Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah setelah 3 hari tidak masuk. Selama aku tidak masuk sekolah, Ali juga tidak bekerja. Dia membantuku belajar dirumah, aku baru sadar suamiku ternyata pintar. Dia mampu menjelaskan semua pelajaran kepadaku. Bahkan kalau boleh jujur aku lebih mengerti saat di ajari oleh Ali di banding guruku.
Keponakanku Ekana juga telah di jemput oleh orang tuanya. Awalnya aku sedih, karena aku sudah berasa dekat sekali dengan Eek, aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri. Kak Alya dan Bang Rico membawakan ku oleh-oleh emas dari sana sebagai ucapan terima kasih karena merawat putrinya. Aku pun menerimanya karena tidak mau menyinggung perasaan kakak iparku walaupun aku merawat Eek dengan tulus.
Ku langkahkan kaki ke sekolah dengan mengucapkan Bismillah. Ini hari pertama aku menghadapi ujian nasional. Oh ya hari ini untuk pertama kalinya suamiku, Ali mengantarkan aku ke sekolah. Sebelum aku membuka pintu mobil dia menarik tanganku," jangan tegang ya. Berdoa dulu. Kamu pasti bisa ngerjainnya, "ucapnya menyakinkanku. Aku menarik nafas menatapnya balik,"Terimakasih ya. Doain aku,"sahutku. Dia kemudian mencium keningku.
Saat ku turun dari mobil, ku lihat Halik menghentikan motornya. Dia menatapku sekilas lalu berlalu begitu saja. Mungkin dia masih marah padaku. Kemarin Ali bercerita bahwa Halik sudah mengetahui bahwa aku dan Ali sudah menikah. Hal itu terjadi karena Ali panik melihat darah segar yang keluar dari hidungku. Aku pun memakluminya, mungkin memang sudah saatnya Halik mengetahui ini semua. Aku tidak mau mempermainkan perasaannya.
"Prilly,"panggil seseorang yang membuatku otomatis menoleh. Gritte.
"Lo kemana aja sih udah 3 hari ngga masuk?terakhir sekolah gue liat lo ngelerai Halik yang berantem sama kakak ipar lo,lo gatau apa gue khawatir?malah handphone gak aktif pula."cerocosnya tak henti-henti.
Aku memeluk sahabatku," Maaf ya Itteku sayang. Lo tau sendiri kan kemarin gue kena tonjok sampai pingsan. Makanya gue nggak di izinin masuk dulu sama Ali. soal handphone, Ali juga gak ngizinin gue main Handphone dulu menjelang UN."
Gritte menatapku tajam mengerutkan keningnya,"jujur deh Prill. Ali itu siapanya lo sih?kalau cuma kakak ipar kenapa dia ngatur-ngatur lo kayak gini?trus kenapa dia bisa sampai berantem sama Halik kemarin?"
Aku menghela nafasku. Mungkin ini sudah saatnya Gritte mengetahui semuanya. Jujur saja, berbohong itu bukan hobbyku. Aku juga tidak pandai menyembunyikan sesuatu,"ada yang mau gue kasih tau sama lo Te tapi gak disini."
"OMG HELLOW Prilly. Lo udah gila ya?lo masih SMA. Gimana kalau anak-anak tau?gimana kalau guru-guru tahu. Gimana ka..."aku membungkam mulut Gritte dengan tangan kananku.
"Te lo bisa diam gak sih. mulut lo ini yang bikin orang-orang bakalan tahu,"bisikku padanya. setelah dia mengangguk aku melepaskan tanganku yang membungkam mulutnya.
"Kok bisa sih Prill. Trus kak Sania sekarang dimana?"Tanya Gritte yang sudah mengecilkan suaranya.
Aku menghela nafas. Fikiranku beralih ke Sania. sudah 2 bulan ini dia tidak pernah lagi memberikanku kabar. Aku sempat mencoba menghubungi nomer yang dulu ia gunakan untuk menelponku tapi nomer itu sudah tidak aktif.
"Gue juga ngga tahu Te. Dia udah gak pernah ngabarin gue lagi. Terakhir yang gue tahu dia ada di s'pore bareng si Doni bajingan itu."
Gritte menepuk pundakku pelan," sorry ya Prill gue gak maksud bikin lo sedih,"aku hanya tersenyum kepada Gritte.
"Oh ya selain gue siapa lagi disini yang tau kalau lo udah menikah?"
Aku terdiam sejenak."Halik,"jawabku singkat.
"APAAAAA?" teriak Gritte histeris.
"Te, lo kok jadi bawel ngelebihin gue gini sih?"
Gritte menutup mulutnya," sorry..sorry gue kan syok Prill. Tapi kok Halik bisa tau sih?trus kenapa sikapnya biasa aja. Bahkan dia ngajak lo ngedate."
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAKY WEDDING
Fanfiction18+ Cerita ini adalah karya @leosenja dan atas persetujuannya cerita ini di publish kembali setelah direvisi terlebih dahulu oleh @widyahadi Cinta datang tak mengenal usia, cinta datang dengan cara tak terduga,dan cinta tahu kemana takdir membawa ki...