PROBLEM (again) 3

30.9K 2.1K 63
                                    

"Perut Mbak Niken membesar."

Kalimat Ani terus menggantung di fikiran Resi. Dia tidak mau berfikir negatif, tapi jika ditelusuri dari masalah tentang kontrak itu, bukan hal yang mustahil kalau anak di perut Niken itu adalah anak Ali.

"Arrgghh!" Resi mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa putranya tidak mungkin berbuat sekeji itu. Malam kian larut, namun Resi tidak bisa memejamkan matanya. Dia terus bergerak, mencari posisi yang nyaman untuk tertidur. Namun rasanya sulit. Tidak ada Farizy di sisinya. Suami tercintanya sedang terbaring koma. Alhasil malam itu dia hanya merenung. Ingin rasanya tidak memikirkan segala permasalahan ini namun rasanya sukar. Semua masalah ini bagai hantu di sudut fikirannya.

Resi menatap sinar matahari yang mengintip dari celah-celah gordyn yang renggang. Dia belum tertidur. Dia tidak tenang, fikirannya melayang entah kemana. Dia keluar dari kamarnya bergegas untuk mandi. Setelah selesai mandi, dia meminta Ani membuatkannya kopi untuk mengusir rasa kantuknya. Kopi panas ditemani roti isi menjadi sarapannya. Sebenarnya dia tidak memiliki nafsu makan saat ini, namun dia memaksakannya. Biar bagaimanapun dia hanya manusia. Tubuhnya butuh asupan, di tambah lagi waktu istirahatnya yang banyak berkurang.

Sontak bel rumah berbunyi, Resi bergegas membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Jantungnya berdegup kencang saat melihat sosok wanita muda berbaju merah. Niken. Matanya beralih menatap perut Niken yang membesar. Benar kata Ani, Niken hamil.

"Pagi Tante," Sapanya dengan seulas senyum tipis.

Resi berusaha bersikap setenang mungkin, walaupun hatinya sebenarnya was - was. Resi tidak ingin menunjukkan kekhawatirannya di depan wanita jalang ini.

"Ada apa?" Tanyanya datar. Matanya yang hitam legam menatap Niken sarkatik. Sementara Niken masih mengukir senyuman tipis di rahangnya.

"Apa kabar tante? Sudah lama tidak bertemu," Ungkapnya ramah. Resi tersenyum sinis, dia muak basa-basi. Apalagi jika basa-basi itu dari wanita iblis yang menganggu ketenangan keluarganya.

"Langsung saja, ada apa kamu kemari? Saya tidak punya waktu banyak," Ungkap Resi berlalu meninggalkan Niken yang masih di ambang pintu. Dia duduk di sofa ruang tamunya.
Niken mengikuti Resi dari belakang, dia duduk di samping Resi dengan tenang. Sesekali dia mengelus perutnya yang sudah membuncit.

"Kalau kau kesini hanya untuk memamerkan perutmu yang membesar itu lebih baik pulang saja. Saya tidak berminat," Ungkap Resi mengambil cerutunya. Saat sedang di landa stress seperti ini. Hanya sebatang rokok yang dapat membuatnya tenang. Walaupun suaminya sudah mengoceh berkali-kali tentang kebiasaan istrinya yang mengikuti jejaknya itu. tapi siapa peduli, jika suaminya sendiri tidak mencontohkannya.

"Tante pasti akan sangat berminat jika mengetahui siapa ayah dari anak di perutku ini," Ucap Niken tenang tanpa merasa bersalah. Kontan Resi terbatuk-batuk, entah karena dia menghisap rokoknya terlalu dalam atau karena mendengar pernyataan Niken.

Melihat Resi yang terbatuk-batuk, Niken menepuk pundak Resi perlahan.

"Hati-hati Mama, rokok sangat tidak baik untuk kesehatan," Lanjutnya. Resi membelalakkan matanya, dia tidak sudi di panggil mama oleh wanita jalang ini.

Resi menepis tangan Niken yang berada di pundaknya.

"Jangan panggil aku mama. Kau bukan anakku dan satu lagi, saya tidak peduli dengan ayah dari anak yang kau kandung itu!"

Niken tersenyum licik,"Yakin Mama tidak peduli? Pasti anak ini sangat sedih tidak di akui oleh neneknya."

Mata Resi membelalak, dia tidak menyangka kekhawatirannya benar-benar terjadi. Ini seperti mimpi buruk baginya. Masalah tempo hari belum selesai sekarang sudah muncul kembali masalah baru.

FREAKY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang