Chapter 8 - Kenapa Harus Dia??

3.3K 267 17
                                    

Seharusnya ini apdet buat besok, tapi karna aku dah gatel buat post so you can read this now! Jadi besok aku ga apdet ya. ;)

sambil di play lagunya.

****

Suasana ruang kelas XI IPA 1 yang awalnya ramai oleh para siswa-siswi seketika berhenti saat seorang guru wanita memasuki ruang kelas tersebut.

Semua murid langsung berlarian menuju tempatnya dan memasang wajah serius, seserius sang guru yang kini sedang berdiri didepan kelas dengan wajah sangarnya.

"Gila, bro.. gue liat waktu itu si Daniel kereen banget waktu ngegocek lawannya. Anjir lah!" Seru Riza berapi-api yang sedang duduk di sekitaran meja Maxime bersama Kevin dan Ahyar. Stefan yang berada di depan meja Maxime juga berbalik badan menghadap Mereka yang sedang sibuk bercerita.

"Lhaa, kerenan jagoan gue kali, Za. Dia bisa ngegocek sama nyundul sekaligus." Stefan nimbrung sambil memainkan kertas dimeja Kevin dan membentuknya menjadi bulat.

Riza dan Ahyar pun langsung melongo setelah mendengar ucapan Stefan. Maxime dan Kevin yang sudah menyadari sudah ada guru memilih tidak ikut campur dan memandang lurus kedepan membiarkan ketiga sahabatnya ini asik bercerita.

"Lha? Bisa gitu ngegocek sambil nyundul? Pan bolanya lagi digocek, nah itu dia nyundul apaan kalo gitu?" Tanya Riza dengan tampang bloonnya, Ahyar yang saat itu sedang lemot otaknya juga mengangguk setuju.

"Bisa lah. Kan dia nyundul tiang gawangnya bukan bolanya. Emang tadi gue bilang dia nyundul bolanya." Jawab Stefan santai dengan wajah serius, seketika wajah Ahyar dan Riza yang semulanya penasaran kini memasang wajah datar.

"Kampret! Lu bego apa tolol, nyet." Ahyar melempar kepala Stefan dengan kertas yang sudah di bentuk menjadi bulat dengan sepenuh hati. Rasa-rasanya pengen nyeburin si Stefan ke rawa-rawa kalo begini, katanya dalam hati.

"Lah, kenapa emangnya? Gue bener kan! Yeee!" Stefan berseru senang dibalas delikan tajam oleh Riza dan Ahyar.

"Au amat lah gelap! Serah lu, nyet." Riza menggelengkan kepalanya seraya berdecak.

Stefan tertawa kencang membuat semua murid langsung menoleh kearahnya.

"Ehekm! Ehekm!" Suara deheman seseorang disuasana yang hening membuat ketiganya berjengit kaget. Lalu dengan kompak ketiganya berbalik, dan pada saat itu juga tatapan tajam dengan mata melotot ala Bu Rosi menjadi santapan utama Mereka.

"Kalian bertiga maju kedepan!!" Perintah Bu Rosi yang langsung membuat ketiganya menciut.

....

"Kalian bertiga! Saya suruh angkat kaki kalian bukan angkat tangan!" Sentak bu Rosi saat melihat Ahyar, Stefan dan Riza sedang mengangkat kedua tangan Mereka karna pegal sedari tadi memegang kedua telinga dengan menyilangkan tangan Mereka.

"Pegel bu, elah! Saya ngulet bentar!" Elak Riza dengan wajah melasnya membuat semua siswa menahan tawa Mereka.

Maxime dan Kevin hanya menggelengkan kepala heran dan tertawa pelan saat melihat tingkah ketiga sahabatnya yang benar-benar absurd.

Mereka bertiga memang sering sekali mendapatkan hukuman hanya karna sering mengobrol dikelas, dan membahas masalah yang ga penting membuat guru-guru yang saat itu sedang mengajar merasa terganggu dan menghukum Mereka karna tidak memperhatikan materi yang sedang diajarkan.

Dan saat ini melihat Mereka dihukum seperti itu sudah menjadi hal yang biasa untuk dilihat.

Yuki tertawa kecil saat melihat Stefan mengembungkan Pipinya dengan kedua tangan berlipat memegang kedua telinganya serta satu kaki diangkat.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang