Gomen baru apdet, minggu-minggu kemarin aku disibukkan dgn berbagai macam ulangan dan segala tetek bengeknya. Ini baru selesai. Fiuuhh maklum yak, authornya masih anak cekulah, masih unyu-unyu gemana getoh. Wwkwk...
And I wanna say thank you so much buat kaliaaaann yang selalu nungguin ceritaku yang abal-abal ini, buat vote dan komen kaliaann.... Aku senaaaanggg sekaliiiii ternyata banyak yang suka sama ceritaku. Mihihi *misuhmisuh*
Honestly, aku pengen banget tuh apdet dua hari sekali atau seminggu sekali. Tapi aku tau diri lah yak, mood yang kadang suka naik turun sama ide yg masih suka ngestuck bikin aku ngaret. Jadi maklum aja yeaaa...
Daan yaudah lah yaa, lama-lama aku jadi bawel gini *daridolo*
So this is the new chapter for you Guys!!!!!! Hope you like it and don't forget to gimme vote and comment! I'm waiting for that.
Sorry for typo and Happy reading^^^^
E N J O Y
Chapter 5
Glowing Eyes
*****
Yuki berjalan menyusuri jalanan kecil menuju rumahnya, sambil sesekali berhenti. Ia merutuki kebodohannya beberapa saat yang lalu, bagaimana bisa Ia bertemu dengan Maxime -lelaki menyebalkan- yang sudah Ia tekankan untuk tidak akan pernah mau berurusan dengannya.
Tapi kejadian beberapa saat lalu, ketika Ia menatap mata coklat terang untuk kedua kalinya, membuat jantungnya bertalu-talu seakan memompa lebih cepat hingga membuat darahnya mengalir begitu deras sampai ke wajahnya. Ia merona saat itu, tanpa sepengetahuan Maxime dan untungnya keadaan disana minim penerangan sehingga bisa menutupi rona merah di wajahnya. Lagipula, untuk apa lelaki itu tiba-tiba menariknya dan membawanya ketempat gelap dan menyeramkan seperti itu? Seperti sedang dikejar polisi saja.
Yuki menggeleng dan berdecak, "Ck.. dasar cowo sok kegantengan, sok paling keren. Padahal emang iya sih dia ganteng dan keren.... tapi..... arghh!!" Yuki menggeleng-geleng frustasi sambil bersidekap
"Apaan sih lo, Yuk! Inget! Jangan deket-deket tuh cowok, kalo mau jantung lo selamat gak kayak tadi. Fiuuuhh." Yuki meniup poninya yang sudah mencuat kemana-mana karna berlarian lalu melanjutkan jalannya.
....
Maxime berhenti berjalan saat melihat gadis didepannya berhenti, lalu terdengar suara gerutuan ga jelas dari mulut sang gadis namun masih bisa didengar olehnya karna jarak Mereka yang tidak terlalu jauh. Maxime terkekeh lucu mendengarnya. Mana ada coba, orang ngedumel tapi akhirnya muji juga.
Maxime tidak menuruti logikanya untuk pulang begitu saja setelah melihat Yuki pergi tanpa berniat memberinya tumpangan, rupanya hati nuraninya berhasil memenangkan perang batin dengan logikanya. Sehingga, disinilah Dia, diam-diam mengikuti gadis itu pulang kerumahnya dan memastikan gadis itu selamat sampai tujuan dan tentu saja tidak menyadari keberadaannya yang saat ini seperti seorang penguntit.
Hati nuraninya Saat itu mengatakan untuk mengikuti gadis itu, dan memastikan gadis itu sampe kerumahnya dengan selamat. Namun logikanya berkata, untuk membiarkannya saja dan menyuruhnya untuk tidak perduli. Namun, entah apa yang dikatakan hati nuraninya sehingga Ia pun berpikir dua kali sambil menimbang. Sampai pada akhirnya, tanpa disadari Ia berjalan mengikuti arah gadis itu pulang dan mengesampingkan egonya, mengikuti hati nuraninya untuk memastikan gadis itu selamat sampai rumah. Hah! Padahal kalau di pikir-pikir, gadis itu sudah besar, sudah bisa menjaga dirinya sendiri, jadi untuk apa Ia repot-repot mengikutinya pulang hanya untuk memastikan gadis itu pulang dengan selamat atau tidak. Tapi pada akhirnya Ia memutuskan untuk mengikuti kata hatinya saja.