"Hallo?" aneh. Tidak ada jawaban dari telponku. Nomor siapa ini? Tampaknya bukan punya ibu, ataupun Tobey.
•••
Pukul 05.17
Aku tidak bisa terlelap, tidurku tidak tenang. Hoaaaam... Tugasku juga baru saja selesai, dasar Mr. Botak.
"Oh, ya. Flow." jari-jariku langsung membuka twitter. Lalu mencari akun bernama @deadflower ada dua disana yang aku temui, dua-duanya milik Flow. Hanya saja satunya sudah tidak aktif lagi. Follow!
Sejujurnya aku masih ragu untuk menghubunginya, masalahnya kami baru saja kenal. Aku takut dia risih, dan tidak mau diajak berkerja sama. Mungkin nanti aku akan pergi ke kelas fotografi lalu berbicara langsung dengannya. Tidak banyak yang aku lihat di timeline milik Flow, hanya kumpulan foto hasil jepretan kamerannya yang khas, followernya juga lumayan banyak. Dia punya galeri di blok 12, itu kan di belakang kampus. Galeri dibuka besok, pukul 16.00 sampai 20.00. Ini betul-betul kesempatan yang bagus. Owh yeah!•••
Kurapihkan semua buku dan laptopku, berjalan dengan kaos putih biasa, dan jaket hitamku. Lalu menggigit dua potong dua roti bakar yang baru saja kubuat, tambahan lagi, kuteguk habis kopi susu ini. Ah, nikmatnya. Selamat pagi di bulan oktober Paris. Beri aku kejutan.
Bersiul di pagi hari itu asyik, untungnya di Paris semua ramah kepadaku. "Selamat pagi, Brenda." gadis kecil dengan kaca mata berbingkai pink itu langsung tersenyum melihatku. "Pagi kak hihihi~" kucubit pipinya pelan, lalu langsung keluar melangkah menuju kampus.
Pagi-pagi aroma kue dan roti-roti yang manis tercium harum disini, bahkan banyak musisi jalanan yang sudah menggelar kain putih di depan mereka. Ada yang menyanyikan Dear God disana. Aku langsung ikut menimbrung sebentar bersama mereka, mendengarkan petikan gitar salah satunya yang dengan apik memainkan chord Dear God. Lalu nada berubah menjadi lebih ceria, dan itu tandanya lagu sudah berganti. Kulihat jam di handphoneku. "20 menit lagi masuk kelas." kuberikan dua lembar uang untuk mereka, Gracias. Lalu mereka tersenyum. "Ini hari keberuntungan kita." kata salah satunya.
•••
Tepat di depan gerbang kampus, aku melihat Flow tengah mengecek kameranya. Ini moment yang tepat. "Hai." sapaku, dia melirik. "Hai." aku langsung duduk di sebelahnya. "Tidak masuk kelas?" dia cuma menggeleng pelan, masih sibuk dengan kameranya. "Apa ada masalah dengan kameramu?" dia berhenti, melihatku sebentar. "Sedikit, aku harus masuk. See you." Flow buru-buru pergi meninggalkanku, dia terlihat memasuki kelas fotografinya. "Ya, see you. Flow." kataku, keburu dia pergi jauh.
Aku juga pergi, masuk ke kelasku. Mr. Ames belum masuk, dia yang terlambat kali ini. Dasar botak! "Pagi, Romeo." ucap Vinov. "Pagi, Vin. Bagaimana dietnya?" dia menepuk dahi cepat sampai menimbulkan suara plok! Yang keras. "Gagal, aku tergoda steak jumbo di kedai wumbo semalam." aku hanya mengangkat bahu. "Seharusnya kau makan sayur saja, atau pergi ke gym, mungkin." Vinov terlihat sedikit berpikir. "Besok sore ke gym, yuk? Aku tidak punya teman." ajaknya. "Jam berapa?" tanyaku. "Habis pulang kampus, bagaimana?" aku mengangguk. "Setuju." tak lama kemudian si botak memasuki kelas.
•••
Masuk waktu jam makan siang, aku duduk lagi membelakangi jendela sambil mendengarkan rintik-rintik hujam yang mengguyur Paris hari ini. "Rome, sayur kan? Apa yang aku ambil sudah tepat." tanya Vinov sambil memperlihatkan isi nampannya. "Itu bagus Vin, makanlah. Katanya kan mau punya badan ideal." Vinov mengangguk cepat. "Iya Rome! Habisnya, cewek tidak suka dengan cowok gemuk. Aku jadi serba salah." ujar Vinov memasang wajah iba, oooh, kasihan...
Tobey belum membalas pesan di Facebook sejak semalam, apa dia sibuk ya? Ibu juga belum memberi kabar. Aku lihat wall July. Dia memposting foto kehamilannya yang memasuki 2 bulan. aku langsung berkomentar. "Selamat ya, July :)" tak lama kemudian Bluez yang menjawabnya. "Anakku akan tampan seperti ayahnya." bahkan dia tidak bilang terima kasih. Kubalas lagi. "Ya, memang ayahnya tampan. Ibunya juga cantik sekali." dan... Wallaaaa! Komentarku dihapus olehnya. Salah apa aku denganmu Bluez? Sampai segitu bencinya kau denganku. Sial! "Siapa kawan?" tanya Vinov. "Temanku, dan istrinya." Vinov langsung merebut handphoneku cepat. "Lihat dong, lihat..." dasar Vinov gendut. Dia langsung terkesima. "Cantik ya Rome, sudah menikah pula. Suaminya pasti beruntung. Kau kapan menyusul?" dia menyenggol bahuku, aku sedikit kesal dengan kata-kata Vinov. "Begitulah Vin, hei kau kapan kurus?" kataku ketus lalu mengambil lagi handphoneku dan pergi ke luar kantin. Vinov hanya menganga melihatku pergi. "Huuu, sensitif." katanya pelan.
Belum sempat keluar kantin, aku melihat Flow sedang duduk santai bersama kamera dan diet cokenya. Aku langsung pergi ke antrean makan lagi, lalu setelah makananku banyak. Aku langsung duduk di sebelahnya. "Hai lagi, Flow." dia menggeser posisi duduknya sedikit. "Kau lagi." katanya santai, cewek ini cool sekali. "Disana penuh, cuma disini yang kosong." dia langsung melepaskan tatapan tajam ke mataku. "Kau bukannya sudah makan bersama si gendut?" mati aku. Tetap cool... Tetap cool... "Memang, tapi aku lapar lagi. Toh kau tidak lihat bokongnya yang lebar itu? aku tidak muat duduk bersamanya." Flow tersenyum, dia suka leluconku. Lalu sedetik kemudian dia kembali menatapku tajam. "Jangan menghina orang lain, itu tidak bagus." keringatku turun deras. "Oke, oke Flow. Maaf..." tak lama Flow menghabisnkan minumannya, dan berdiri. "Aku ke kelas dulu, see you." lagi-lagi aku hanya bisa diam. "See you. Flow." dia membuatku penasaran, cewek yang misterius.