiba-tiba ada disini. kenapa dia datang disaat waktu yang tidak tepat.

Dengan cepat Juna menghampiriku "Kita pulang sekarang!"

"A-aku.." belum sempat aku menjawab ajakannya, tiba-tiba Eza memotong ucapanku.

"Ta, buruan naik. Kita nggak punya banyak waktu" suruhya.

"Jun, sorry ya aku pulang bareng Eza. Karena aku lagi ada urusan sama dia"

"Kenapa kamu masih mau deket sama orang yang udah bohongin kamu?"

Eza langsung turun dari motornya mendengar ucapan Juna. "Eh ini nggak ada urusannya ya sama lo!! Jadi lo jangan ikut campur sama urusan gue dan Tita !!"

Aku tahu karakter sifat mereka berdua, mereka tipe orang yang mudah emosi. "Aku mohon stop!! Kalian jangan bertengkar?!" Aku menempatkan diri ditengah melerai pentengkaran mereka.

PRINCE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang