Twenty Six

235 12 5
                                    

All I knew this morning when I woke, Is I know something now
I didn't before And all I've seen,
Since 18 hours ago Is green eyes and freckles and your smile
In the back of my mind making me feel like.

I just want to know you better
Know you better, know you better now...

Aku hanya ingin lebih mengenalmu, Flower. Lebih jauh kurasa bisa membuatku nyaman dan melupakan kisah lama. Kau cahaya baruku, kelopak bungaku, Flow.

•••

Sejak bangun tidur, sebenarnya tidak sempat tidur. sudah kupersiapkan diriku dengan matang, sematang telur mata sapi ini. Latte kurang pas sepertinya, hmm. Lemon tea? Oh tidak, itu buruk. Susu? Ide bagus.

Kuawali hariku dengan mendoakanmu agar kau selalu sehat dan bahagia disana, sebelum kau melupakanku lebih jauh. Sebelum kau melupakanku lebih jauh. Ku tak pernah berharap kau kan merindukan keberadaanku, yang menyedihkan ini. Itu untuk July, ya Tuhan dengarkan doa cengengku.

Mungkin kau takkan pernah sadar, betapa mudahnya kau untuk dikagumi...
Mungkin kau takkan pernah tahu, betapa mudahnya kau untuk dicintai...
Itu untuk Flow, lagu jujur dari dasar hati.

Sial, aku begadang membuat brosur dan poster semalaman. Tidak akan sia-sia, aku yakin itu sebab ini semua kan untuk Flow. Bahagianya aku.

Ting tong!

Siapa pagi-pagi buta begini berkunjung? Yang jelas bukan untuk menagih uang sewa. "Tunggu sebentar." kataku, tidak ada jawaban dari luar. Kuintip dari lubang pintu hanya terlihat dagu seseorang, dengan warna bibir pink merona, dagu yang agak lancip, dan leher yang jenjang bersama bahu yang ditutupi kemeja flanel. Haha, kemeja flanel. Aku berbalik, menganggap dia adalah Flow. Flow? Hah!!! Itu Flow!??? Kemeja, flanel, bibir pink, rambut kuncir kuda! Astaga itu dia! Ckrek! Memasang wajah super cool. "Eh, hai. Flow..." dia terlihat buru-buru. "Kau tinggal disini?" aku mengangguk pelan aha. "Aku kenal Brenda soalnya, ya jadi tidak susah mencarimu. Merasa kehilangan sesuatu?" tanya Flow santai. "Kehilangan apa?" kataku, masih cool mode on. "Buku harian, maksudku seperti dear diary. Atau hai ibu peri." Flow mengangkat bahunya jijik sambil menjulurkan lidah. Hahaha aku ingat ibu peri itu. Hahahahaaaaaaa!!!!? Ibu peri apanya? Itu buku catatanku! "Hei itu punyaku." kupasang wajah yang menunjukan gagal cool. Flow cuma tersenyum keras kegelian. "Serius kau suka menulis diari? Sampai diare?" kupasang wajah datar. "Diare itu sakit perut tahu, aku tidak suka menulis. aku cuma suka menggambar. Lihat saja di halaman tengah." maksudku ingin memukau Flow karena aku sudah menggambar wajahnya dengan imut disitu. Flow membuka halaman tengah, "Siapa ini? Tinkerbell?" Gubraaakkk!!!

"Eh, Flow mau masuk?" dia menggeleng cepat, "no, thanks. Aku cabut ya. Jangan ceroboh dengan barangmu, See you Romeo." sekali tarikan seyumnya, dia menghilang di dalam kedinginan pagi. dasar Flow, cepat datang dan cepat pergi. "Se you too, baby." dia melirik cepat. "Apa?" oh sial! Cari alasan, aha! Ketemu. "Babi, Brenda memelihara anak babi di kamarnya." kataku tenang, Brenda melirikku. "Aku cuma pelihara ham..." dengan cepat kusumpal mulutnya dengan cokelat. Hop! Dahi Flow berkerut, dia mengkat bahunya sambil berkata tanpa suara, apa?
"See you Flow." lalu aku masuk ke kamarku.

•••

Semuanya sudah siap, aku pergi dua menit lagi. Huh, aku rindu ibuku.

Rome
Selamat pagi, bu. Bagaimana kabarmu?

Ibu langsung membalasnya.

Ny. Linda
Kabar baik sayang, bagaimana kuliahmu?

Rome
Lancar bu, aku berangkat kurang dari dua menit lagi.

Ny. Linda
Cepat berangkat, nanti kamu terlambat. Ibu akan ke rumah July siang nanti Romeo, dia kontraksi keras pada kehamilannya. Padahal belum juga 9 bulan, ini aneh.

Rome
Baik bu, sebentar lagi. Astaga ya Tuhan, dia baik-baik saja kah?

Setelah itu ibu tidak membalas smsku. July...

Aku bukan siapa-siapanya, semoga dia lekas sembuh saja...
Tuhan, jaga dia.

•••

Sedikit demi sedikit poster galeri Flow sudah kutempel, beberapa brosur juga sudah kubagikan. Wah memang luar biasa peminatnya. "Rome, ini semua kau yang membuatnya?" Flow datang mengejutkanku dari belakang. "Eh, iya Flow." kataku tenang sambil melemparkan sedikit senyuman. "Tapi tidak perlu sebanyak ini, kau... Astaga bagaimana aku membayarnya?" kulirik Flow cepat. "Tidak perlu Flow, aku tulus melakukannya hehehe." Flow mengangkat topiku, dia menyingkirkan sedikit rambut dari dahi dan mataku. "Kantung matamu besar, kau begadang?" kurasakan tangan lembutnya membelai dahiku. "Iya, tapi aku tidak apa-apa." kataku pelan. "Tunggu disini." ujar Flow, dia pergi sebentar meninggalkanku. Kulanjutkan memasang poster ini sedikit-sedikit, selang beberapa menit kemudian Flow datang dengan dua potong pie cokelat, dan dua gelas kopi hangat. "Ayo, istirahat dulu." katanya tajam, nampak sedikit marah padaku. Tapi aku cuma bisa mengikuti Flow.

Dan disinilah kami, di sudut kantin dimana banyak terdapat tanaman organik disini. "Kenapa sampai sejauh itu untukku?" tanya Flow ketus. "Aku cuma ingin membantumu, Flow." dia membalas cepat. "Lalu?" aku diam kali ini. Lalu kembali membuka jawaban untuknya. "Ya, aku ingin lebih mengenalmu." Flow mulai memakan pienya. Lama kami tidak bicara selepas itu, hanya diam sambil menghabiskan makanan kami. "So, galeri sudah siap?" kataku pada akhirnya. "Sudah siap sejak pagi, mau menenmaniku?" aku tersenyum melihatnya. "Kalau kau tidak keberatan." Flow membalas senyumku. "Jangan mengacau ya. aku tunggu, see you, Rome." dia mengacak-acak rambutku sebelum pergi, dan sempat ckrek! Memotretku. "Aku akan datang, Flow."

Dear GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang