NEGATIVE

36.5K 2.3K 53
                                    

Ali's POV

Aku menghempaskan tubuhku ke sofa. Akhirnya semuanya sudah selesai. "Aku tidak menyangka mama bisa semudah itu memaafkan Sania,"ucapku memainkan rambut Prilly.

Dia tertawa kecil," aku juga gak nyangka, mungkin karena mama takut kehilangan Kak Sania lagi."

Aku hanya berdeham," tapi bagaimana dengan papa ya?"

Prilly menatapku, dia menggigit bibir bawahnya,"ini yang aku khawatirin Li. Papa pasti marah banget sama Kak Sania. apa dia bisa nerima Kak Sania dan anaknya?"

Ku elus pipi chubby istriku," mudah-mudahan. Lebih baik sekarang kita ambil wudhu. Kita sholat. doain Sania, semoga papa bisa nerima dia dan Doni bisa ditemukan. Biar bagaimanapun, dia itu ayah dari anak diperut sania."

Prilly mengangguk pasrah, kubangunkan dia untuk bergegas mengambil wudhu. Kami sholat berjamaah, setelah sholat kami mendoakan Sania dan bayinya. Kontan ku lihat Prilly berlari ke kamar mandi sambil memegang mulutnya. Ku gedor pintu kamar mandi.

"Kamu kenapa sayang?"tanyaku panik. Tapi tidak ada jawaban.

"Prill,Prilly,"panggilku lagi. Hingga pintu kamar mandi terbuka, ku lihat muntahan Prilly di westafel.

"Kamu gapapa?"tanyaku memijat tengkuknya.

Dia menggeleng lemah, menyalakan keran air." gapapa,kayaknya aku cuma masuk angin."

Masuk angin?tanyaku dalam hati. Memang akhir-akhir ini ku lihat Prilly selalu sibuk dengan tugas kuliahnya. Bahkan tak jarang dia harus begadang karena tugasnya yang menumpuk.

"Makanya kamu jaga kesehatan dong, kasihan badan kamu udah kecil nanti tambah kecil."godaku menempelkan telunjukku di pipinya. Dia hanya tertawa kecil mencubit perutku.

"Kamu mah ngeledekin aku mulu, kecil-kecil gini juga memuaskan, haha." tawanya puas.

Ku berikan dia senyuman jahilku, aku mau lihat apakah ekspresinya masih sama seperti dulu.

"Hmm memuaskan ya?"aku berjalan mendekat ke arahnya. Entah refleks atau apa, dia malah berjalan mundur.

"Ka..kamu mau apa Li?"tanyanya terbata-bata. Dasar Prilly, padahal sudah lama kami menikah tapi ekspresinya masih sama. Dia terlihat gugup, mukanya merah. Bahkan ku dengar dia menelan ludah berkali-kali. Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku terus berjalan mendekatinya. Sontak tiba-tiba tubuhnya oleng, dengan cepat ku tangkap tubuhnya agar tidak terjatuh. Namun karena posisi kami yang tidak seimbang. Akhirnya aku dan Prilly terjatuh di bathtub dengan posisi Prilly di bawahku. Ku rasakan darahku berdesir, ku lihat Prilly memejamkan matanya. Tanganku meraih keran untuk menyalakan air.

"Li kok di nyalain, bajuku basah nih,"gerutunya yang masih di bawahku. Dengan cepat ku cium bibirnya penuh gairah. Ku lumat perlahan, awalnya prilly shock namun tak lama dia mulai mengikuti permainanku. Kemeja putih yang ia kenakan basah terkena air, mencetak lekuk tubuhnya. bahkan bra hitam yang ia kenakan terlihat jelas.

"Kamu sexy,"bisikku menggigit daun telingannya pelan.

Kucium lehernya, kontan aku melepaskannya. Menggendongnya keluar bathtub.

"Maafin aku yaa, aku lupa kamu lagi sakit,"ucapku menyesal karena kurasakan suhu tubuhnya panas.

Dia hanya tersenyum simpul kearahku. Ku buka pakaiannya yang basah dengan pakaian yang kering. Saat ku buka kancing kemejanya, tangannya menahanku," kenapa?"

"Aku malu,"jawabnya polos. Sontak aku tertawa terbahak-bahak, ku acak-acak rambutnya yang setengah basah.

"Ih Ali, "keluhnya mengerucutkan bibir, merapikan rambutnya yang ku acak-acak tadi.

FREAKY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang