Oke, dan aku disini lagi, bersama keindahan kota Paris. Memang indah, sudah lumayan lama aku disini. Ya, lumayan. Teman yang baik, kampus yang sangat artistik. Tak heran kalau terasa banyak cinta disini. Yang aku tak sukai cuma makanannya. Hii~
Apa kabarnya teman-temanku? Maksudku, kabar istrinya. Hehe. Masih sulit move on untuk saat ini, tapi aku berusaha menemukan pengganti July. Siapa?
Entahlah, belum ketemu.
•••
Aku berjalan di lorong kampus tanpa jaket, hanya memakai kaos berlogo band kesukaanku Avenged Sevenfold. Bergaya bak anak metal, tidak metal sepenuhnya. Tas simple yang berisi laptop, handphone, buku mata kuliah, dan sebuah proposal tugas dari dosen satu bulan yang lalu. Sangat sibuk, huh pantas saja orang-orang disini semuanya pintar.
Oh, ya. Ngomong-ngomong aku tinggal di sebuah.. Hmm, kau tahu? Seperti kamar kos begitu. Tapi dengan pemandangan menara eiffel di depannya, waw... memang menakjubkan.
Hanya aku, belum punya sahabat yang bisa aku ajak mengobrol saat ini. Tak apalah, nanti juga ketemu. Seperti yang satu ini, seorang gadis menabrakku dengan kencang dari belakang. "Hei! Hati-hati!" tapi dia tidak menoleh dan tetap berlari. "Aneh." sungutku, lalu kembali memasuki kelas. "Terlambat." ledek seorang cowok gempal dari belakangku, dia Vinov. "Telat? Ini baru jam 7." Vinov menunjuk jam dinding. "Lihat tuh." kulihat, dan astagaaa!!!! Aku telat banyak, itu jam 8 sial! Pantas saja jam tanganku tidak mau bergerak sejak pagi, batrainya habis. Sempurna! Kini akan ada tugas tambahan dari Mr. Ames. Benar saja, dia melirikku dari mejanya. "Kemari kamu." aku langsung menghampirinya. "Jam aku mati pak." seperti biasanya juga, dia tidak pernah menerima alasan. Aku tersenyum dihadapannya, senyuman takut. "So, aku akan memberikanmu tugas. Diamana kamu harus keluar dari zona amanmu." What?! Hidungku berkerut. "Zona aman?" dia mengangguk, yup! Zona aman. "Maksud bapak?" tanyaku, dia berkutat lagi di depan laptopnya. "Tugas Fotografi." ucapnya terdengar mengerjaiku. "Bapak bercanda? Itu diluar kemampuanku, pak." dia tersenyum, kepala botaknya mengilap karena lampu kelas. "Mangkanya aku sebut ini keluar dari zona aman." kau kejam, pak. Aku tidak tahu apa-apa soal fotografi.
•••
Sial! Apa-apaan dia menyuruhku mencari partner untuk tugas yang dia berikan, lagi pula siapa yang harus aku ajak berkerja sama? Ckrek.. Ckrek.. Ckrek.. Hei itu suara jepretan kamera, kulihat ke belakangku. Ada bias cahaya disana, wah pasti ada fotografer di balik semak-semak itu.
Kudekati sumber cahaya, wah itu foto untuk model pakaian dalam! Ckrek... Ckrek... Ckrek... Darah segar langsung keluar dari hidungku, keluar seperti roket yang hendak pergi ke bulan kau tahu?! Itu memalukan.
Hehe, tapi. Ehm. Mukaku langsung memerah, tidak jadi ah. aku pergi saja dari pada terus-terus melihat pemandanga. Aku merasa seperti berada di hutan.
•••
Disinilah aku sekarang, duduk di alun-alun kota paris sambil menikmati menara indahnya. Tanganku mengukur menara eiffel dengan jariku sambil menutup mataku sebelah, hehe.. Kini kau cuma menara kecil di tanganku. Ckrek! Eh... Ada yang memotretku dari samping. Tubuhku menggeser ke samping. Oh bukan, ada seorang fotografer cewek yang sedang memotret wisatawan. Aku kira dia memotretku, siapa sangka? Dasar ge'er.
Tapi kalau ku perhatikan dia, kemeja flanel yang dia kenakan. Itu kan gadis yang menabrakku tadi pagi, oh dia seorang fotografer. Cantik juga, rambutnya panjang tapi dia kuncir kuda di belakang. Jari-jari yang lincah menekan tombol kamera sambil tangan kirinya memberikan perintah untuk posisi yang bagus. Ckrek.. Ckrek... Itu dua foto terakhir. Wah, dia mau tidak ya aku ajak berkerja sama untuk tugasku?
Mana tahu kalau belum mencoba?
•••
"Hai." dia melirikku sambil meneguk air mineral. "Hai juga, mau foto?" aku tidak punya alasan lagi. "Ehm, ya boleh... Berapa harganya?" dia menggeleng. "Aku cuma-cuma memotret wisatawan untuk galeriku. Kalau kau mau, ayo aku foto." dia baik juga, ya. "Jadi, gratis?" dia mengambil kameranya. "Yup." aku sudah membelakangi menara eiffel, cewek ini menyuruhku bergerak, bergaya kesana kemari bak modelnya. Aku cuma bisa mengikuti agar dapat berkenalan dengannya. Ckrek.. Ckrek.. Ckrek.. "Done!" dia mengecek hasil jepretannya. "Apa aku buruk?" dia tersenyum. "Lumayan untukmu." kubalas senyumannya. "Ngomong-ngomong namamu siapa?" aku mengulurkan tangan, dia juga menjabat tangannku tanpa menunggu. "Flow." katanya singkat, seperti namanya. "Namaku Rome." dia menarik tangannya. "Mirip tokoh film cengeng, ya." katanya santai, lalu kembali meminum airnya. Aku bingung, dia cuma kerja begitu saja tapi cewek ini keringatnya seperti orang habis lari maraton. "Banyak yang bilang begitu." Flow membuang nafas berat di depanku, mengkat kepalanya, lalu menggantungkan kamera di lehernya. "Oke, thanks ya. See you." dia langsung pergi meninggalkanku. "See you..." kataku pelan sambil melihat punggungnya yang kemudian hilang dilalap tubuh orang-orang lain. Cewek yang menarik.
Dan aku baru tersadar. "Oh iya aku lupa minta alamat rumahnya, emailnya, facebooknya, twitternya, instagramnya, bbmnya, linenya, whatsappnya. Astaga! Dasar pikun!" eh tapi itu kebanyakan, kuangkat tas yang sejak tadi aku taruh. Disana juga ada selembar kartu nama, ini punya siapa?
Fucktograph. Dead Flower.
Dead Flower apa nama panjang dari Flow? Kalau iya, dia cadas juga. Di balik kartu nama itu ada nomor Flow, beserta twitter dan instagramnya. Ide langsung muncul di kepalaku. "Tentu saja, fotografer selalu mempunyai instagram." kugenggam kartu nama itu, dan langsung pulang.
•••
My Laptop, My Adventure! Yeah. Aku sudah bertemu dengan kekasihku yang sejak tadi mati ini. Aku charger kamu honey.
Tubuhku rebah sebentar sambil menunggu baterai laptopku sudah terisi setengah, huh~ enaknya sudah di kamar ada jaket merah itu di kamarku, menggantung sedikit berdebu. Lama tak aku pakai sejak tahu July, dan Bluez menikah. Ah masa bodo. Aku punya incaran baru hihi~ time to move on Romeo.