HURTS

44.1K 2.9K 29
                                    

Prilly's POV

Semenjak kejadian ciuman itu,aku dan Ali tidak banyak berbicara. Kami hanya berbicara sekedarnya. Aku yang biasanya cerewet memilih untuk diam. Aku bingung dengan perasaanku sendiri. Di satu sisi aku menikmati ciuman itu tapi di sisi lain aku merasa menjadi wanita murahan. Bisa-bisanya aku membiarkan om-om mesum itu mencium bibirku. Dan yang lebih menggelikan lagi aku menikmati ciumannya bahkan aku membalasnya. Ingin rasanya protes akan sikapnya yang tidak sopan itu,padahal kita sudah menandatangani kontrak sebelumnya.
Tapi apalah dayaku,bukankah aku juga menikmatinya?

Ali juga sedikit berubah. Dia tidak menjengkelkan seperti hari-hari biasanya. Bahkan dia terkesan menghindar. Ali yang biasa pulang pukul 8 malam,sekarang sering kali pulang larut. Setiap pagi pun dia selalu berangkat terburu-buru. Bahkan dia tidak pernah lagi memakan sarapan yang aku buatkan. Jujur, aku merasa kehilangan sosoknya yang dulu tiada hentinya menggodaku. Aku sedih melihat perubahan sikapnya. Sekarang aku baru menyadari, aku sudah jatuh cinta dengannya. 

Malam ini aku putuskan untuk tidak tidur sampai Ali pulang. Aku tidak bisa seperti ini terus. Ini sudah satu bulan dia mendiamiku seperti ini, aku tidak tahan lagi. Aku harus berbicara dengannya. Aku melirik jam dinding di ruang TV, sudah pukul 12 malam. Namun Ali belum juga pulang, aku memutuskan untuk membuat susu coklat hangat. Ku minum susu coklatku sembari menekan tombol remote, mencari program TV yang bagus.

KLEK..

Suara knop pintu apartemen berdecit. Aku berlari ke arah pintu menyambut kedatangan Ali. Sontak aku terkejut dengan wanita yang bergandengan manja di lengan kekar Ali,Niken. Aku tahu wanita itu, wanita yang aku lihat hanya dari foto sekarang berhadapan langsung dengannya. Niken terlihat lebih cantik daripada di foto. Rambutnya yang panjang terurai dan wajahnya tirus layaknya model. Sedangkan badannya tinggi dan langsing. Apalagi sekarang dia menggunakan dress ketat berwarna biru tua yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.

"Prilly?" seru Ali kaget. "Loe belum tidur?"

Niken makin mempererat tangannya di lengan Ali, bola matanya memandangku lekat. Dia menelanjangiku dengan matanya yang menggunakan softlens berwarna biru laut.

Dia tertawa remeh," jadi ini istri kamu?"

Sekarang Niken melepaskan tangannya dari lengan Ali. memutarkan tubuhnya mengelilingiku dengan tatapan menusuk.

"Hmm.. ternyata kamu benar ya dia masih kecil. Well kayaknya aku gak perlu khawatir."lanjutnya mengibaskan rambutnya ke arahku.

Aku memandang Ali. apa yang ada di fikirannya membawa wanita ini ke sini. Apa dia tidak pernah memikirkan perasaanku. Aku tahu pernikahan ini tidak penting baginya. Tapi apa dia tidak bisa bersikap normal. Ali mengalihkan pandangannya, dia tidak menatapku. Bola mataku terasa panas. Aku ingin mengeluarkan air mataku. Tanganku yang memegang gelas berisi susu coklat sudah gemetar menahan tangis. Untung saja aku masih bisa menahannya sehingga gelas itu tidak jatuh ke lantai.

"Udah yuk baby, aku udah ngantuk. Kita bobo yuk!"ajak Niken menggandeng tangan Ali ke kamar.

Bahkan dia tahu di mana letak kamar Ali. pasti dia dulu sering kemari. Ali yang digandeng Niken hanya diam pasrah mengikuti Niken dari belakang.
Jelas saja Ali tidak akan menolak. Ali sangat mencintai Niken.

Sekarang pintu kamar Ali sudah tertutup rapat. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Mungkin mereka akan,ah sudahlah. Aku tidak mau memikirkan apa yang mereka lakukan di dalam.
Aku menaruh tanganku di dada. Kenapa rasanya sesakit ini?tangisku mulai pecah. Buru-buru ku berlari ke kamarku. Membenamkan wajahku di bantal. Ya, kamarku dan kamar Ali memang terpisah. Hal ini kami lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak kami inginkan.

FREAKY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang