Chapter 9 - WHAAAT?

3.2K 253 11
                                    

4k viewers with 300 votes. Yeayy!! Wahaha...

Warning aja cerita ini makin gaje, aku gatau lagi nulis apaan... Ide udah terangkum dalam otak bahkan udah kepikiran endingnya seperti apa. Tapi apalah daya, kadang jiwa pemalasku suka muncul jadi beginilah. Makin kesini votes nya makin dikit yaa. T_T

Yaudah, baca aja. Kalau ada kritik dan saran silahkan katakan saja. Oiya di mulmed begitulah gambaran rumah Maxime dan Piyi.

Sorry for typo(s) and happy reading^^^ don't forget to Vomment.

*****

Seorang wanita dengan lesunya berjalan menyusuri trotoar sambil sesekali mengusap peluhnya. Jam menunjukkan masih sangat siang, sudah seharusnya saat ini Ia berada ditempat kerja tapi karna sesuatu hal yang terjadi, Ia harus dipecat karna kecerobohannya yang tidak disengaja sebagai office girl di salah satu perusahaan. Ia merasa saat itu Ia tidak melakukan apapun, tapi kenapa bisa lantai yang sudah bersih mengkilap tanpa noda apapun bisa membuatnya licin dan menjatuhkan salah satu direktur perusahaan, dan itulah sebabnya Ia berada disini diwaktu jam kerja masih berlangsung, direktur tersebut murka dan jadilah Ia dipecat.

Ia memutari kepalanya kekiri dan kekanan hendak menyeberang. Namun karna saat Ia berjalan dengan pikiran kosong dan tidak sadar, sebuah mobil melintasi jalanan dengan cepat dan hampir saja menabraknya kalau saja Ia tidak segera sadar.

"Aaww.." Ringisnya yang terjatuh terduduk, untung mobil itu sempat mengerem hingga menimbulkan bunyi decitan yang memekakkan telinga, kalau tidak sudah dipastikan saat ini wanita itu sudah berada dirumah sakit.

Pintu mobl terbuka dan keluarlah wanita berusia sekitar 35an dengan penampilan serba mewahnya berlari menghampiri wanita itu.

"Mbak! Mbak gapapa? Mana yang luka? Saya bawa ke rumah sakit ya?" Kata wanita itu khawatir, wanita dihadapannya menggeleng sambil tersenyum lemah.

"Tidak papa. Gausah, saya cuma luka kecil kok, nanti juga sembuh." Jawabnya tulus, Wanita yang berjongkok dihadapannya ini memandang tidak enak pada wanita didepannya.

"Maaf ya mbak! Supir saya gasengaja, mbak jadi luka begini." Kata Wanita itu menyesal, Ibu didepannya menggeleng.

"Saya yang salah mbak, saya tadi lagi melamun. Jadi, ga sadar kalau ada mobil mau lewat." Wanita itu tersenyum.

Wanita yang lebih muda didepannya ini terlihat sedang berpikir, "Mbak mau saya bawa kerumah sakit? Ayo mbak! Gimanapun juga saya harus bertanggung jawab!" Kata Wanita itu lemah lembut.

"Tidak usah. Terimakasih. Saya gapapa." Tolaknya halus.

"Yaudah kalo gitu Mbak saya bawa kerumah saya aja ya, biar saya obatin." Wanita itu pun terlihat berpikir, matanya menelusuri wajah wanita lebih muda didepannya dengan lekat.

Seperti mirip seseorang. Batinnya.

"Mbak! Ayolah, saya gamau lari dari tanggung jawab." Wanita itu memaksa dan akhirnya Ia mengangguk, lalu dibawanya lah oleh wanita muda itu kedalam mobilnya.

❤❤❤❤

"Heh! Yuki! Lu sama Ibu lu kapan mau bayar kontrakan, hah? Ini udah nunggak selama dua bulan. Kalo gamau bayar terpaksa lu berdua angkat kaki dari rumah ini. Karna rumah ini juga ada yang mau ngontrakkin." Bentak wanita setengah baya dengan tampilan serba menornya tengah marah-marah dihadapan Yuki.

Yuki menghela nafas lelah, baru pulang sekolah sudah dicecar dengan pertanyaan kapan bayar kontrakkan, gimana mau jawabnya kalau begini? Mana Ibunya belum pulang. Yuki menghembuskan nafas sekali lagi.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang