-Tita POV-
Malam telah tiba, aku menepati janjiku untuk makan malam bersama Juna dan Lou sebelum berpulang ke Indonesia. Ku akui rasa keinginan untuk berlibur lebih lama disini telah sirna sejak kehadiran wanita asing yang beberapa hari ini berdekatan dengan suamiku.
Kami tiba disebuah restoran yang jaraknya tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Lou dan Juna terlihat rapi mengenakan kemeja yang berwarna sama light blue, hanya saja kemeja yang mereka kenakan berbeda ukuran. Sedangkan aku mengenakan dress diatas lutut berwarna wild rose. Kami berpakaian rapi seperti ini karena restoran yang Juna pilih cukup mewah dan terkenal di kota Tokyo. Restoran ini terkesan romantis dengan pencahayaannya yang redup, designnya yang tidak terlalu mencolok dan pemilihan warna cat temboknya yang sangat soft.
Lou sangat bersemangat ketika kakinya menginjak ke dalam restoran ini. sepertinya anakku yang tampan ini menyukai tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjunginya.
"Aku ke toilet sebentar ya" pamit Juna.
Aku membalasnya dengan mengangguk, tak lupa dia mencium kepalaku. Perlakuan romantisnya itu membuat wajahku merona. Lou sangat senang ketika Juna memperlakukanku dengan manis.
"Kenapa kamu tersenyum sayang?" tanyaku kepada Lou yang sedari tadi tersenyum melihat ku.
"Karena ayah sayang sama bunda"
"Bunda dan ayah juga sayang sama Lou" aku mencium pipi gembulnya. "Tunggu ayah ya, setelah ayah datang baru kita pesan makan" Lou mengangguk dan menunjukan semua deretan gigi kecilnya yang rapi.
•
•
•-Author POV-
Eza terpaku melihat wajah malaikat yang membuat hatinya bersorak sekaligus membuat jantungnya berpacu dengan cepat itu perlahan mendekatinya.
Sepertinya ia melupakan sesuatu, dia harus menyadari bahwa Tita tidak boleh melihat apa yang sudah ia lihat beberapa detik yang lalu. Eza harus menghentikan langkah Tita sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
Dengan cepat ia berlari dan memeluk wanita itu. Di otaknya terus mengatakan 'Tita tidak boleh melihatnya' kalimat itu terus mengulang di pikirannya.
Tetap didalam pelukannya, Eza sengaja membalikkan tubuh mereka. Sehingga posisinya hanya ia yang bisa melihat pria brengsek itu. Tanpa berfikir panjang, ia mencium bibir Tita. Meluapkan kekesalan terhadap pria itu, pria brengsek yang seharusnya bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya, sekarang ia sudah melihat jelas kelakuan asli pria itu. Eza merasakan tubuh Tita menegang kaku. Tita melepaskan ciuman mereka dengan kasar. "A-Apa yang kamu lakukan?" Protesnya dengan bibirnya yang bergetar.
"Maafkan aku..ikutlah denganku!!"
"Tidak!! Lepaskan aku Eza, aku tidak ingin mendapatkan masalah. Ku mohon lepaskan aku" isaknya. Tita membayangkan wajah kemarahan suaminya jika Juna melihatnya bersama Eza, apalagi ketika Eza menciumnya. Dirinya semakin panik memikirkannya.
"Ikut denganku sekarang!! Aku tak ingin ada penolakan" Tegasnya.
Apa daya tenaga Tita tak sebanding dengan tubuh kekar Eza. Tita terus meronta dan berusaha melepaskan tangan kecilnya yang digenggam tangan besar Eza. Lebih tepatnya Eza menarik paksa Tita menuju parkiran, mencari mobil sedannya dengan segera memasuki mobil itu tanpa banyak bicara.
Tita melihat tatapan Eza yang berbeda. Kemarahan jelas sangat terlihat di matanya. Di otak cantiknya bertanya-tanya kemana Eza akan membawanya dan mengapa ia bisa bertemu dengan Eza di restoran yang sama. Apakah ini jodoh? Selalu dipertemukan dengan Eza.
Lewat ekor matanya, Tita melihat rahang Eza yang mengeras seperti seseorang yang menahan amarah. Dirinya urung bersuara karena ada rasa ketakutan terhadap Eza. Tidak pernah seumur hidupnya mengenal pria itu, Eza memperlakukannya dengan kasar seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IS YOU
Romance"Apakah aku masih boleh berharap kalau kau ditakdirkan untukku? Aku sudah menjalani pernikahan dengan pria yang tidak ku cintai.. Setelah takdir mempertemukan kita, kau sudah bahagia dengan wanita lain.." - Artita Anastasia Aviadi - "Kita sama-sama...