Twenty One -July-

231 13 3
                                    

Pagi indah sendiri bersama handphone cukup sempurna, tidurku tidak nyenyak semalam, mataku menghitam, dan kantung mataku membesar.

PING!!!

Bluez
Selamat pagi sayang :*

July
Pagi juga sayang :*

Bluez
Om, dan tante sudah datang? ({})

July
Yap, mereka sampai satu jam setelah kamu pulang. Bagaimana tidur kamu sayang? Nyenyak?

Bluez
Syukurlah, ayah dan ibu aku akan datang sedikit siang sayang. Mereka mau mengenalmu lebih dekat lagi. Tidur aku nyenyak kok, sangat :) kamu?

July
Baiklah kalau begitu, aku akan buat makan siang untuk calon mertuaku :* aku bermimpi aneh sayang, nanti aku ceritakan. Sekarang aku mandi dulu ya. Love you Bluez.

Bluez
Masak yang banyak ya, ibuku alergi kacang. Jadi sebaiknya masak yang tidak ada kacangnya oke? Iya sayang mandi dan berdandanlah yang cantik :*

Kututup pesan Bluez, bahkan dia tidak penasaran dengan mimpiku. Tanpa "Love you too" pula. Huh...

•••

Dahulu, ada seorang pria yang tidur penuh malu di sampingku. Dia selalu menghindar saat aku jahili. Aku juga punya jaket merah yang sama dengannya. Kalau Romeo lebih peka, di dalam jaket ada bordiran huruf J. Dan aku menyimpan huruf R.

Mimpiku benar-benar membuatku penasaran. Baiklah, karena Bluez tidak perduliakan hal itu. Jadi aku akan bercerita pada kalian saja, ya...

Oke, begini. Mimpiku bermula saat acara pernikahan. Aku melihat Bluez di sampingku menggenggam tanganku erat, dan kami siap berciuman. Tapi saat aku mencium bibirnya. Disanalah keanehan bermula, yang aku rasakan adalah bibir Romeo. Bibirnya yang lembut dengan bibir bawah yang agak tebal, ciuman yang tak memaksaku untuk membalasnya, benar-benar menghargaiku. Bila dengan Romeo aku merasa terhormat sebagai wanita. Berbeda dengan Bluez yang terkalahkan oleh nafsunya. Aku benci itu, tapi sekarang cinta dan kasih sayang Bluez mendominasiku. Bluez selalu memberikanku banyak hadiah, gaun, sepatu, tas, bahkan handphone ini pemberiannya. Saat mimpiku berlanjut, tangan Bluez rapuh, kemudian hancur menjadi debu. Dia menghilang bagaikan arang yang dibakar. Lalu saat Bluez menghilang, Romeo sudah datang sambil berlutut di hadapanku. Dia menarik tanganku pelan, lalu menciumnya lembut. Aku masih heran bagaimana dia bisa datang. Kemana Bluez? Aku menangis saat Bluez hilang tapi Romeo memelukku erat, menenangkanku dengan tubuhnya yang hangat.

Tubuhku rebah lagi, tanganku terangkat lalu ku usap mukaku cepat. Kulirik ke samping, bayangan Romeo masih ada disana, senyuman pelitnya dan mata hitamnya. "Kini kita sama Rome." akhirnya bayanyan Rome hilang, dan aku cuma meringkuk sedih di kasur selama beberapa menit sebelum ibu berteriak dari luar kamar. "July sayang, sudah bangun?" kuhampiri suara ibu, lalu membukakannya pintu. "Sudah, bu." ibu mengelus pipi dan mataku. "Habis menangis?" aku menggeleng, tidak. "Jangan bohong, mata kamu hitam dan agak bengkak lho. Bluez membuatmu kecewa?" kuangkat kepalaku dengan cepat menepuk pundak ibu. "Oh tidak bu, tidak. Ya... Memang aku menangis, tapi menangis bahagia karena Bluez rela bernyanyi untukku semalam." aku berbohong. Ibu cuma tersenyum hangat. "Dia memang cowok yang romantis ya sayang, beruntung kamu." iya memang romantis, tapi aku benci laki-laki romantis.

•••

Aku sudah melupakan mimpiku, dapur ini serasa sesak saat aku makin dewasa. Hmm, mungkin karena kondisi rumahmya yang belum genap dua tahun aku tempati, tapi aku nyaman disini. Punya kekasih yang baik, dan teman yang...

"Kakak!" panggil adikku dari kamarnya. "Ada apa Gil?" dia keluar lalu menarik sebuah foto dari saku bajunya. "Ini kakak, ini siapa?" astaga itu foto saat Romeo menginap disini, aku iseng berselfie dengannya saat dia tidur. Aku langsung menarik foto itu cepat lalu mengamankannya. "Ini kak Blue sayang, sudah sana mandi... Kamu aceem tuh." Gil tertawa lalu berlari kecil menuju kamar mandi.

Tadinya aku mau pakai foto ini untuk mempermalukan Romeo, siapa sangka anak pendiam itu akrab dengan banyak berandalan di sekolah, apa lagi Black. Dua minggu lalu Black ditangkap karena kepergok menyelundupkan heroin dari bandara. Ya, siapa perduli dengannya. Itu setimpal karena menjerumuskan Romeo...

"Rome, aku kangen."

•••

Siang sudah menjelang, Bluez sudah datang bersama kedua orang tuanya yang baru pertama kali aku kenal. "Hallo tuan, dan nyonya Henry. Silakan masuk." ibu Bluez memelukku ramah, begitu pula dengan ayahnya. Setelah kami saling kenal, Bluez mencoba duduk di sebelah ayahku yang habis menjabat tangan ayah Bluez. "Silakan duduk." ucap ayah penuh senyuman. Tuan, dan nyonya Henry duduk dengan serasi. Tak lama setelah itu ibu datang dan langsung menyambut mereka, ini pasti dandannya kelamaan.

K

ami disini rupanya untuk membicrakan sesuatu yang bahkan aku tidak mengetahuinya, ibu menutupi sesuatu. Rupanya mereka adalah partner kerja lama, dunia ini memang tidak seluas yang kita kira.

Dear GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang