Chapter 14 - Her Smile

2.8K 229 8
                                    

Maaf sekali baru apdet. Akhir2 ini lagi sibuk. *sosibukbanget* wahaha apalagi mulai besok aku sudah mulai PKL. Aku gak janji selama aku PKL bakalan apdet cepat ya.... karna kalian pasti taulah bagaimana sibuknya aku nanti. Wkwkwk..
Doakan saja semoga aku tidak sampai apdet satu bulan setelah PKL. Hohoho... XD.

Ada yang sudah baca sinopsis cerita baruku? PRINCESS DESIGNER! Sebenarnya aku masih harus mematangkan konsep dulu sebelum itu di apdet. Tapi karna tangan gatel jadinya di apdet duluan deh. Bagaimana dengan sinopsisnya? Ada yang sudah bisa menebak bagaimana ceritanya? Aku butuh support kaliaaannnn, guuuyyss!!!! Dan untuk part selanjutnya ceritaku yang baru, kemungkinan bakalan aku lanjut setelah PKL. Hoho jadi sabar yaak buat yang nungguin ceritanya.

Part ini pemanasan dulu yaah, Aku mau buat kalian bengek sambil gelosoran nyungsep-nyungsep dulu sebelum dijatohin. Wkwk..

Moga tidak mengecewakan dan moga kalian semua suka.

Happy reading and sorry for typo(s)^^^

Hari beranjak petang dan semua siswa siwi pun kini telah berhenti dari aktivitasnya masing-masing. Mereka berbenah diri sambil bersiap untuk mengambil air wudhu dan menunaikan ibadah shalat maghrib berjamaah.

Selepas beribadah, semuanya pun dikumpulkan dan membentuk suatu lingkaran memutari kayu bakar yang sudah dibentuk menjadi kerucut untuk dibuat api unggun.

Yuki duduk bersebelahan dengan Dinda sambil sesekali berbincang, "Kuy.. sebenernya lo sama Maxime tuh ada hubungan apa, sih?" Tanya Dinda sambil mengais tanah dengan kayu yang dipegangnya. Yuki menoleh kearahnya sekilas dan mengedikkan bahunya.

"Kita gada hubungan apa-apa." Jawab Yuki lemah sambil menatap nanar barisan cowok didepannya yang terdapat anggota The Venue sedang bermain gitar dan bernyanyi bersama dengan yang lainnya.

Dinda ikut mengamati apa yang menjadi objek penglihatan Yuki dan melirik kearah temannya itu, "Asal lo tau, yuk. Meskipun baru beberapa bulan ini kita kenal. Tapi jujur, gue udah nganggep lo kayak sahabat gue sendiri.. sebelumnya gue gak pernah memiliki sahabat. Tapi semenjak lo dateng ke sekolah ini, gue jadi ngerasa nyaman dan ada teman untuk berbagi cerita kecuali sama Angga." Ucap Dinda panjang lebar, Yuki menoleh kearahnya dan menatap Dinda dari samping.

Dinda sudah menganggapnya sahabat. Dan Yuki sangat terharu dengan ketulusan gadis disebelahnya ini. Kalau begitu tidak ada alasan lagi untuk Ia menutupi segalanya termasuk dirinya yang tinggal dirumah Maxime, karna Yuki pun sudah menganggap Dinda sebagai sahabatnya sendiri.

"Din, sebenernyaa...." Ucap Yuki menggantung membuat Dinda menoleh kearahnya. Dinda merasa penasaran dengan apa yang akan Yuki katakan, karna memang ini yang Ia tunggu dari sahabat barunya ini. Yuki yang bisa membuka diri kepadanya dan slalu menceritakan hal apapun kepadanya. Karna Dinda terlanjur sayang terhadap Yuki. Dinda sudah menganggap Yuki seperti saudaranya sendiri.

"Gue sama Maxime ituu..." Dinda mengerutkan keningnya saat Yuki menggantungkan kata-katanya.

"Itu apaaa?" Tanya Dinda tak sabar karna Yuki yang sedari tadi diam dan mengulur waktu untuk menjelaskannya.

"Ituuu....." Yuki hampir tertawa saat melihat raut wajah kesal Dinda yang membuat gadis itu terlihat semakin lucu saja.

"Kuy! Kalo lo masih ini itu ini itu aja... demi apapun gue bakalan nyumpel mulut lo sama ni kayu!" Ancam Dinda dengan wajah kesal sambil menunjuk wajah Yuki dengan kayu yang dipegangnya. Yuki terkekeh, Lalu Ia berdehem dan melanjutkan ucapannya sebelum Dinda melakukan hal itu walaupun Ia yakin Dinda tidak akan pernah melakukannya.

"Gue sama Maxime... tinggal satu rumah." Ucap Yuki pelan, Dinda terdiam sesaat dan mengerjapkan matanya dengan cepat.

Apa katanya? Tinggal satu rumah? Tinggal. Satu. Rumah.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang