Rada miris sih, viewers nya dah serebu tp yang vomment gada setengahnya. :')
Terima kasih buat yang udah vote dan komen *ketjupjauh*
Ini apdet ku sebelum kuota abis, aku apdet lagi gatau kapan yak? Bisa jadi sebulan kemudian hehe... jadi sabar aje :v
Maapnya pendek dan gajelas, ku buat nya dengan mata sisa 5 watt jadi gatau ini jadinya apaan. -___- maapkeun.
Oiitt, ono di mulmed kek gitulaah seragam Sekolah Mereka, dan itu ekspresi mprill waktu berhadapan dengan Yuki. Mwehehe. :P.
Sorry for typo(s) and happy reading..... ^^^
E N J O Y
Yuki baru menyadari bahwa orang disebelahnya adalah anggota dari The Venue yang mana ketuanya adalah Maxime, siswa yang duduk tepat dibelakangnya sekaligus orang yang sudah dia masukkan dalam daftar orang yang paling harus dihindari. Yuki menoleh kesebelah kanan dan dilihatnya orang yang tadi pada jam pelajaran melemparkan gumpalan kertas dikepala Stefan adalah orang yang juga masuk dalam anggota The Venue, Riza. Dan bodohnya, Yuki baru menyadari bahwa dirinya berada dalam kukungan The Venue yang duduk disekitarnya. Maxime dan Ahyar yang duduk tepat dibelakangnya, Kevin dan Duh, tempat yang salah, tidak seharusnya dia duduk disini. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur dan lagipula tidak ada tempat yang kosong lagi. Yuki sudah menekankan dalam hatinya bahwa dirinya harus menjauhi kelima orang ini terutama si ketuanya, Maxime. Teringat akan ucapan Dinda beberapa jam yang lalu saat Mereka berada di kantin.
...
"Mereka itu termasuk dalam orang yang paling berkuasa disekolah ini, Yuk. Jadi lo harus hati-hati sama Mereka kalo lo gamau jadi korban Mereka." Ucap Dinda berapi-api sambil melirik kebelakang Yuki, dimana The Venue masih berada ditempat Mereka sedang asik mengobrol. Yuki mengerutkan keningnya bingung.
"Korban?"
"Iya! Lo harus hati-hati apalagi sama si ketuanya. Dia bakalan jadi orang paling kejam kalo lo berani-beraninya ngelawan dia." Jelas Dinda membuat Yuki melirik Maxime yang sedang tertawa bersama temannya, Ia jadi teringat ancaman Maxime waktu dirinya baru menduduki kursinya didalam kelas.
"Emangnya dia kenapa, Din?" Tanya Yuki masih penasaran, Yuki masih belom mengerti arti dari 'kejam' yang Dinda katakan. Lagipula, The Venue memang kumpulan cowo yang mempunyai karismatik tersendiri dan juga paling mendominan dari siswa lainnya, jadi apa yang membuat Mereka begitu berkuasa kalau tidak hanya kepopuleran dan kegantengan Mereka?
"Gini deh gue kasih tau lebih jelas. Maxime, dia itu paling gasuka kalau ada yang berani ngelawan apalagi ngebantah omongan dia, dia paling gasuka ada orang yang berusaha menyaingi kepopuleran dia, padahal udah pasti gada yang bisa nyaingin orang dia fix ganteng tujuh turunan." Yuki memutar bola matanya malas mendengar kata-kata memuja yang Dinda ucapkan untuk Maxime.
"Teruusss, Maxime adalah anak dari pemilik yayasan ini lo tau kan?" Yuki mengangguk, dan Dinda menjentikkan jarinya.
"Dengan begitu, orang yang berani-beraninya melakukan apa yang gue bilang tadi bisa di DO dari sini atau lebih parahnya bakalan dikucilin abis-abisan." Kata Dinda mengakhiri penjelasannya dan menyandarkan tubuhnya di pangkal bangku. Yuki membuang nafasnya berat, sadar sedari tadi Dinda menjelaskan bagaimana sosok Maxime membuatnya tanpa sadar menahan nafas.
"Setega itu?" Tanya Yuki pelan, Dinda mengangguk cepat dan memajukan tubuhnya hingga menyentuh pinggiran meja.
"Dia termasuk orang yang ngeliat seseorang dari segi ekonominya, kalo dia ngeliat orang yang ga selevel sama dia, dia bakalan merendahkan orang. Dia cowok yang arogan, dingin dan slalu berbuat sesukanya." Lanjut Dinda, Yuki menyipitkan matanya.