DISASTER IS BEGIN !

67.9K 3.5K 84
                                    

"Kak, udah dong jangan nangis, udah cantik begini masa nangis sih." ucapku seraya menghapus air mata Sania. Sania lantas memelukku," gue nggak mau nikah Pril. Gue ngga mau diatur-atur mulu. Ini hidup gue bukan hidup mereka." ungkap Sania terisak.

Aku mengelus pundak Sania lembut. Aku juga bingung, jika aku berada di posisi Sania aku juga pasti akan menangis seperti dia. Bagaimana tidak?usianya baru 19 tahun tapi sudah di suruh menikah. aku merasa kasihan pada kakakku satu ini. Mungkin kita memang sering bertengkar, namun melihatnya menangis seperti ini membuatku sedih.

"Gue nggak cinta sama dia Pril, gue cuma cinta sama Doni." lanjut Sania masih dalam keadaan terisak.

Aku melepaskan pelukan Sania lantas menghapus air matanya," kata orang cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu kok kak, gue yakin lama-lama loe juga pasti bisa cinta sama Kak Ali."

Sania menepis tanganku kasar.

"Enak banget loe ngomong!Kalau gitu loe aja yang nikah sama om-om satu itu!" sahut Sania keki.

Aku ternganga menatap Sania, biarpun sedang menangis seperti ini ternyata dia tetap menyebalkan. Aku hanya ingin menenangkan dia. Kenapa aku yang kena semprot?

"Loe yang enak banget kalau ngomong!gue masih SMA ! Lagipula Kak Ali kalau buat loe tuh bukan om-om. Umurnya masih 25 tahun. Kalau sama loe cocok lah ya. Secara muka loe kan tua!" sahutku tak kalah keki lalu berlari keluar dari kamarnya.

"Prilly!!adik kurang ajar loe!"

***

"Pril, gimana kakakmu sudah siap?"Tanya mama yang menghampiriku.

"belum Ma, sepertinya sih ngga akan pernah siap." sahutku.

Mama yang mendengar jawabanku, memberikan hadiah cubitan diperutku, "aww!Mama anarkis banget sih nyubit-nyubit." keluhku sembari memonyongkan bibir.

"Lagian kamu ngomong sembarangan banget. Kalau Papa dengar gimana?bisa-bisa bukan Sania saja yang dikawinin, tapi kamu juga!" ancam mama.

Aku langsung bungkam, gawat juga kalau aku ikut-ikutan  dinikahkan.

"Mah, cepat bawa Sania keluar. Keluarga besan sudah datang." suruh papa yang tiba-tiba sudah menghampiriku dan mama, kemudian langsung berlalu ke ruang depan. Menyambut kedatangan keluarga Ali.

Mama menghela nafas, "untung papamu tadi ngga dengar, udah yuk ke kamar Sania." mama menarik tanganku. Aku pun pasrah. Mamaku memang berlebihan.

Mama mengetuk pintu kamar Sania,"Sania, sayang buka pintunya nak. Calon suamimu sudah datang." Mama mencoba membuka knop pintu namun terkunci.

"Sania, cepat buka sayang!" Namun Sania tidak menjawab.

"Ketiduran kali Ma." sahutku ringan.

"Kak, buka woy tuh calon suami loe udah datang!" panggilku sambil menggedor-gedor pintu kamar Sania.

"Prilly, suara kamu tuh cempreng banget sih, nanti keluarga Ali dengar. Bikin malu saja!"omel mama sambil mengacungkan telunjuknya kearah bibirnya yang sudah dipoles lipstick tebal.

"Yailah Mama, kayak nggak tahu Sania aja. Dia kan kalau tidur udah kayak badak pake headset. Gak bakal dengar kalau pelan-pelan." protesku. Namun Sania tidak keluar juga.

Papa akhirnya menghampiri kami yang sedari tadi menggedor-gedor pintu kamar Sania. "Ma, Prill lama banget sih."

"Ini loh Pa, kamarnya terkunci. Kayaknya nih pengantin lagi bobo cantik deh."celetukku.

Papa dengan wajah sangarnya melototiku. Aduh rasanya mau nadangin papa pake baskom, bola matanya hampir keluar cuyyy. Oke abaikan!

"ya udah buka aja pake kunci serep, susah amat sih. Gak enak sama keluarganya Ali." perintah papa.

"oh iya ya mama baru kepikiran,hehe." jawab mama cengar cengir.

"Prill!"mama menggerak-gerakkan bola matanya,mengisyaratkan sesuatu.

"Kenapa?"jawabku ala-ala iklan biskuat.

"ambil kunci serepnya! di ruang TV." perintah mama.

"Ngga mau ah, Prilly pakai kebaya ribet. Ruang TV kan di bawah."

"Mama juga pakai kebaya keles, kalo disuruh orang tua lakuin aja. Jangan kebanyakan protes." ucap mama, sambil memaikan bola matanya melirik papa. Wah jiwa kompornya keluar deh. Kalau sudah seperti ini, bisa diceramahin seharian. Emang dasar ibu-ibu tukang kompor.

Tak menunggu lama aku langsung berlalu keruang TV untuk mengambil kunci. Sania emang ngerepotin!

"Aduh dimana sih kuncinya." dumelku sendiri mengobrak-abrik laci yang berada di sebelah TV.

"Sorry toilet di sebelah mana ya?"Tanya seseorang sembari mencolek punggungku. Aku membalikkan tubuhku yang membelakanginya. Alamak sueekk!! calon suaminya Sania ganteng gila. Aku melongo melihat Ali yang berdiri di hadapanku. Aku memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ganteng bingits, 10x lipat lebih ganteng dari fotonya, ditambah lagi setelan jas yang dia gunakan membuatnya tambah keren. Eh jadinya ganteng apa keren ya?dua-duanya aja deh plus kece maksimal.

"Hei." Ali menjentikkan jarinya di depan wajahku.

Walaupun keluargaku dan keluarga Ali sudah sering mengadakan pertemuan. Namun aku belum pernah melihat Ali, karena aku sering absen kalau ada pertemuan seperti itu. Karena aku tahu, pasti pertemuan itu hanya membahas tentang rencana pernikahan Sania. menurutku itu tidak penting buatku. Lebih baik aku belajar dirumah, karena sebentar lagi UN. Bahkan menurut Sania saja itu tidak penting, apa lagi menurutku?

"Eh iya iya, lurus saja terus belok kanan."jelasku pada Ali. Wah Sania gila, cowok seganteng itu dia nggak mau. Malah cinta mati sama Doni, playboy cam kampong naga. Cinta memang buta ya.

"Nih Ma kuncinya."ucapku sambil mengulurkan kunci serep yang berada di dasar laci TV terdalam.

Tiba-tiba mama berteriak, aku yang sedari tadi di depan pintu langsung masuk kedalam.

" Ada apa Ma?Loh Sania mana?"tanyaku panik.

"Prill." mama memanggiku lemas sambil menyodorkan sebuah kertas.

Ma, Pa, Prill
Maafin Sania, Sania nggak bisa menikah sama Ali. Sania nggak cinta sama Ali, Sania cuma cinta sama Doni. Biar papa dan mama nggak malu,nikahin saja Ali sama Prilly. Toh sama-sama anak mama papa juga kan. Sekali lagi Sania minta maaf.

WHATTTT!!! Sania gila. Kalau mau kabur ya kabur saja. Kenapa mesti memprovokasi mama dan papa agar aku menggantikan dia? Sumpah ya, kalau ketemu  Sania si kakak kurang ajar, aku akan mencubiti  pipinya sampai biru biar makin kempot. Enak saja main nyuruh orang untuk menggantikan dia menjadi pengantin. Aku mendengus kesal.

********

FREAKY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang