Thirty Two

485 23 9
                                    

Ini yang aku dengar pagi tadi. Ibu menangis histeris, ucapan maaf dari July yang tidak pernah berhenti, suara lantang Tobey yang terus memarahi July, dan suara kecil dari tetesan air di kantung infus.

Tetapi aku tidak mendengar suara Flow, yang aku lihat hanya gelap. Kadang aku bermimpi aneh, kadang aku merasa sudah tidak hidup lagi. Dan saat itu aku mengingat Tuhan yang sudah lama aku lupakan. Begini, saat aku sudah lama tak berdoa kepada Tuhan, Maksudku-

Dear God...
terserah engkau sajalah.

Huh...

•••

Satu Minggu Kemudian.

Ingatanku berkurang, aku tidak bisa apa-apa selain pasrah. Yang jelas, ini sudah pasti akhirnya.

Kalau aku boleh bercerita tentang perasaanku, jujur kata cinta masih untuk July. Tapi aku juga sayang Flow saat ini. Aku tak tega biarkan Flow sendiri, meski sering kali dia yang meninggalkanku sendiri. Karena July tidak paham apa itu masa lalu, sampai dia menjauhiku. aku sadar dia cinta kepadaku, itu terasa saat helaan nafasnya yang pernah hadir ke mulutku. Setiap ciuman darinya, yang aku rasakan adalah. July punya alasan lain kenapa menjauh dariku. Kalau ingat kakaknya, tahu Mia? Dia meninggal karena narkoba, bukan? Entah aku yang punya anggapan gila atau apa. Tapi yang jelas, aku berpikir kalau July takut merasakan kesedihan seandainya aku mati karena narkoba, apa lagi semenjak aku menaruh hati kepadanya yang sekarang percuma saja untuk dinyatakan.

Aku menyayangi Flow, aku juga sangat menyukainya. Karena dia tahu betul apa yang aku rasakan, dia tahu rasanya ketagihan oleh obat-obatan sialan itu, dan dia juga tidak jauh berbeda dariku. Tapi nyatanya Flow lebih kuat dari siapapun, beberapa bulan yang lalu aku menemukan surat lama dari mantan kekasih Flow yang sudah lama meninggal karena sakit. Dan kalian tahu apa? Surat itu tidak pernah terbuka. Cuma sesekali Flow memandanginya dengan banyak air mata, ya. Itu terlihat dari noda bekas air yang tertempel disana.

Namanya Dominic Nou, seorang pria asli Paris yang sama-sama menyukai fotografi. Nou mengenal Flow saat Flow baru pindah dari Italia, kebetulan saat itu juga Flow sudah habis-habisan uang untuk merehabilitasi kecanduannya kepada narkoba. Sama seperti July, Nou tidak bisa menerima keadaan Flow yang ternyata mantan pecandu narkoba, padahal mereka sudah berpacaran hampir 7 bulan lamanya. Itu saat-saat yang membahagiakan untuk mereka berdua sampai sebuah foto yang pernah Flow beri tahu aku dilihat oleh Nou, disitu terjadi pertengkaran antara mereka berdua. Sebetulnya Flow juga salah karena dia tidak pernah berkata sejujurnya dan menjelaskan baik-baik tentang masa lalunya kepada Nou, tetapi Flow malah membentak Nou, mengatakan bahwa Nou tidak akan pernah bisa menerimanya. Dan, iya. Nou memang sangat kecewa. Sampai kepala dingin sudah memanas. Kata Putus terucap lantang dari mulut Nou.

Flow mengatakan...

Kalau sebenarnya dia masih mencintai Nou, dan dia tidak akan pernah ke lain hati. Cukup berhenti kepada Nou. Namun nasib berkata lain, tiga bulan kemudian, tanpa Flow sadari Nou sudah memendam beban berat di kepalanya sendirian, dia mengalami tekanan bathin yang hebat sampai-sampai stres berat selama beberapa hari, gangguan tidur, dan nafsu makan yang mendadak hilang. Rupanya Nou menyesal telah mengatakan Putus, dia tidak mengerti dan tidak paham dengan apa yang dia katakan saat itu, kata perpisahan langsung saja keluar menjadi tombak pemisah mereka berdua. Dua minggu kemudian, Nou mengajak Flow untuk balikan, dan Flow menyetujui itu asalkan Nou mau menerima dia apa adanya. Nou pun sepakat, hubungan mereka berjalan lagi sampai menginjak satu bulan kemudian. Entah kenapa, suatu malam saat mereka habis diner di alun-alun kota Paris, Nou merasakan ada yang aneh pada dirinya. Jadi dengan alasan butuh istirahat karena kecapean, dia mengajak Flow pulang. Namun saat tidur untuk istirahat. Nou malah beristirahat selamanya, tidak lupa dia juga memberikan kata singkat dengan nada lirih saat menelpon Flow malam itu juga, tapi sial. Flow sudah tidur, jadi suara Nou cuma terdengar bagai angin yang keluar dari mulutnya. "See you, Flower." ironisnya, saat itu Flow bermimpi menikah dengan Nou. Bagaimana sakitnya saat ditinggal oleh orang yang kalian sayang? Betapa pedihnya nestapa wanita kesepian. Jauh dari keramaian, dan ditinggalkan cinta. aku tidak paham, hanya perempuan yang bisa merasakannya. Yang bisa aku rasakan adalah... Saat mendengar cerita Flow, dadaku cuma terasa sesak seakan-akan deritanya deritaku juga.

"See you, Rome"

"See you..."

"Aku pulang duluan, See you, Rome"

"Syukuralah kalau begitu, hmm. Maaf Rome, aku ada tanggal penting hari ini. See you..."

"Rome, maaf hari ini aku kurang enak badan. Jadi aku pulang lebih cepat, ya.. See you."

Kalian tidak tahu apa-apa! Sama sepertiku! Apa kalian paham kalau tanggal itu adalah tanggal dimana Nou mengucapkan kata See you Sebagai tanda perpisahan? Maksudku, kenapa nada bicaranya seakan-akan Nou yakin bahwa Flow akan menemuinya? Ketika itu juga aku khawatir, kenapa hanya suara Flow yang tidak aku dengar? Kenapa Flow mengatakan kalau dia kurang enak badan padahal di kamarnya dia membakar kaus Nou sambil menangis meratapi abunya?

Aku tidak paham...

Aku tidak, paham..

Aku cuma tamu yang mengetuk pintu hatinya, menyayanginya yang ternyata masih menyayangi orang lain. Siklus itu terus berputar kepadaku, dimana orang yang aku sayang tidak pernah menyayangiku.

Aku takut, aku takut jika Flow bertemu dengan Nou. Takut sekali...

•••

Dua minggu kemudian.

Aku rasa aku koma, suara yang sama masih terdengar sampai sekarang.

Ketakutanku masih sama.

•••

Tiga minggu kemudian.

Nanti aku ceritakan, ada yang berbeda kali ini...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang