Aku terbangun saat sinar matahari mengintip dari celah-celah gordyn yang renggang. Kurasakan sebuah tangan melingkar di perutku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku menatap langit-langit. Kamar Ali. Aku melirik ke Ali yang tidak mengenakan pakaian dan hanya dibalut selimut. Mataku beralih menatap diriku sendiri. Aku juga sama. Ingin aku teriak. Apa yang sudah ku lakukan? Aku mengintip diriku sendiri di balik selimut.
Aku menghela nafas lega, untunglah aku masih mengenakan celana. Setidaknya tubuhku tidak polos tanpa benang sehelai pun. Ku lihat kissmark menghiasi dadaku.
"Aliiiii!!" teriakku geram.
Aku bangkit dari ranjang, menatap cermin. Tidak hanya dadaku yang di penuhi bercak merah tapi leherku juga. Aku kemudian menghitungnya.
"satu,dua,tiga,empat,lima,....ah ada sembilan. Satu lagi dapat piring cantik ini!!" Aku makin berteriak tidak jelas. Tiba-tiba Ali terbangun, reflek aku berjongkok menutupi dadaku yang tak berbalut busana.
"Kamu ngapain sih?pagi-pagi udah berisik." tanyanya sambil mengucek matanya tak berdosa.
Aku berjalan jongkok, sembari meraih selimut untuk menutupi tubuhku.
"Nggak usah di tutupin gitu. Aku juga udah lihat,"sambungnya yang malah membuatku semakin malu. Ku rasakan pipiku memanas, wajahku pasti sudah merah sekarang.
"Kecuali yang bawah sih. masih disegel sampai lulus hahaha." tawanya yang membuatku kesal. Aku lantas melempar bantal ke arahnya.
"Nggak usah ketawa. Gimana nih, masa aku sekolah penuh merah-merah gini di leher?"tanyaku kesal. Tidak mungkin aku berangkat sekolah dalam keadaan seperti ini,yang ada aku jadi bahan ledekan teman-temanku.
"Emang siapa yang bilang kamu boleh sekolah?"
Aku menyipitkan mataku," maksudnya?"
"Kemarin kan kamu baru kena tonjok sayang, sampai pingsan lagi. Aku nggak ngizinin kamu sekolah," jelasnya.
"Tapi Li, aku kan sebentar lagi mau UN lagipula aku gapapa kok,"rengekku. Meskipun nilaiku pas-pasan tapi aku anak yang rajin belajar,cita-citaku untuk menjadi dokter yang jadi motivasiku dan membuatku bersemangat.
Ali menggeleng perlahan," Engga. Aku khawatir kalau kamu sekolah sekarang. Nanti biar aku yang ngajarin kamu jadi nggak ada alasan ketinggalan pelajaran."
Aku tertawa remeh,"emang kamu bisa ngajarin aku?kamu aja lulus kuliah 7 tahun,"cibirku diiringi tawa mengejek.
Tiba-tiba Ali terdiam seperti memikirkan sesuatu. Apakah perkataanku keterlaluan hingga membuatnya diam seperti itu.
"Li, kok diam?aku keterlaluan ya?"tanyaku hati-hati.
Dia tersenyum jahil memiringkan sebelah bibirnya lalu menarik selimut yang menutupi tubuhku.
" Ah ALIIIIII!!!!!" Aku berteriak sambil tanganku sibuk menutupi dadaku,sementara Ali semakin tertawa lebar lantas menarik tanganku hingga aku jatuh ke dalam pelukannya.
"Aku tambahin lagi stempelnya ya?" seringainya jahil lantas bibirnya tiba-tiba sudah mendarat di salah satu pucukku sembari menarik selimut.
"Aliiii !! mmmpphhh."
***
Ali's POV
"Gimana ngerti nggak?"tanyaku yang melihatnya hanya melongo seperti sapi ompong. Prilly,Prilly!
"Kamu kok ngerti sih Li?"tanyanya polos. Mulutnya terbuka, sementara kepalanya dimiringkan kekanan.
Aku tertawa renyah mengacak-acak rambutnya," kalau aku nggak ngerti ngapain aku nawarin buat ngajarin kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAKY WEDDING
Fanfiction18+ Cerita ini adalah karya @leosenja dan atas persetujuannya cerita ini di publish kembali setelah direvisi terlebih dahulu oleh @widyahadi Cinta datang tak mengenal usia, cinta datang dengan cara tak terduga,dan cinta tahu kemana takdir membawa ki...