Ali's POV
Aku terbangun dari tidur lelapku, mataku masih terpejam sementara tanganku meraba-raba ke samping. Tidak ada Prilly di sampingku. Pasti dia sedang bersama Sania. sudah sebulan lamanya Sania tinggal di apartemenku. Jujur saja hal ini sangat membuatku risih, Sania yang notabennya sebagai kakaknya yang sudah lama tidak berjumpa ditambah kondisinya yang sedang hamil membuatnya mendapatkan ekstra perhatian dari istriku. bahkan tak jarang dia lebih memperhatikan Sania dibanding diriku. Ingin aku protes pada sikap Prilly yang sekarang sering mengacuhkanku. Tapi apa boleh buat, belum juga aku protes dia sudah ceramah terlebih dahulu.
"Kak Sania kasihan ya Li."
"Aku mau buatin makanan sehat dulu buat Sania."
"Aku mau buat susu hamil buat Sania."
"Aku mau ngajak Sania jalan-jalan dulu."
"Sania gak boleh stress, harus di buat seneng."
Apa-apa Sania, apa-apa buat Sania. lalu buatku mana? Aku mendecak kesal. Ingin rasanya aku menendang Sania sekarang juga dari apartemenku. Apa lagi sikapnya yang seperti menggodaku. Tidak sadar apa kalau dia sedang hamil?apa dia juga tidak sadar bahwa aku adik iparnya?
Padahal aku sudah menemukan apartemen untuknya, tapi Prilly bersikeras memohon agar Sania tetap tinggal di sini sampai anaknya lahir. Usia kandungannya baru 3 bulan. Itu berarti masih 6 bulan lagi dia keluar dari apartemenku. Otomatis aku harus bersabar sampai waktu itu tiba.
Ku lihat istriku sedang sibuk di dapur, memotong kentang menjadi beberapa bagian. Ku peluk dia dari belakang. Ah rasanya rindu sekali tidak mendekapnya seperti ini. Ku cium bahunya cukup lama kemudian kuletakkan daguku di pundaknya, "morning honey."
Dia menoleh mencium pipiku sekilas, akhirnya Prillyku kembali. Biasanya semenjak ada Sania, dia melarangku untuk bermesraan di luar kamar. Dia beralasan karena malu sekaligus tidak mau membuat Sania sedih, karena Sania pasti akan kembali mengingat sakit hatinya. Aku pun hanya mengangguk yang penting di dalam kamar aku tetap mendapatkan jatah.
Tapi kali ini berbeda, Prilly membiarkan tanganku melingkar di perutnya, bahkan dia mencium pipiku. Walau hanya sebentar.
"Morning sayang."
"Kamu masak apa?"
"Salmon Chowder with Bacon."ucapnya.
Aku mengerutkan kening," kok kamu masak ikan sih?aku kan alergi seafood,"gerutuku melepaskan pelukanku. Aku kecewa,Prilly melupakan aku yang alergi terhadap ikan.
Dia meletakkan telunjuknya di pipiku," kepedean deh, ini buat Kak Sania. aku browsing ternyata salmon bagus buat ibu hamil."
Aku mengernyitkan dahi," lagi-lagi buat Sania,trus aku sarapan apa?"
Prilly berjalan ke arah kompor, mengaduk masakannya," kamu sarapan roti aja ya Li, aku gak sempat masakin yang lain buat kamu."
Apa-apaan dia?Aku kira Prilly sudah berubah seperti semula. Ternyata masih sama saja. Sania is number one!!
Aku mengelus dadaku, "sabar Li sabar."
"Pagi kak, sarapan dulu yuk. Gue udah siapin nih,"ucap Prilly. Aku menoleh ke belakang, mendapati Sania yang berada di belakangku. Dia menutupi mulutnya yang sedang menguap.
"Pagi Prill, pagi Li. Gile ya lo sekarang jadi perhatian banget sama gue."
Prilly meletakkan chowdernya yang masih panas ke sebuah mangkuk," kepedean lo, ini gue lakuin buat calon keponakan gue. Udah sana duduk."
Sania hanya tertawa renyah kemudian mengulum bibirnya. Tiba-tiba dia terlihat cemberut,"makasih ya Prill. Cuma kayaknya lo gak perlu repot-repot lagi. Hari ini gue mau ke dokter. Gue mau gugurin aja kandungan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAKY WEDDING
Fanfiction18+ Cerita ini adalah karya @leosenja dan atas persetujuannya cerita ini di publish kembali setelah direvisi terlebih dahulu oleh @widyahadi Cinta datang tak mengenal usia, cinta datang dengan cara tak terduga,dan cinta tahu kemana takdir membawa ki...