TROUBLE 2

38.9K 2.3K 28
                                    

Sepanjang jam pelajaran, aku hanya melamun memikirkan Ali. Tak ada satu pelajaran pun yang masuk ke otakku hari ini. Kira-kira apa yang akan dilakukan Halik pada Ali?Otakku kembali memutar pembicaraan Halik tadi pagi. Kata guru BPku anak-anak SMA, usia remaja menuju dewasa sangat mudah tersulut emosi. Mereka bisa melakukan hal-hal tanpa berfikir terlebih dahulu.

Tiba-tiba tayangan film action yang ku tonton kemarin terlintas di pikiranku. Bagaimana jika nanti Ali dan Halik adu jotos?lalu siapakah yang akan menang. Teringat jelas di fikiranku saat pemeran utama dengan wajah penuh lebam dan bercucuran darah.Bagaimana kalau seandainya Ali seperti itu? Aku tak sanggup membayangkannya lebih lanjut. Tapi bukankah pemeran utama tidak mungkin mati?Iya kalau Ali pemeran utamanya,kalau Halik ? Trus Ali yang jadi musuhnya, lantas Ali kalah kemudian mati!!Ku pukul keningku pelan dengan menggunakan pulpen. Gara-gara mengkhawatirkan Ali aku jadi berpikiran macam-macam.

Tapi seandainya adu jotos itu terjadi, sepertinya Ali yang akan kalah. Mengingat Halik itu kapten tim Futsal pasti tendangannya mantap. Tidak ada hubungannya Prilly!!

Sungguh aku sangat mengkhawatirkan Ali. Segera kuambil handphone dari dalam tasku lantas menelponnya. Tak ada jawaban hingga aku menelponnya sebanyak 25x panggilan. Aku berdecak kesal,percuma punya handphone kalau dihubungi saja susah!! Aku segera mengirim pesan lewat LINE

Li, nanti pulang sekolah gue mau kekantor loe. Ada yang mau gue omongin sekalian ngambil Eek.

Send

Tak ada balasan juga dari Ali. aku jadi geregetan sendiri. Sepulang sekolah aku langsung menghentikan taksi menuju kantor Ali. Sebelumnya aku menanyakan dulu alamatnya pada mama mertuaku di mana kantor Ali.

Aku berhenti di depan gedung megah yang menjulang tinggi. 70% dari kantor ini terbuat dari kaca. Menampilkan kesan terang di antara bangunan lainnya. Aku hanya bengong melihat kantor suamiku ini. Dari depan gedung, ku lihat sebuah kolam yang lumayan besar. Di tengah kolam terdapat balok es yang di ukir nama Farizy Group. Benarkah ini kantor suamiku?besar sekali. Ternyata mertuaku seorang yang kaya raya, padahal setahuku ini hanyalah kantor cabang. Bagaimana dengan kantor pusatnya?Bisa kalian bayangkan.

Langsung saja aku masuk ke dalam kantor tersebut, dari depan pintu masuk. Seorang satpam paruh baya menghampiriku,

"Permisi mau cari siapa dik?"Tanya dengan sopan.

"Bapak Alinya ada?"

"Sudah buat janji?"tanyanya kembali. Yailah masa mau ketemu suami sendiri mesti buat janji. Aku menggeleng pelan.

"Belum."

"Kalau belum buat janji, tidak bisa ketemu."jawab satpam itu.

"Tapi ini penting pak. Menyangkut hidup matinya beliau,"kataku yang mulai berlebihan.

Satpam itu membulatkan mata terkejut.

"Ya sudah kamu saya antarkan ke sekretarisnya. Nanti kamu sendiri yang bilang sama dia ya,"katanya lembut. Mau ketemu suami sendiri saja susahnya minta ampun,mesti dioper kesana kemari. Aku pun hanya mengangguk, sementara satpam itu mengisyaratkan aku untuk mengikutinya.

***

Ali's POV

Semua mata karyawan mengarah kepadaku. Hancur sudah image ku sebagai pimpinan perusahaan yang keren dan cool. Bagaimana tidak?sekarang seorang Ali Al Farizy, pimpinan muda Farizy Group membawa seorang anak kecil ke kantor. Siapa lagi kalau bukan Eek alias Ekana Nasya Putria. Anak dari kakakku yang sangat bawel Alya Al Farizy dan suaminya yang sangat sabar juga menghadapi kebawelan kakakku, Rico Ariano.

FREAKY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang