Aku, dan cemburu. Kenapa mereka berdua datang bersama? Maksudku, setelah kejadian waktu itu apa sudah mengubah sesuatu? Mereka tampak akrab. Saat istirahat akan ku tanya keduanya, pura-pura bodoh sambil menimbrung makan siang.
•••
Jam makan siang tiba, setelah mengantre aku langsung menghampiri meja mereka. "Boleh bergabung?" tanyaku cuek. "Boleh." sahut July sedikit ketus, wah ada yang berubah haluan disini. "Bagaimana kabar kalian?" ini basa-basi. Mereka cuma menjawab "baik," "sehat." serasa hati ingin mengucap. "Kapan mati?" itu untuk Bluez, dan "kapan kau sadar?" untuk July. Namun sepertinya 0% mereka perduli. Oke, hubungan kami retak, dan aku sangat marah karena itu ulah temanku sendiri, teman yang selama ini aku bela, aku jaga, ya walaupun sedikit berbohong dan beberapa tinjuan. Tapi setelah tahu mereka begini. Demi Tuhan aku tidak menyesal telah menghajar Bluez. "July!" tanganku menggebrak meja kencang sampai Tobey kaget dan jus tomatnya terjatuh. July menatapku tajam. "Apa?" dan Bluez mencoba mendorongku, tapi kudorong dia lebih dulu sampai tersungkur meniban meja kayu itu. "Aku berharap itu kaca agar kita impas, keparat." July melayangkan tangannya yang sebentar lagi mau menamparku. Namun kutepis, kugenggam erat. Lalu menatapnya dalam. "Kukira kamu ini perempuan seperti putri-putri Disney yang menerima kekuranganku, tapi setelah kamu mengetahui aku pemakai, kamu menjauh. Padahal sebelumnya kamu yakin aku orang baik, kan? Juliet?" kulepas tangan July, lalu membiarkan dia menamparku. Kuterima tamparan kencang itu dengan tetap menatap matanya, makin lama makin tajam. July membalas tatapanku, Bluez hendak bangkit tapi kutendang mulutnya. Jangan ganggu aku, teman sialan. Bluez meringis kesakitan hampir mengeluarkan air mata, dua giginya copot jatuh ke lantai. Mataku masih fokus dengan July. "Maafkan aku karena telah mengusik kehidupanmu, kalau kamu merasa terganggu. Aku pergi, tapi asal kamu tahu. Aku bukan orang bodoh, gila, pecandu maniak yang setiap harinya memburu obat sialan itu. Aku melakukannya untuk mengalihkan masalahku yang sekarang sudah surut. Aku mau berhenti, aku mau rehabilitasi lalu tetap bersamamu sebagai Romeo yang kamu kenal baik. Bukan Romeo si pecandu yang kamu jauhi seperti ini. Sampai jumpa." kumasukan tanganku ke dalam saku jaket hitamku, lalu menjauh sambil melihat Bluez. "Aku tidak pernah menikungmu! Aku masih menjaga jarak dengan July, sekarang kau mau dia? Ambil. Kau punya dendam? Katakan padaku sebagai Bluez temanku, bukan musuhku. Persetan denganmu!"
Sejak saat itu hubunganku dengan July mulai renggang, aku fokus dengan kafetaria ibu. Dia fokus dengan sekolah juga Bluez. Kabar yang aku dengar dari Tobey adalah mereka berpacaran, aku sudah duga ini akan terjadi. Aku benci jatuh cinta lagi, aku muak.
Sampai dipenghujung semester, aku Tobey dan beberapa teman baruku yang baru sembuh rehabilitasi berkumpul, kami berencana membentuk sebuah Band. Kebetulan saat itu aku sudah sembuh total dari canduku, dan aku bersyukur akan hal itu.
Tapi, harus aku akui saat kesepian datang. Aku rindu dengan July, hanya bersama piano ini kuluapkan rasa rindu sambil bernyanyi sebuah lagu dalam...
