Chapter 6 - Momen Tak Terduga

3.6K 270 30
                                    


*****

Suasana SMA Cambrigde kini dipenuhi suara sorakan dan tepukan tangan meriah yang berasal dari lapangan basket outdoor. Beberapa siswa siswi berdiri disisi lapangan memperhatikan jalannya pertandingan basket antar kelas itu.

Ya. Suasana saat jam istirahat di SMA Cambridge kerap kali di gunakan untuk sekedar melakukan hobi para siswa atau sekedar meluangkan waktu istirahat sejenak sebelum melanjutkan pelajaran yang menguras otak.

"Wuuuu... Maxime!! Maxime!"

"The Venue! The Venue! The Venue!"

Suara sorakan dan tepukan tangan yang riuh menggema sepanjang pertandingan persahabatan itu berlangsung.

Maxime mengusap peluhnya dengan punggung tangan dan berjalan santai sesaat setelah Riza memasukkan bola ke ring basket.

Saat ini pertandingan yang berlangsung bukanlah pertandingan yang memperebutkan piala atau kejuaran bergengsi yang sering di adakan di SMA Cambridge. Ini adalah pertandingan basket biasa antar angkatan atau antar kelas yang sering mereka lakukan pada saat jam istirahat ataupun pulang sekolah, hanya sekedar untuk berlatih dan mengisi waktu luang.

Dan kali ini, tim basket The Venue melawan tim basket Ali dan kawan-kawan, yang berarti pertandingan antar angkatan.

Maxime menepuk pundak Ali sejenak, yang dibalas senyuman balik dari pemuda itu sebelum berjalan menuju bangku istirahat. Ia mengambil handuk kecilnya untuk mengelap keringat yang sudah membanjiri tubuh tegapnya.

"Ka Max!" Seloroh seorang gadis yang datang dari arah penonton dan langsung menghampirinya seraya menyerahkan sebotol minuman.

Maxime menoleh kearahnya dengan pandangan datar dan menerimanya tanpa minat.

"Kakak capek ya? Sini! Sini! Aku elapin keringetnya." Kata Gadis itu terkesan memaksa sambil merebut handuk yang dipegang Maxime dan mengusap dahi dan leher jenjang Maxime dengan handuk itu.

Maxime tak menggubrisnya dan lebih memilih meminum minuman yang diberikan gadis itu karna tenggorokannya sudah terasa kering.

"Woy bos!" Riza menepuk pundaknya hingga membuat Max kaget dan tersedak hingga terbatuk-batuk.

"Kampret lo! Keselek gue nyet." Omel Maxime dengan wajah memerahnya karna menahan perih di pangkal tenggorokannya.

Riza malah tertawa ngakak tanpa dosa sambil memegangi perutnya karna melihat wajah Maxime yang memerah dan lucu menurutnya.

"Tawa lagi lo!!"

Gadis yang berada disebelah Maxime langsung memandangnya khawatir dan menepuk-nepuk pundak Maxime, seraya meredakan batuk-batuknya.

"Ka Max! Are you okay?"

"Ngga!! Lo pikir enak keselek aer." Sembur Maxime pada gadis itu. Gadis bernama Keisha itu pun mengerucutkan bibirnya sebal.

Keisha Andira, Anak kelas sepuluh yang sangat tergila-gila dengan Maxime. Selalu mengikuti kemanapun Maxime pergi dan slalu memproklamirkan kalau Dia adalah pacar dari Maxime Latuconsina. Hoh! Sejak kapan Maxime memintanya untuk menjadi pacarnya?

Maxime sudah terbiasa dengan banyaknya cewek-cewek yang selalu mencari perhatian darinya dan mengejar-ngejarnya. Tapi Ia selalu bersikap cuek dan tidak perduli sama sekali. Memang dasar lelaki arogan, sok keren kalo kata Yuki mah, tapi emang bener sih. Wkwk.

"Kei, mending lo balik deh sana! Ganggu gue tau gak?" Dengus Maxime jengah yang memandang ke sekeliling lapangan dan dilihatnya semua siswa siswi memandang sikap Keisha yang berlebihan membuatnya risih sendiri.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang