Tuhan, maaf aku lebih memilih bungkam untuk saat ini. Terlalu hina untuk mengakui kalau diriku seorang pecandu.
Mentari pagi mulai menyinari dunia yang curang ini, aku membuka mataku perlahan. July ada di depanku dengan senyuman indahnya. Kurasakan tanganku tidak berada di tempatnya, setelah aku sadari aku memeluk perut July begitu eratnya. Sontak saja aku langsung mengangkat tanganku. "Maaf July." ia tersenyum sambil memegang pipinya. "Selamat pagi, Rome." aku cuma membalas senyumannya. "Pagi July."
•••
Aku sebenarnya sudah mau pamit dari rumah ini, hanya saja July selalu menahanku. Lagi pula aku tidak bisa membantahnya.
Kulihat dekorasi ruangan ini lebih mengambil tema balap atau semacamnya, sepertinya ayah July menyukai temanya. Hanya saja kurang betah di rumahnya. Balap ya...
Balap!?
Astaga aku tidak datang semalam ke tempat Black, sialan aku pasti diincar di sekolah. Sepertinya aku harus cepat-cepat keluar dari rumah ini sebelum July mengajakku ke sekolah.
Sial, jendela dan pintunya masih terkunci. Aku menelusuri ruangan ini mencari pintu belakang, tetapi memang semuanya disini masih terkunci rapat-rapat. Aku masih mencari tempat untuk kabur, celah apa saja akan aku masuki. "Rome?" panggil July, aku mengurungkan niatku lalu berpura-pura melihat ke sekeliling rumah. "Hai, Jul. Kau sudah mandi?" dia memicingkan matanya tajam ke arahku. "Iya, apa yang kau lakukan?" aku semakin gugup. "Aku suka interior dan desain rumahmu Jul, sungguh keren. Aku tertarik." July kembali tersenyum, huh.. Syukurlah Tuhan, aku lega. "Tunggulah Rome, aku akan kembali sebentar lagi. Aku cuma mengangguk iya.•••
July keluar dari kamarnya dengan pakaian rapih sambil membawa tas, dia juga melemparkan sebuah jaket merah padaku. "Pakailah, aku tahu kamu suka memakai jaket." sebenarnya aku lebih suka warna hitam, tapi ini boleh juga. "Thanks Jul." kemudian dia juga melempar sebotol minuman ke arahku, aku langsung menangkapnya. "Sama-sama, pakailah. Kita akan sekolah. Kamu bisa menumpang di mobilku." oh tidak, sudah kuduga akan begini jadinya. Tanpa basa-basi lagi July menarik tanganku, membuka pintu, mengunci pintu, mengajakku menaiki mobilnya. Tetapi aku tolak. "Maaf July aku tidak bisa masuk sekolah hari ini." July terlihat terenyuh mendengar kata-kataku. "Kenapa? Kamu tidak mau masuk bersamaku?" jangan ekspresi itu aku mohon. "Bukan begitu, hanya saja aku harus menghindari sesuatu."
"Apa?" tanya July tidak sabaran. "Ada, maaf aku tidak bisa menjelaskannya padamu." tanganku melepas genggamannya, kakiku melangkah mundur perlahan. Tiba-tiba saja July berteriak penuh emosi "Sebenarnya kenapa dirimu!? Kenapa sikapmu!? Kenapa kamu selalu membuatku menebak-nebak hal apa yang kamu lakukan selanjutnya? Apa kamu membenciku!? Apa aku membuat salah!? Katakan kalau itu benar!" aku langsung menghampirinya lagi. "Bisa tidak kau diam!? Jangan cerewet begitu! Aku punya alasan atas apa yang aku lakukan, ayolah kenapa kau ini percaya padaku? Aku cuma brengsek! Ingat itu! Seharusnya sebagai perempuan kau bisa mawas diri, seharusnya kau mengusirku, seharusnya kau tidak mengasihaniku!" bentakku, mata July memerah.
Angin berhembus kencang melewatiku, dedaunan berterbangan kemana-mana. Sesuatu memukul jiwaku, seperti teguran yang teramat menusuk. Mataku mulai sayu, emosiku mengendur. July...
Dia tertunduk takut dengan amarahku. "Maaf." katanya pelan, aku langsung memeluknya erat. July terbelalak melihat aku memeluknya. "Maafkan aku, sumpah maafkan aku. Aku tidak begitu suka dipojoki dengan situasi." tanganku pindah memegang pipinya lembut. "Hei dengar, jangan terlalu dekat padaku ya. Jangan percaya pada kata-kataku." aku menatapnya dengan tatapan dalam sambil mengelus keningnya, menyingkirkan sedikit rambut dari wajahnya. "Kamu perempuan baik Jul, tetaplah begitu. Maafkan aku, aku harus pergi. Terima kasih atas segalanya." kemudian untuk terakhir kalinya aku melumat bibir July, berusaha menenangkannya dan menyadarkannya pikirannya tentangku. "Semoga kita bertemu lagi, bibir jambu." aku tersenyum menatapnya, lalu pergi berlalu meninggalkan July yang sejak tadi cuma terdiam.