Rasa sesal, di dasar hati. Diam tak mau pergi, haruskah aku lari dari kenyataan ini? Pernah ku mencoba, tuk sembunyi. Namun senyumu... Tetap mengikuti...
•••
July keluar dari mobil bersama Bluez, mereka nampak bahagia. Aku belum bisa Move On, sialnya.
July, seakan mataku tertutup. Kuingin cinta ini dapat kau sambut, harapkan perasaan ini kau tahu? Sungguh ku ingin kau jadi milikku.
•••
Hari ini kami lulus, July dan Bluez sudah lima bulan bersama. Perasaanku masih mengganjal padanya, aku masih cinta tapi mau bagaimana? Romeo kalah kali ini. Aku termakan emosiku sampai tak bisa berpikir lagi.
Aku dengan Tobey mengobrol di taman, membicarakan dua sejoli itu yang tengah mesra-mesraan. "Tobey, menurutmu aku cowok baik atau jahat?" Tobey meminum jus tomatnya lagi. "Kau itu baik, Rome. Cuma kadang orang selalu memanfaatkan kebaikanmu, hasilnya apa? Kau malah begini. July ditikung Bluez. Tapi jujur saja setiap masalah kan ada hikmahnya, kau kan sekarang salah satu pengusaha muda sukses Rome. Rumahmu saja sudah baru, kan? Apa lagi ibumu yang sekarang tampak anggun." iya sih, Bro... "Tapi Tob, hatiku masih cemburu. aku belum ikhlas dengan hubungan mereka." dengan cepat Tobey menepuk pundakku. "Rome! Ini bukan kau, sumpah!" hah? "Maksudmu?" tanyaku. "Sekarang kau merasakan kehilangan July, aku tahu rasanya memang pahit. Apa lagi dengan sifat July yang mengagetkan itu kan? Aku tidak yakin July tidak mau menerimamu, aku yakin pasti ada omongan tidak benar yang menyangkut pautkanmu, firasatku mengatakan kalau Blue, sudah memfitnahmu." mataku cepat melihat Tobey. "Serius? Begitukah menurutmu?" Tobey mengangguk. "Ada beberapa keanehan yang aku rasakan. Satu, Bluez sering sms menjelek-jelekanmu. aku tahu saat tidak sengaja mengecek handphone July. Dua, July nampak aneh kan? Kau tidak curiga kalau Bluez sudah mencuci otaknya?" dengan cepat aku menjawab. "Seperti Alien?" Bukan! Sungut Tobey. "July sedang tertekan Rome, lalu Bluez datang menenangkannya. Memang itu berhasil, tapi dengan jahat Bluez mengarang cerita dan itu terus dihubungkan denganmu. Aku yakin sebelumnya Bluez pernah mengatakan secara halus kalau kau dulu pengguna narkoba, tapi karena dia kesal July tak pernah percaya. Akhirnya dengan frontal keluarlah kata-kata Bluez yang mengalahkanmu." jelas Tobey serius. "Jadi sebenarnya July tidak pernah percaya dengan Bluez? Lalu dia membenarkan kata Bluez dari mana?" Tobey buru-buru mengeluarkan handphonenya. "Lihat ini, kalian bertengkar hari selasa pukul 06.14 kan? Lalu kau pingsan Rome, aku tidak masuk saat itu. Lalu pada pukul 07.18," Tobey mencari sebuah foto lalu menemukannya. "July datang ke rumahmu, dan ibumu menyambutnya hangat. Pada pukul 08.00 dia pulang ke rumahnya dengan wajah sedih, juga kecewa. Kemungkinan July bertanya dulu kepada ibumu tentangmu Rome. Ibumu pasti menjawab jujur."
"Kau yakin?"
"Aku ahli membaca ekspresi, dan aku yakin."
Jadi July...
![](https://img.wattpad.com/cover/50176833-288-k748970.jpg)