Ali's POV
"Jadi lo lebih bangga kalau Niken yang jadi istri lo?ya udah lo cerai aja anak kecil ini sekarang!gak perlu nunggu setahun dan lo bisa langsung nikahin Niken. Wanita yang gak akan kekanak-kanakan dan yang pasti gabakal buat lo malu."
Suara Prilly yang bergetar menahan tangis terngiang jelas di telingaku. Mendengarnya memintaku menceraikannya bagaikan balok kayu yang menghantam tubuhku. Sakit. Hatiku terasa pedih. Ada gejolak emosi dalam diriku saat dia mengatakan itu. bagaimana bisa dia berfikir seperti itu?Aku marah padanya karena dia membuatku malu, tapi aku lebih marah lagi karena dia meminta cerai.
"Ya karena semua karyawan lo muja-muja dia setinggi langit. Bilang kalau dia istri lo. Lo gak mikir gimana sakitnya perasaan gue?bahkan yang lebih mengenaskan lagi. Lo, suami gue sendiri malu ngakuin gue sebagai istri."
Hantaman keras kembali ku rasakan saat Prilly mengatakan aku malu mengakui dia sebagai istri. Di mana otak anak itu?Jelas aku sangat bangga padanya, ya semua laki-laki pasti bangga memiliki istri seperti Prilly. Kecantikannya yang natural, sifatnya yang keibuan bahkan di usianya yang masih 17 tahun dia sudah bisa memasak layaknya koki restoran. Aku kembali mengingat apa yang ku katakan padanya. Aku membentaknya terlalu kasar. Aku sadar aku sudah melukai hatinya. Suami macam apa aku ini? Aku membiarkan air mata istriku jatuh untuk yang kedua kali.
Aaaah!! Aku kepalkan tanganku. Meninju cermin yang berada di kamar mandi. Darah bercucuran dari tangan kananku. Aku meluapkan emosi yang sejak tadi kutahan. Aku benci diriku sendiri. Kenapa aku begitu bodoh?
Aku masuk ke kamar Prilly. Hawa dingin menyerbu. Ku raih saklar lampu. Sejak pulang dari kantor tadi aku langsung menitipkan Eek ke mama. Untungnya mama langsung mengerti tanpa banyak bertanya. Ku rebahkan tubuhku di ranjang miliknya,sepulangku dari rumah mama. Aku berharap Prilly sudah pulang. Aku rindu omelannya jika aku pulang terlambat.
"Kemana aja sih?kenapa jam segini baru pulang?"
"Lupa ya alamat apartement sendiri?"
"Sekalian aja gak usah pulang!"
Namun tidak ada tanda-tanda Prilly di apartemen. Sepi. Tidak ada suara cemprengnya. Aku mencoba menelponnya berkali-kali namun ponselnya tidak aktif. Dimana kamu sayang?
Kontan ponselku berdering, "Mama Ully,"gumamku.
"Assalammualaikum Li,"
"Waalaikumsalam Ma. Tumben malam-malam nelpon Ali?" tanyaku sopan kepada mama mertuaku.
"Li, ada Prillynya?mama mau berbicara." aku diam seketika. Awalnya aku fikir Prilly menginap dirumah mamanya. Tapi kenapa Mama Ully menanyakan Prilly. Aku panik, namun aku tidak mau mama mertuaku ikut panik. Aku menggigit bibir bawahku.
"Prillynya udah tidur mah."jawabku berbohong mengatur intonasiku.
Aku hendak mengambil kunci mobilku untuk mencari Prilly. Ku dengar mama menghela nafas,"sebenarnya ada masalah apa antara kamu dan Prilly?"
"Ma-maksud mama?"tanyaku terbata-bata.
"Prilly ada disini Li."suara mama dari sebrang membuatku lega.
" Sebenarnya ada masalah apa antara kamu dan Prilly?tadi siang Prilly kesini. Dia bilang mau menginap dan sudah mendapat izin dari kamu tapi mama curiga ada yang tidak beres. Mama melihat matanya sembab. Makanya mama menelpon kamu,"
Aku menghela nafas,"Maaf Ma. Ali akan jemput Prilly sekarang."
"Mama tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian. Mama juga tidak berhak ikut campur dalam rumah tangga kalian. Tapi mama berharap kalian bisa menyelesaikannya secara bijak. Ini sudah larut. Biarkan Prilly menginap saja dulu disini, kamu tidak usah khawatir. Prilly aman disini." jelas mertuaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAKY WEDDING
Fanfiction18+ Cerita ini adalah karya @leosenja dan atas persetujuannya cerita ini di publish kembali setelah direvisi terlebih dahulu oleh @widyahadi Cinta datang tak mengenal usia, cinta datang dengan cara tak terduga,dan cinta tahu kemana takdir membawa ki...