CHAPTER 36

6.2K 248 12
                                    

-Eza POV-

Mataku fokus pada satu titik, kakiku melangkah maju mendekatinya. Aku tidak memperdulikan pelayan yang berteriak memanggilku karena belum membayar kopi pesananku.

Kakiku semakin cepat melangkah, aku semakin panik melihat apa yang aku fokuskan mulai menjauh. Ia belum menyadari ada sepasang mata yang menatapnya. Tidak mungkin aku memanggilnya, aku takut ia semakin menjauh menghindar dariku jika aku memanggilnya.

Jaraknya hanya beberapa meter, aku setengah berlari sedangkan ia berjalan cepat. Aku terus meyakinkan diriku untuk semakin cepat melangkah mengejarnya, aku tidak ingin kehilangannya. Apa ini maksud hatiku menuntunku kembali ke restoran itu?

"Dapat!!"

Aku mencekal pergelangan tangannya. Ia berbalik dan sangat terkejut melihatku. Kecantikan wajahnya masih tetap sama seperti 10 tahun yang lalu. Hanya saja penampilannya yang sangat jauh mencerminkan dirinya dan tubuhnya yang terlihat kurus dari yang terkahir aku lihat, aku mengingatnya. Aku mengingat terakhir kali kami bertemu. Aku tidak perduli, aku sangat tidak perduli dengan apa yang ia kenakan. Baru kali ini aku bisa bernafas bebas, jika di ibaratkan selama 10 tahun belakangan ini seakan ada tabung oksigen yang membatasi pernafasanku, setelah melihat sosok wanita didepannku sekarang, seolah tabung oksigen itu melenyap hilang seketika.

Kami saling menatap lama, ku raba wajahnya. Ini seperti yang aku mimpikan setiap malam, bisa menatapnya dan menyentuhnya. Jika ini memang mimpi aku akan mengutuk siapapun yang berani membangunkanku.

Perlahan kedua matanya mulai menutup dan tubuhnya ambruk, dengan sigap aku menangkap tubuhnya. Kepanikan menyelimutiku, aku langsung mengecek nafasnya yang ternyata masih berhembus, sedikit lega karena ia hanya pingsan, aku segera membawanya ke mobilku.

"Hey tuan, bayar pesananmu!!" Ujar pria pemilik restoran itu setelah ia melihatku berjalan ke depan restorannya, karena memang mobilku terparkir disana.

Aku menurunkan tubuh Tita secara hati-hati di kursi penumpang. Ku rogoh kantong celanaku untuk mengambil dompet dan meraib seluruh uang cash yang aku punya.

Pria itu terkejut melihat uang yang aku berikan, dengan cekatan tangannya menerima uang itu. Pecahan seratus ribu dengan 13 lembar sudah berpindah tangan. Seingatku ada 13 lembar, tapi entahlah aku tidak perduli dan aku juga tidak ada waktu untuk menghitung uang itu.

Aku sempat mendengar pria itu berteriak kegirangan sebelum aku menutup pintu mobilku.



"Tenanglah, pasien hanya kekurangan tenaga karena tidak ada asupan makanan yang masuk dan sedikit dehidrasi" Begitulah penuturan dokter yang sudah mengecek keadaan Tita.

"Jadi, maksud dokter ia tidak makan?"

"Ya, wajarlah jika pasien pingsan. Tolong diperhatikan jadwal makan pasien"

Dokter itu pamit setelah menjelaskan kepadaku tentang keadaan Tita.

Aku tak percaya ini. Mengapa Tita menjadi seperti ini. Jadi ia adalah pelayan wanita yang dipecat oleh pemilik resto itu. Aku bahkan belum menemukan jawaban mengapa ia menjadi pelayan disana, kemudian muncul pertanyaan lagi, mengapa ia bisa sampai melewatkan jadwal makannya yang mengakibatkan pingsan seperti ini? Apa yang terjadi sebenarnya??

Kudekati tubuh ringkih itu, wajahnya terlihat pucat dan bibirnya mengering. Aku sangat mencemaskan keadaannya. Apa yang terjadi denganmu selama 10 tahun ini?

Aku menggenggam tangannya. Aku merindukannya, aku sangat merindukannya. "Kamu tahu? Aku menunggumu selama 10 tahun, sampai detik ini pun aku masih mencintaimu. Aku menunggu wanita yang sudah memiliki suami, bodohkah aku menurutmu, hemm?" Lirihku sambil menatapnya. Dia tetap setia memejamkan matanya, "Jawab aku?! Bangun dan jawablah aku"

PRINCE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang