Jam istirahat. Aku, July, Tobey, dan Bluez yang masih kesal denganku.
"Kalian bertengkar?" tanya July, aku menggelengkan kepala. "Tidak Jul, aku mau langsung bertanya padanya sebentar lagi." Tobey langsung menyambar. "Apa tidak lebih baik tunggu keadaan Bluez tidak emosi dulu?" mataku melihat ke arah Bluez yang cuma memain-mainkan kentangnya. "Dia sahabatku Tob, lebih baik aku menemuinya sekarang. Kalian berdua tunggu ya." July menahan tanganku. "Rome?" wajahku melihatnya, sialnya Bluez juga melihat kami. Ah gawat. "Jangan dibawa emosi." usul July, aku tersenyum padanya. "Tenang saja."
Akhirnya aku berjalan mendekati Rome sambil membawa nampan makan siangku. "Hai bro, tidak mau bergabung dengan kami?" Bluez memicingkan matanya. "Kau menyukai July?" apa-apaan pertanyaannya itu. aku menggeleng. "Tidak, dia temanku." oh Tuhan dosaku bertambah karena telah berbohong. "Aku menyukainya Rome, syukurlah kalau kau cuma temannya." ujar Bluez sedikit tenang, tapi malah hatiku sekarang yang tidak tenang. "Tentu, July memang baik ke setiap orang karena sikapnya yang ramah." Bluez mulai memakan kentangnya. "Kau benar, dia tidak cuma cantik dan pintar. Dia sangat sempurna." aku setuju itu, masalahnya aku juga menyukai July. Dari jauh July memperhatikan kami, Tobey sibuk dengan jus tomatnya. "Lihat, dia memperhatikanku." ujar Bluez, wajahnya berubah sumringah. Kulirik July, bibirnya terbuka sedikit seakan berkata "Rome." oh July, yang melihatmu Bluez. Bukan aku. Sial aku berada di situasi yang menjepit.
"Kau sempat ke rumah July?" tanyaku, Bluez cuma mengangguk tanpa kata-kata. Sebenarnya aku tahu dia sudah beberapa kali kesana, inilah yang disebut "Basa-Basi" Tanganku kembali meraih sendok untuk menghabiskan makananku. "Kau tahu tentang acara pesta dansa itu, Rome?" kini aku membalas sikapnya, kuanggukan kepalaku. "Aku akan mengajak July." hatiku mulai panas, tapi tidak jadi. Toh July sempat menolak Rome, kan? Aku yakin pasti ditolak lagi. Aku benci memberebutkan wanita begini dengan sahabatku, tapi aku juga benci kalau dia menikungku walau yang dia tahu July cuma temanku. "Oh, yasudah tanya dia." kataku sedikit ketus, Bluez mengeluarkan handphonenya. "Aku akan janjian dengan July." Bluez mengetik sms di sebelahku, dia memamerkan pesannya.
Bluez to July :
Hai Jul, bisakah kita bertemu di lab komputer setelah makan siang?July membalas.
July to Bluez :
Mau apa Bluez?Bluez to July :
Ada yang ingin aku bicarakan, aku juga mau mengajak kamu jalan kalau ada waktu.July to Bluez :
Baiklah, tapi kalau jalan maaf. Aku harus menjaga rumahku Blue.Bluez to July :
Baiklah aku tunggu, kalau begitu boleh aku main ke rumahmu?Dari jauh tampang July sangat terlihat jengkel, dia mengetik sms dengan setengah hati.
July to Bluez :
Ya. Tidak boleh juga, ayah melarangku membawa anak laki-laki ke rumah.Aku tertawa dengan balasan July yang satu itu, maaf Bluez. Tidak boleh ada anak laki-laki. Kecuali Romeo. Wajah Bluez berubah pucat, tapi dia tetap berusaha tersenyum.
Bluez to July :
Baiklah tidak apa-apa, aku ingin bertanya sesuatu. Boleh?July to Bluez :
Boleh, apa?Kali ini Bluez mengangkat handphonenya, lalu memiringkan layarnya supaya aku tidak bisa melihat. "Sorry, bro. Ini agak pribadi." oh, oke.
Bluez to July :
Hubunganmu dengan Romeo apa?Dari jauh July melihatku, aku cuma melempar senyum padanya.
July to Bluez :
Kami sangat dekat.Bluez to July :
Seberapa dekat?July to Bluez :
Hampir tidak bisa dipisah.Bluez to July :
Oke. Itu saja."Kau sudah main ke rumah July?" tanya Rome, aku harus jujur kali ini. "Iya saat aku pingsan, July menyelamatkanku." Bluez mendengus. "Kau main ke rumahnya?" tatapannya makin tajam. "Iya, dia yang membawaku. Aku menginap disana akhirnya karena tubuhku menggigil. Dengar Blue, aku tidak ada apa-apa dengan July. Kami memang dekat. Dan... Sudah. Itu saja." Bluez beranjak dari mejanya, dia langsung keluar dari kantin. "Kenapa dia? Apa cuma gara-gara wanita sebegitu marahnya? Berlebihan." kataku membathin. July langsung menghampiriku.
"Dia tanya apa Rome?" kuhabiskan makananku. "Soal kedekatan kita Jul, lalu dia pergi." July langsung duduk di sebelahku. "Aku tidak tahu apa maunya dia, dia mengajakku bicara selepas ini." sungut July. "Bicara saja Jul, kalau kamu tidak mau jawab. ya... bilang saja seadanya." July melirikku. "Menurutmu soal apa yang mau dia bicarakan?" hmm, pasti July akan marah. "Soal pesta dansa." wajahnya langsung berubah kesal, sudah kuduga. "Tahu tidak? Dia sudah kutolak tiga kali!" wow, banyak juga. "Pergilah dengannya Jul, dia ingin sekali berdansa denganmu. Aku juga mau mengajakmu, tapi aku rasa aku tidak cocok. Blue lebih cocok." kataku pelan, tubuhku bersandar sambil memasukan tanganku ke saku jaket. "Kamu mau mengajakku?" tanya July. "Eh tidak, eh iya. Eh maksudku, itu kalau kamu mau." July tersenyum lebar memandangku, dia tertawa sedikit keras sampai-sampai Tobey bisa mendengarnya. "Tapi July, jangan pergi denganku. Bluez sangat ingin pergi denganmu, bisakah kamu pergi dengannya?" ekspresi July berubah total. "Aku tidak bisa Rome, denganmu saja." kupegang tangan July, July menghela nafas panjang. "Aku juga ingin pergi denganmu, ingin sekali. tapi Bluez menyukaimu. Bisakah kamu sekali ini mau bersamanya? Tolong ya..." July menarik tangannya. "Bagaimana denganmu?" aku memberikan senyuman terbaikku untuknya. "Aku akan ada disana, melihatmu. Toh Tobey juga butuh teman supaya dia tidak kesepian." July menggigit bibirnya, dia melihatku dengan tatapan yang selalu aku impikan. Mata indahnya terlalu dekat saat ini. "Tidak bisa." ujar July sekali lagi dia membuang muka. "Kenapa?" tanyaku. "Kamu yang kenapa?" balasnya. "Aku? Kenapa?" July memicingkan mata. "Sebegitu pentingkah persahabatanmu?" tanyanya. "Iya, begitulah. Aku tidak bisa melihat sahabatku marah atau sedih karenaku." tanganku kembali menggenggam tangannya. "July aku mohon, sekali ini saja. Kamu mau kan?" July menghela nafas terpanjangnya. "Saat dansa saja, aku tidak bisa terus dekat-dekat dengan Blue. Lagi pula kamu, dan Tobey juga perlu teman. Kan?" tangan lembut July memegang pipiku. "Iya July." bibirku gemetar. Dari jauh Tobey berteriak. "Hoi teman-teman! Sendokku jatuh, aku tidak bisa mengambilnya. Bisakah kalian disini?" kami beradu pandang mentertawakan Tobey.
Terkadang ada kalanya dahulukan sahabatmu, walau kamu tahu. Dia bisa kapan saja jadi musuhmu.
•••
Tengkiyu Vote & Commentnya. Vote terus! Comment terus biar ceritanya lanjuuuut!!!
Kritik dan saran selalu diterima.
-Rijal