Pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan selamat ke negara yang kami tuju pada jam 2 pagi dini hari.
Louis sudah bosan berlama-lama berada di pesawat, walaupun sebelumnya ia sangat antusias sekali menaiki pesawat untuk pertama kalinya. Juna sangat sabar menghadapi sikap Lou, terbukti saat Lou merengek ingin segera sampai ke tempat tujuan, Juna mempangku bocah tampan itu sembari membisikkan sesuatu yang tidak aku ketahui. Lou nyaman berada dalam pangkuan Juna. Sesekali beberapa lirikan wanita muda yang masih dalam satu pesawat dengan kami tertuju mengarah ke Juna. Tentu saja Juna tak memperdulikan hal itu tetapi wanita-wanita tersebut memandang kagum saat Juna berada dekat dengan Lou. Apa mereka tidak melihatku yang berada disamping Juna. Hey, aku istrinya. Apa mereka fikir Juna adalah seorang duda yang sudah memiliki anak.
"Aahh menyebalkan..." gumamku pada diri sendiri
"Kenapa sayang, siapa yang menyebalkan?" Tanya Juna yang mendengar gumamanku.
"Kau.."
"Aku? Apa salahku?"
Benar, apa salahnya? Mengapa aku merasa marah seperti ini. Juna tidak menanggapi wanita-wanita itu, lalu apa alasan ku untuk marah.
Dan sekarang kami tiba di Shinagawa Prince Hotel, yang tepat berada di kota Tokyo. Kami berencana menghabiskan waktu disini selama 2 minggu. Dan rencananya ada tiga tempat yang akan kami singgahi yaitu kyoto, osaka dan yokohama. Jarak dari Tokyo menuju ke tiga tempat itu juga tidak terlalu jauh, hanya dengan menaiki kereta dan cukup memakan waktu hanya beberapa jam saja.
Sampailah kami di kamar penginapan, kami menyewa dua kamar, dimana kamar yang akan ditempati Lou memiliki akses pintu penghubung ke kamar aku dan Juna.
Lou sudah tertidur pulas dalam gendongan Juna, aku membantu membukakan pintu kamar yang akan ditempati Lou. Dengan hati-hati Juna membaringkan tubuh mungil itu ke ranjang. Lou menggeliat tetap dengan mata tertutupnya. Tangannya erat memegang lengan Juna, seolah ia tidak ingin ditinggalkan.
"Sepertinya Lou belum nyenyak tidurnya, aku kesulitan melepaskan tangannya, aku takut dia terbangun. Kamu duluan saja ke kamarnya nanti aku menyusul"
"Baiklah.." sebelum pergi meninggalkan Lou, ku kecup keningnya dengan sayang.
Aku berjalan melewati pintu penghubung sambil membawa satu koper. Kamar yang didesign full white ini cukup bagus dan pasti akan terasa nyaman untuk ditempati.
Tanganku terentang diatas ranjang, sedikit lelah kurasakan. Sebelum aku tertidur, aku bergegas untuk mengganti pakaianku dengan pakaian tidur. Walaupun aku sudah menikah, aku tetap memakai piyama kartun ketika tidur. Aku bukan tipe wanita yang suka menggunakan lingerie, Juna pun tidak mengomentari apapun yang aku kenakan.
Hampir satu jam Juna tidak muncul, apa mungkin ia tertidur di kamar Louis. Sebaiknya aku mengecek untuk memastikannya.
Ku buka pintu penghubungnya. Hanya ada Lou yang terlihat, Juna tidak ada. Dimana dia?
Sudah aku cek di kamar mandi pun tidak ada. Sebenarnya dimana dia, mengapa menghilang seperti ini. Sebaiknya aku cari di luar kamar.
Tepat didepan pintu kamar Louis aku mendengar suara seseorang yang sedang berbicara, kubuka sedikit pintunya untuk mengintip ke luar.
"Maaf, jadi merepotkan" wanita berwajah oriental dan menggunakan pakaian seksi sedang berjongkok untuk memasukan isi kopernya yang berhamburan keluar.
"Tidak apa, ini salah saya juga" Juna ikut membantu memasukan isi koper wanita itu.
Pantas saja lama sekali menyusulnya, ternyata Juna sedang membantu wanita seksi. Pikiran-pikiran negatif muncul di otakku membuatku membandingkan diriku dengan wanita itu. Tentu sangat jauh sekali penampilanku dengan wanita itu, saat ini aku terlihat seperti perempuan berusia yang sama dengan Louis, memakai piyama kartun anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IS YOU
Romance"Apakah aku masih boleh berharap kalau kau ditakdirkan untukku? Aku sudah menjalani pernikahan dengan pria yang tidak ku cintai.. Setelah takdir mempertemukan kita, kau sudah bahagia dengan wanita lain.." - Artita Anastasia Aviadi - "Kita sama-sama...