Maaf yaa baru apdet... wkwk akunya lagi keasikan jadi reader, jadi cerita sendiri dianggurin deh. Mwehehe..
Aku tau kok cerita ini ga mutu dan ga bagus banget, tapi aku ingatkan sekali lagi this is for fun.. Aku buat ini cuma karna iseng dan butuh hiburan aja..
Hehehe, terimakasih sekali lagi buat yg udh baca ceritaku, apalagi yg sudah meluangkan waktunya untuk sekedar vote dan komen.. tanpa kalian aku mah apa atuh, cuma butiran debuu... wkwkwk
So guys.. this is for you all! Maaf kalo ga ngefeel dan ga jelas..❤❤❤❤❤
Maxime berjalan mondar-mandir didepan pintu ruang rawat Yuki. Menunggu gadis itu diperiksa oleh sang dokter perihal kakinya yang mendadak tidak terasa apapun.
Bagaimana bisa itu terjadi? Apa ada sesuatu yang terjadi sebelumnya?
Ia memainkan kedua jemarinya sambil terus berpikir.
Apa kejadian ini ada sangkut pautnya dengan bayangan hitam yang sempat Ia lihat beberapa waktu lalu? Tapi, siapa orang itu?
Di lorong rumah sakit, Vina dan Wanda berlari diikuti Prilly dibelakangnya menghampiri Maxime yang terlihat seperti orang kebingungan didepan sebuah ruangan.
Maxime mendongak saat mendengar suara derapan kaki yang berlari menghampirinya. Lalu tak lama, Wanda, Vina dan Prilly berdiri didepannya.
"Gimana keadannya Yuki, nak Maxime?" Tanya Vina sambil memegang lengan Maxime dengan wajah panik, Maxime melirik Mommynya sekilas.
"Tadi udah sadar, bu. Tapi sekarang lagi diperiksa sama dokter. Yuki ngerasa..... kakinya gak berasa apapun sama sekali." Jelas Maxime pelan, Ia menatap wanita didepannya dengan datar namun didalam hatinya sungguh khawatir luar biasa.
"Ya Allah Yuki...." Tangis Vina pecah dan langsung menangkup kedua tangannya didepan wajah. Ia menangis pelan, menyesali kebodohannya yang tidak bisa menjaga Yuki. Kalau terjadi apa-apa dengan gadis itu, sampai kapanpun Vina tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Dia sudah berjanji pada Dirinya sendiri dan juga sang suami sebelum suaminya meninggal, kalau Ia akan terus menjaga Yuki sampai kapanpun, dan jika sudah seperti ini Ia merasa sudah melanggar janjinya terhadap dirinya sendiri dan juga suaminya.
Vina menyesali kebodohannya saat ini, dalam hatinya Ia terus berdoa agar Yuki slalu diberikan kekuatan agar bisa melalui segalanya.
Pintu terbuka dan tidak lama seorang dokter diikuti susternya keluar. Vina langsung menghampiri sang dokter diikuti Wanda sementara Maxime tidak bergeming ditempat duduknya. Kepalanya menunduk, sementara kedua jemari tangannya saling bertautan. Prilly yang melihat hal itu mengerutkan keningnya, kenapa kakaknya terlihat begitu terpukul sekali? Prilly mulai curiga, jangan-jangan kakaknya Maxime ada hati sama Yuki? Hm.
"Dengan keluarga pasien?"
"Saya Ibu nya." Sahut Vina cepat dan diangguki sang dokter.
"Keadaan kaki pasien sebenarnya tidak apa-apa, hanya saja ada sedikit masalah dengan saraf kakinya. Apa sebelumnya kaki pasien terkena benda keras?" Jelas sang dokter, Vina mengerutkan keningnya bingung.
Maxime yang mendengar hal itu, langsung mendongak dan berjalan menghampiri sang dokter. "Memangnya kenapa, dok? Gak ada yang parah kan?" Tanya Maxime panik.
Dokter tersebut menggeleng, "Tidak ada yang parah. Hanya saja mungkin ada sesuatu benda keras yang mengenai kakinya sehingga sarafnya bermasalah, dan pasien tidak bisa merasakan apapun. Tenang saja, Ini masih bisa diatasi, tapi perlu waktu beberapa hari untuk membuat kakinya yang bermasalah kembali normal." Jelas sang dokter sekali lagi, Maxime terdiam terlihat berpikir sejenak lalu menghela nafasnya pelan. Lega.