Aku hanya bisa pasrah saat di bopong kedua orang tuaku ke hadapan penghulu. Sumpah nikah muda tidak ada dalam to do listku saat ini. Walaupun aku mengagumi wajah tampan milik Ali. Tapi bukan berarti aku mau menikah dengannya. Apalagi umurku masih 17 tahun dan aku masih sekolah. Aku masih ingin menikmati hidupku, aku masih ingin kuliah dan bermain, bukannya berada didapur dan mengurus anak. Apa anak?ah aku nggak mau memikirkannya. Apalagi cara buatnya hehe
Mama dan papa benar-benar keterlaluan. Masa nikahin anak di bawah umur sih. Bisa aku tuntut nih. Rasanya aku mau lari ke komnas perlindungan anak trus gelendotan termewek-mewek di bawah kaki kak Seto, mau ngadu. Ya Tuhan help me!
Mataku beralih ke Ali, tak ada penolakan darinya saat tahu aku yang menggantikannya. Orang yang aneh. Kalau dia normal harusnya kan dia marah dan tidak akan mau dinikahkan denganku. Tapi dia hanya diam saja. Rasanya aku pengin nangis sejadi-jadinya atau pura-pura pingsan biar acara ini gagal. Tapi air mataku tak kunjung juga keluar. Ah mama!
Ali mulai menjabat tangan penghulu dan mengucapkan ijab qobul ," Saya nikahkan Prilly Rahardian binti Rizal Rahardian dengan Muhammad Ali Al Farizy bin Arief Al Farizy dengan seperangkat alat solat dibayar tunai."
Alipun menjawab dengan nada datar dalam sekali helaan nafas "Saya terima nikahnya Prilly Rahardian binti Rizal Rahardian dengan mas kawin tersebut tunai."
"Sah?"
"Sah Alhamdulillah."
Aku hanya bisa tersenyum kecut, sekarang statusku sudah menjadi istri orang yang baru ku kenal hari ini. Aku telah menjadi Mrs. Ali. Ya Tuhan tolong tenggelamkan aku kedasar bumi sekarang.
***
Sekarang aku sudah berada di salah satu hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan. Ku pandangi dekorasi cantik pesta pernikahanku. Nuansa putih mendominasi ballroom hotel. Aku mengenakan gaun putih panjang yang menyapu lantai, bak seorang putri. Harusnya sebagai pengantin baru aku merasa bahagia. Namun aku malah merasa konyol, pernikahan ini memang konyol. Aku yang sangat menghargai betapa sakralnya pernikahan sebenarnya tidak terima dengan pernikahan ini. Tapi aku tahu, papa tidak mungkin ditentang.
Dari kecil aku dan Sania memang sudah hidup penuh aturan. Apapun yang papa inginkan, kami harus menurutinya. Mulai dari pakaian, sekolah dan bahkan potongan rambut. Namun selama ini kami menerima apapun perintah papa, karena kami memang dasarnya penurut. Tapi tidak dengan sekarang, Sania mulai protes dengan perintah papa yang akan menikahkannya. Dia kabur dan aku harus menggantikannya. Sumpah kakakku ini tega sekali, dia menjadikanku tumbal. Semua gara-gara Sania.
Tidak ada percakapan sedikitpun antara aku dan Ali. Kami hanya melempar senyuman terpaksa kepada para tamu. Untungnya tidak ada teman sekolahku disini. Kebanyakan tamu yang datang hanya saudara dan kolega bisnis keluargaku dan Ali. Kakiku rasanya mau rontok karena harus terus berdiri selama 3 jam. Menyalami orang-orang satu persatu.
Pesta resepsi yang megah dan mewah namun tidak berkesan untukku itu akhirnya selesai juga. Rasanya aku ingin buru-buru tidur. Mah ayo kita pulang acaranya udah selesai kan?tanyaku seraya menarik tangan mama.
"Prilly sayang, kamu nggak pulang. Kami sudah menyewa kamar hotel disini untuk kalian. Kalian pasti capek kalau langsung pulang."sahut mama Ali dengan senyum menawan.
Aku mengerutkan keningku. Terbuat dari apa sih hati mama Ali, padahal dia tahu Sania kabur dan aku hanya menggantikan kakakku. Tapi dia tidak marah sama sekali, malah tersenyum girang mengetahui bahwa aku yang menggantikan kakakku. Bodolah aku tak mau memikirkannya, memikirkan nasibku saja setelah ini sudah membuatku pusing. Tapi tunggu tadi mama Ali bilang apa?aku dan Ali menginap di hotel ini?ah sekamar dong?mama aku takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAKY WEDDING
Fanfiction18+ Cerita ini adalah karya @leosenja dan atas persetujuannya cerita ini di publish kembali setelah direvisi terlebih dahulu oleh @widyahadi Cinta datang tak mengenal usia, cinta datang dengan cara tak terduga,dan cinta tahu kemana takdir membawa ki...