Prilly menatap kosong kearah Andri yang kini tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Kepalanya di perban dengan beberapa luka lebam ditubuhnya.
Tangan Prilly tergerak untuk menyentuh tangan Andri, digenggamnya dan menenggelamkan wajahnya disana. Menangis dalam diam.
Setelah kepergian Ali yang menelan seluruh kekecewaannya, Prilly kini sadar, bahwa hatinya tlah dibawa pergi oleh lelaki itu. Tanpa sisa. Meninggalkannya sendiri yang memikul semua beban ini tanpa ada Ali disisinya.
Samar-samar Isakan kecil yang keluar dari bibir gadis itu, membuat Andri membuka kedua matanya perlahan. Ia merasakan tangannya basah oleh sesuatu dan digenggam erat oleh seseorang.
Saat Andri menoleh, dilihatnya Prilly tengah menggengam tangannya seraya menenggelamkan wajahnya disana.
Prilly menangis. Tapi, kenapa?
"Prill... " Panggil Andri pelan, Prilly terdiam sejenak dan mengangkat wajahnya perlahan dari tangan Andri.
Ditatapnya Andri yang kini tengah menatapnya khawatir dengan terkejut, "Andri... kamu udah sadar?" Tanya Prilly dengan suara serak, Ia lalu berdehem dan menghapus bekas airmatanya cepat dengan punggung tangan.
"Kamu nangis?" Andri menatap Prilly khawatir, mengamati wajah gadis itu yang dipenuhi gurat kelelahan dan sembab oleh airmata.
Prilly memaksakan senyum lebar dan menggeleng, "Aku gapapa. Aku cuma... Sedih aja ngeliat kamu kayak gini. Ini semua gara-gara aku yang ceroboh, sampe kamu begini. Aku minta maaf ya, Ndri." Ujar Prilly pelan, terdengar tulus.
Andri tersenyum lemah dan menggeleng, "Ini emang sudah takdirnya, Prill. Aku emang berniat mau nolong kamu waktu itu. Dan liat kamu baik-baik aja sekarang, gada yang terluka sedikitpun, Aku bersyukur banget." Ujar Andri tulus. Prilly tersenyum lemah.
Tapi hati aku yang terluka, Ndri.
"Yaudah kalo gitu. Aku panggil dokter ya, buat periksa kamu." Prilly beranjak dari tempatnya dan berbalik hendak keluar ruangan, namun tangan Andri menahannya.
"Ada sesuatu yang terjadi antara kamu sama Ali?" Tanya Andri pelan dan hati-hati, menghentikkan pergerakan Prilly.
Prilly terdiam di posisi nya, menahan air matanya agar tidak kembali tumpah dihadapan Andri. Lalu, Ia memejamkan matanya sejenak seraya berbalik menghadap Andri.
"Kamu jangan banyak pikiran dulu, kamu baru sadar. Aku panggil dokter sebentar ya?" Prilly melepaskan tangan Andri perlahan dan pergi keluar Untuk memanggil dokter.
Prilly menutup pintu ruangan Andri dan terdiam sesaat dengan pikiran kosong. Didalam sana, ada seseorang yang tengah berjuang melawan rasa sakitnya karena sudah menolong Prilly. Mengabaikan keselamatan dirinya demi Prilly. Lalu, hal apa yang dapat dilakukan oleh Prilly untuk dapat membalaskan kebaikannya? Prilly sadar, selama ini Andri memang menyukainya, atau bahkan lebih dari itu, tapi Prilly berusaha untuk menyangkal walaupun dulu Ia sempat berpikiran bahwa Ia menyukai Andri.
Namun nyatanya, justru Ali-lah yang telah merebut perhatiannya, bahwa Ali-lah yang diam-diam sudah mengambil hatinya tanpa permisi dan akhirnya meninggalkannya tanpa sisa.
Sekali lagi, Prilly dirudung rasa bersalah. Pertama, karena Ia tidak bisa membalas perasaan Andri lebih dari sekedar teman atau sahabat. Dan kedua, karena dirinya yang terlalu bertindak ceroboh sehingga membuat Andri bisa celaka seperti ini. Ya, memang sih semuanya kembali lagi ke Takdir. Tapi, gimanapun, kalau saat itu Prilly tidak bertindak ceroboh, mungkin Andri saat ini masih baik-baik saja.
Adakah hal lain yang lebih berat dari ini? Kenapa ini terasa begitu sulit untuk Prilly jalani? Ia sudah memilih untuk meninggalkan Ali dan membuat lelaki itu kecewa karena keputusannya. Lalu sekarang, apa yang Ia harus lakukan? Menyambut perasaan Andri padahal sebenarnya Ia tidak memiliki perasaan apapun pada lelaki itu?