Udah segini aja yang baca...
Dear God 31, Cekidot.•••
Lama tak memulai ini dengan 'dan' baiklah. Inilah aku dan pertengkaran. Iya benar, aku tidak bohong kepada kalian semua. Masih ingat kepada Bluez? Dia marah karena July tak kunjung pulang ke rumah, padahal jam pulang kerjanya saja memang lama. Jadi dia harus beberapa saat di Rumah Sakit untuk mengurusi banyak pasien, namun rupanya Blue tidak sabaran. Berkali-kali menelpon July, tak July angkat. Akhirnya malam ini juga Bluez datang dengan mobil sport mewahnya, menggeber gas mirip orang gila di depan Rumah Sakit. "Kau pikir ini jam berapa!!!?" bentaknya kepada July yang baru turun dari lift. "Maaf sayang, aku sedang ada pasien tadi. Ujar July ketakutan, sementara aku dan Flow menunggu dibalik pintu kaca Rumah Sakit, Bluez tampak berbeda. Dia memakai baju kaus biasa, rambut yang acak-acakan, keringat di sekujur tubuhnya, dan aku rasa dia mabuk. " itu siapa Rome?" tanya Flow. "Suami dokter July." kulihat mereka bertengkar hebat sampai beberapa satpam harus menenagkan Bluez, tetapi Bluez mengelak dia terus melawan biarpun ditahan banyak orang. Sampai sebuah suara yang membuat emosiku memuncak terdengar kencang, suara tamparan yang tidak melihat diapa yang dia tampar. "Sialan." dengan cepat aku berlari menuju kerumunan orang yang menahan Bluez, July yang terjatuh sambil menangis dibawa ke dalam oleh beberapa rekannya. "Dasar istri gak berguna!!!" bentaknya. "Brengsek, kau yang tidak berguna!" buaaaaghhhhhh! Tinjuku melayang ke mata kanan Bluez sampai dia tersungkur ke lantai. "Hei pak, jangan main hakim sendiri!" bentak salah seorang satpam. "Anda ini siapanya?" tanya satpam lainnya. Sementara Bluez mulai bangkit. "Lo lagi, bangsat!" Bluez yang sudah seperti kerasukan setan menyeretku keluar, dia membantingku dengan kencang sampai jatuh meniban mobilnya. Buaaaaaghhh!!! "Rome!!!" teriak Flow, dia yang tadi cuma bisa diam akhirnya ikut keluar juga untuk menolongku. Bluez masih belum puas rupanya, dia mengambil pisau lipat dari saku celananya, lalu dia mencoba menikamku! Namun usahanya sia-sia, Flow datang menendang dada Bluez sampai jatuh. Yang tidak aku sangka adalah kuda-kuda mantap yang Flow pasang untuk mebelaku. "Si Brengsek, dan cewenya yang sama-sama brengsek!" ujar Bluez, dia mengelap noda darah di bajunya. "Rome kamu gak apa-apa?" Flow menarikku, lalu dia memapahku. "Thanks, Flow." beberapa orang yang tidak tahan dengan kegaduhan ini juga ikut kesal dengan Bluez, mereka berusaha menahan Bluez lagi dengan mencoba memegangi badannya. Tapi mereka semua sontak berlarian ketakutan sebab di tangan kanan Bluez sudah ada senjata api yang aku sendiri tidak tahu sejak kapan dia memegangnya. Tiga tembakan dikeluarkan oleh Bluez sampai banyak orang menghindar termasuk aku dan Flow yang menarikku berlindung dibalik mobil Bluez. "Setaaaannn!!!" teriak Blue, dia menembakan lagi pelurunya membabi buta ke segala arah sampai beberapa kaca pintu rumah sakit pecah berkeping-keping. Dia masuk ke dalam Rumah Sakit lagi untuk menemui July sambil terus menodongkan senjatanya. "Kamu mau kemana?" tanya Flow, aku masuk mengendap ke dalam mobil Bluez. "Aku akan menabraknya." kataku berbisik, akhirnya aku masuk, memutar kuncinya yang ternyata masih berada disana. Flow yang ikut masuk menunduk di sebelahku. Kulihat Bluez sedang mengisi ulang pelurunya, saat itu jugalah kuinjak pedal gas dalam-dalam sampai mobil ini lompat ke dalam! Bruugh! saking kencangnya menabrak Bluez sampai tubuhnya terseret jauh. Braaaaaaaaakkk!!!! Tetapi sial, Bluez mengeser tubuhnya sampai jatuh ke lantai lalu berguling, sementara aku menabrak dinding lift, Tanganku memeluk Flow agar dia tidak terbentur, tak apa meski akan lebam. Dan... Buaaaaghhh!!! Mobil mewah ini ringsek dengan cepat.
Aku pun menarik pelan tubuh Flow agar kami keluar bersamaan, punggungku membelakangi Flow.. Dia tersenyum melihatku meski bibirnya luka akibat terkena kaca, aku juga membalas senyumannya sampai sebuah letupan tidak terduga terasa singkat terdengar olehku, ada yang masuk menembus punggungku sampai dadaku terasa sesak, dan senyuman Flow memudar menjadi terkejut. Ada darah baru di kerah bajunya, pupil mata Flow melebar, aku tidak bisa melihat apa-apa.. Yang aku tahu, sebelum aku jatuh, tubuhku memutar. Flow seperti berbalik membelakangiku dan suara letupan senjata terdengar lagi seperti yang aku alami, tubuh Flow mulai berat, sangat berat. Ada rasa panas dan asap yang aku rasakan di punggungnya.. Lalu...
Lalu, gelap...
Bukan, kami terjatuh. aku kehabisan nafas seiring banyaknya air entah apa itu yang keluar dari punggung Flow.
Brugh! Dan tumbanglah aku.
•••
"Hei kamu, kalau nanti aku pergi entah kemana. Kamu jangan sedih ya... Jangan takut saat aku bilang see you." kataku, aku melihat diriku saat aku masih kecil. Lalu sebuah tangan hangat memegang jariku. "Tangan kamu kok dingin?" tanya Flow. "Aku tidak tahu, tangan kamu kok hangat?" kataku berbalik tanya. "Aku juga tidak tahu." air mata Flow turun. Sementara diriku yang sedang aku lihat terbangun dari tempatnya. "Anak kecil itu siapa?" ujar Flow. "Itu aku, apa anak perempuan itu kamu?" Flow mengangguk. Flow kecil memegang tangan Rome kecil, dia menangis kencang seakan tidak bisa melepaskan pegangannya. Tetapi tak lama kemudian Rome kecil tersenyum. "Aku harus pergi, karena ayahku mau ketemu. Kamu jangan nangis, ya..." tangisan Flow kecil semakin menjadi, sekarang dia menarik kaki Rome kecil juga. Tetapi ayahku, ayahnya Rome kecil juga datang menggendong Rome kecil. Flow kecil yang takut ditinggal sendirian terus menarik kaki Rome kecil, tetapi ayah melepas paksa tangan Flow. "Lepaskan, nak. Rome harus istirahat." ucap ayah. Flow dewasa melihatku semakin sedih, dia melihat lubang kecil di dadaku lalu menyentuhnya. "Kamu gak mau pergi juga, kan?" pintanya. Tapi belum juga aku menjawa, ayahku datang merangkulku. "Ayo nak, kita punya janji di tempat lain. Flow, maaf anakku harus tenang disana." aku melepaskan tanganku dari ayah. "Aku tidak akan pergi! Aku tidak punya janji denganmu, ayah!" wajah ayah langsung sedih melihat sikapku, akhirnya aku hanya diam saat tangan kananku dipegang Flow, dan tangan kiriku dipegang ayahku.