PROBLEM (again) 4

30.9K 1.9K 48
                                    

Prilly's POV

Aku mengerjapkan mata, hendak meregangkan otot-otot tubuhku. Namun Ali masih memelukku erat. Dia tidak melepaskan pelukannya sejak tadi malam. bahkan dalam tidur sekalipun. Ku angkat tangan Ali yang membelit pinggangku sejak semalam dengan hati-hati, aku tidak mau membangunkannya. Sepertinya dia sangat kelelahan. Tanganku menyentuh pipinya perlahan, menciumnya cukup lama. Aku berjalan berjinjit meraih knop pintu kamar dengan pelan.

Ku buka pintu lemari es mencari bahan makanan yang bisa di masak. Namun aku lupa, semenjak pulang dari Swiss aku belum berbelanja. Persediaan makanan bekupun telah habis. Kuputuskan untuk pergi ke pasar tradisional karena supermarket belum buka.

Aku menghentikan angkot yang ku tumpangi saat aku sampai di pasar tradisonal. Pasar ini agak becek, karena tadi subuh hujan. Namun keadaan pasar yang becek tidak menghentikan aktivitas di pasar tradisional ini.

Aku membeli beberapa sayuran, daging dan bumbu dapur. Setelah semua barang yang ku beli sudah sesuai dengan daftar belanjaanku. Aku segera bergegas pulang. Aku tidak mau Ali panik mencariku saat dia terbangun, karena aku lupa meninggalkannya sebuah pesan. Kontan ponselku berbunyi, ini pasti Ali. aku berusaha mencari ponselku yang ku simpan di dompet. Namun karena barang belanjaanku yang lumayan banyak, aku sedikit kesulitan. Hingga ku rasakan kakiku basah.

Shit!! Kakiku terjatuh di kubangan air. Ini pasti bau sekali. Ku angkat kakiku yang kotor. Suara laki-laki yang tak asing mengejutkanku.

"Prilly," aku mendongak menatap pria pemilik suara itu karena tinggiku yang hanya sebatas ketiaknya.

"Ranu," ucapku kaget. Ya aku sangat kaget. Pertama karena terakhir bertemu dengannya dia sedang berada di Swiss. Dan yang kedua seorang Ranu Wicaksono Mueller ada di pasar tradisional. Ini suatu keajaiban, bahkan jika aku ceritakan hal ini kepada teman-teman SDku pasti tidak akan ada yang percaya.

"Biasa aja kali ngeliatnya, kayak ngeliat hantu aja," Jawabnya keki. Ku dorong dadanya pelan.

"Haha sorry-sorry abis gimana gue gak kaget coba. Tiba-tiba lu nongol di depan gue gini, di pasar pula."

Dia hanya tersenyum malas, kemudian dia mengalihkan pandangannya ke kakiku yang kotor. Aku yakin seratus persen sebentar lagi dia pasti memasang wajah jijik. Namun dugaanku salah, dia hanya mengernyitkan dahinya. Kemajuan.

"Kaki lo kenapa?"

Aku tersenyum simpul," itu tadi jatuh di kubangan."

Dia menggandeng tanganku.

"Kita ke warung itu dulu bersihin kaki lo," ajaknya tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu. Dasar Ranu, dari SD hobby maksa.

Aku membersihkan kakiku yang kotor dengan tissue basah. Sementara Ranu hanya memperhatikanku. Tiba-tiba dia bangkit dari duduk dan berjongkok di hadapanku. Spontan aku merapatkan dudukku mengingat kebiasaannya waktu SD yang suka masuk ke dalam rok orang lain. Apa lagi saat ini aku memakai dress yang hanya sebatas lutut. Jujur saja aku sangat trauma dengan perlakuannya waktu SD dulu. Dia memandangku heran.

"Kenapa lo?" Aku menggeleng pelan. Aku tidak mau terlihat panik di depannya. Nanti bisa-bisa dia mengerjaiku lagi seperti waktu kami SD dulu.

Sontak dia mengambil tissue basah yang ada di tanganku, membersihkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel. Jujur saja, aku sangat tercengang akan sikapnya. Seorang Ranu yang arrogant, tukang maksa, sombong dan suka masuk ke dalam rok orang sekarang berjongkok membersihkan kakiku tanpa tatapan menjijikkan. Bahkan dia membersihkannya sangat telaten. Aku hanya bisa menganga melihatnya. Apakah ini mimpi? Atau Ranu salah minum obat?

Aku menepuk pipiku, memeriksa apa aku bermimpi atau tidak. Dan hasilnya pipiku sakit. Ini Real. Ranu benar-benar berubah.

"Selesai," Ucapnya tersenyum puas. Memasangkan sandal ke kakiku.

FREAKY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang