Haihaiii.... masih adakah yang nunggu cerita ini? Buahaha, udah berdebu kali ya, gegara jarang update. Maaf sekaliiii baru sempat update, baru ada waktu buat nulis dan kebetulan baru dapet wangsitnya.
Aannddd this is for you guys, enjoy this part!
*****Setelah selama hampir sebulan di rawat, Faisal pun sudah di perbolehkan pulang asalkan terus menjalani pengobatan rutin hingga sembuh total.
Dan semenjak kejadian dimana Maxime memberitahukan Mama nya bahwa Yuki anak kandung Faisal dan Wanda, Wanda jadi lebih sering memerhatikan Yuki. Tidak hanya lewat lisan, tapi diam-diam Wanda juga sering menanyakan soal Yuki lewat Maxime, memastikan keadaan gadis itu selalu baik-baik saja.
Sejak saat itu juga, perilaku Maxime mulai berubah, lelaki itu jadi lebih sering melamun dan sering tidak fokus, padahal sebentar lagi Mereka akan melaksanakan Ujian. Hal itu membuat Yuki cemas sendiri dan tidak tahu harus berbuat apa. Pasalnya, setiap Yuki bertanya kepada Maxime jawaban lelaki itu hanya tersenyum dan berkata tidak ada apa-apa.
Bahkan disuatu waktu Yuki pernah berbicara seperti ini kepada Maxime, "Max, kamu kalo ada apa-apa cerita dong sama aku. Aku kan pacar kamu, aku mau selalu ada buat kamu disaat kamu lagi ada masalah. Kalo ada masalah kamu gak pernah cerita sama aku, apa gunanya aku jadi temen deket kamu, pacar kamu?"
Maxime tertegun lalu menatap Yuki dengan tatapan teduhnya, "Aku cuma gamau kamu kepikiran, kalo udah waktunya dan aku udah gak bisa lagi nyimpen sendirian, pasti aku cerita sama kamu," Jawab Maxime dengan nada datar.
"Yaa sampai kapan? Bentar lagi kita Ujian loh, aku cuma takut kamu gak fokus dan pikirannya kemana-mana, soalnya aku perhatiin kamu jadi lebih sering diem dan gak fokus kalo aku ajak ngobrol."
"Iyaa, kutau."
Mendengar jawaban Maxime, Yuki hanya bisa menghela nafasnya pelan sambil mengelus dada.
-
Lamunan Yuki buyar saat sebuah mobil berhenti dihadapannya saat ini. Dia baru saja pulang dari supermarket didepan komplek karena harus membeli beberapa keperluan dapur sendirian.
Mobil CRV hitam metalik didepannya berhenti secara tiba-tiba sampai hampir membuatnya terjungkal kebelakang. Seseorang keluar dari mobil tersebut dan berjalan menghampiri Yuki dengan kacamata hitam bertengger manis di pangkal hidungnya.
Laki-laki tersebut berhenti dihadapan Yuki, membuat kening Yuki berkerut karena tidak mengenali sosok didepannya kini.
"Lho, Barga?" Yuki terkejut saat laki-laki didepannya membuka kacamata hitam yang dipakainya.
Barga tersenyum manis, lalu melirik kearah belanjaan yang Yuki pegang di kedua tangannya.
"Lo darimana?" Tanya Barga ramah,
Yuki melirik kantong belanjaannya dan tersenyum, "Abis belanja keperluan dapur, biasalah." Jawabnya santai.
Barga mengangguk samar dan terdiam sesaat, "Mau gue antar pulang? Biar sekalian," Tawar Barga,
Yuki membulatkan matanya sejenak, "Serius? Etapi ngerepotin gak nih? Gausah deh, gue balik sendiri aja, gapapa kok." Tolak halus Yuki, dan saat itu juga Yuki baru ingat bahwa Maxime pernah memperingatkannya untuk tidak berdekatan dengan Barga.