Chapter 16 - Ada Apa?

3.1K 248 31
                                    

Dinda keluar dari ruang rawat Yuki dan dengan perlahan berjalan mendekati Stefan dan Maxime yang tengah duduk berdampingan. Terlihat jelas sekali masih ada raut kekhawatiran yang ditunjukkan oleh lelaki berdimpel itu.

Dinda masih bertanya-tanya dengan kejadian yang dialami oleh Yuki, sampai saat ini gadis itu belum sadarkan diri dan memberikan keterangan yang pasti akan kejadian yang menimpanya. Sekelibat ingatan melintas diotak mungilnya. Bayangan hitam itu! Ia melihatnya sebelum acara Pencarian Jejak dimulai dan kejadian yang dialami Yuki beberapa saat lalu memaksanya untuk berpikir keras. Apakah yang dialami Yuki disebabkan oleh bayangan hitam itu? Tapi... Dinda juga tidak tahu apa itu benar bayangan hitam yang Ia lihat atau hanya ilusinya saja.

"Din.." Dinda terlonjak kaget dan tersadar dari lamunannya saat seseorang menepuk pundaknya dan memanggilnya.

Ia berbalik dan didapatinya Stefan tengah menatapnya dengan kedua alis menyatu, "Lo kenapa? Yuki masih belom sadar?" Tanya Stefan. Dinda menggeleng dan berjalan menuju bangku samping ruangan Yuki jauh dari tempat Maxime yang berada di paling ujung. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu, tapi terlihat jelas bahwa Maxime seperti sedang memikirkan sesuatu yang rumit.

Stefan ikut duduk disampingnya dan menghela nafas pelan, "Gue bersyukur banget Yuki masih bisa diselamatkan dan nggak ada sesuatu yang parah sama dia." Kata Stefan pelan, Dinda menoleh kearahnya dan mengangguk tanpa suara.

Stefan mengalihkan pandangannya pada Maxime yang kini sedang menerima telpon dari seseorang sambil memijat pelipisnya dengan sebelah tangan, "Gue tau kekhawatiran Dia. Gimana reaksi Dia waktu tau Yuki hilang dari kelompok kalian. Gue ga ngerti lagi kalo sampe terjadi apa-apa sama Yuki, Dia bakalan ngalamin lagi apa yang udah pernah dia alamin dulu." Kata Stefan. Dinda mengerutkan keningnya bingung, tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh lelaki disebelahnya.

"Maksudnya Dia, siapa?" Tanya Dinda, Stefan menoleh kearahnya seraya tersenyum kecil. "Dia yang menyayangi Yuki." Jawabnya singkat. Dinda memberengut, merasa dipermainkan dan masih penasaran dengan orang yang dimaksud Stefan barusan. Kenapa saat ini otaknya serasa buntu ditengah jalan ya? Dinda jadi tidak bisa berpikir dengan cepat kata-kata Stefan barusan.

"Siapa, sih?" Tanya Dinda sewot karna otaknya masih belum juga menemukan titik temu, Stefan menoleh "Kepo deh." Ledeknya diakhiri kekehan kecilnya.

"Dasar bule gila!" Sewot Dinda sambil beranjak dari tempat duduknya, Stefan tersentak dan ikut berdiri. "Lo mau kemana?" Tanya Stefan menahan lengan Dinda yang hendak berjalan pergi.

"Kemana-mana hatiku senang." Jawabnya asal dan langsung berlari begitu saja saat Stefan melepaskan tangannya, Stefan berdecak seraya mengalihkan pandangannya kearah Maxime.

Stefan berjalan mendekati Maxime dan menyentuh pundaknya, "Lo kalo mau masuk, masuk aja gapapa. Gue sama Dinda ke Cafetaria sebentar." Kata Stefan dan beranjak dari sana. Maxime menatap punggung Stefan yang menjauh dan menoleh kesebelah kirinya. Menatap pintu ruang rawat Yuki yang tertutup. Ia bingung antara mau masuk atau tidak, kalau Ia masuk apa yang akan Ia lakukan didalam? Bagaimana kalo Yuki menyadari keberadaannya disana dan Ia harus melakukan apa kalau sampai itu terjadi? Maxime tidak mungkinkan, memberitahunya kalau Ia dilanda kekhawatiran luar biasa saat gadis itu terjatuh pingsan dipelukannya saat itu? Atau memang seharusnya Ia masuk saja hanya untuk memastikan keadaan Yuki.

Setelah lama menimbang, akhirnya Maxime beranjak dari tempatnya dan berjalan pelan menuju ruang rawat Yuki. Ia membuka pintunya perlahan dan bau obat-obatan langsung menguar dari ruangan serba putih itu.

Ia mengitari pandangannya pada seluruh isi ruangan dan akhirnya terpaku saat menatap sosok gadis yang dicintainya kini tengah terbaring lemah diatas bangkar.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang