Chapter 4 - Meet Him

4.9K 296 25
                                    

Gomen yaaa baru apdet -______- mood nulis lagi naik turun muluuu, ditambah ide yang nge stuck disitu-situ aja.. bikin aku gamon deh. >.< hehe..

PART INI GAJELAS BIN ABSURD BIN JELEK BIN FREAK BANGEEETT!!! Maapkeun. -________-

Sorry for typo(s)!!

And

E N J O Y ! ! ! !

CIIIITTTTT

"Dah sampe.."

Yuki turun dari sepeda Stefan dan berjalan kehadapan cowok itu. Stefan memandang rumah kecil dihadapannya dengan pandangan nanar, Lalu matanya beralih saat Yuki berdiri disampingnya tersenyum manis.

"Makasih ya, Stef. Lagi-lagi gue ngerepotin lo, padahal ini baru hari pertama gue masuk sekolah. Hehe..." ucap gadis itu membuat Stefan tersenyum lebar, kedua tangannya yang masih menyangga di stang sepeda terlepas dan bersidekap.

"Berapa kali sih mesti gue bilang, selagi gue bisa bantu ya bakalan gue bantu." Kata Stefan dengan wajah pura-pura betenya, Yuki menunduk memandang sepatunya menahan senyum. Stefan menatap Yuki dengan berbinar, gadis satu ini benar-benar membuatnya kagum dari pertama kali Ia melihatnya.

"Tapi gue ga bisa bales semua kebaikan lo." Kata Yuki mendongak memandang Stefan. Stefan terdiam, entah apa yang sedang dipikirkannya namun akhirnya senyuman lebar tersungging di bibir tipisnya.

"Gimana kalo lo jadi temen gue aja." Kata Stefan membuat Yuki menoleh cepat kearahnya, kedua alisnya berkerut bingung.

"Ugh?"

"Masalah The Venue? Gue yakin lo udah tau tentang temen-temen gue itu dari Dinda." Kata Stefan lagi membuat Yuki mengangkat kedua alisnya heran, kenapa Stefan bisa tahu?

"Tenang aja, masalah itu biar gue yang urus. Asal lo mau jadi temen gue." Kata Stefan, Yuki terdiam. Tidak masalah kalau dia harus berteman bahkan bersahabat dengan Stefan, tapi yang jadi masalahnya adalaaahh.... apakah anggota The Venue yang lainnya akan tinggal diam saja melihat sahabatnya dekat dengan cewe miskin sepertinya? Apalagi melihat si ketuanya yang terlihat bossy itu, ya siapa lagi kalau bukan Maxime. Dari raut mukanya saat melihat Yuki saja seperti mau menelan Yuki hidup-hidup. Apalagi nanti jika Ia tahu bahwa teman satu gengnya dekat dengan Yuki. Lagian, Yuki gamau terlalu berurusan dengan geng fenomenal itu, tapi melihat Stefan yang sepertinya tulus ingin berteman dengannya membuatnya harus berurusan dengan Mereka, walau Stefan bilang masalah Mereka biar Stefan yang urus tapi setidaknya, akan terlihat aneh jika nantinya disekolah Yuki dan Stefan terlihat akrab satu sama lain, sementara kata Dinda, The Venue itu gak sembarangan memilih teman, sudah pasti Mereka akan berteman dengan yang sederajat. Dan kalau Mereka tahu jika salah satu temannya berteman dengan Yuki sudah Pasti The Venue langsung menendangnya jauh-jauh.

"Hey." Yuki tersentak saat Stefan menyentuh bahunya dan dengan cepat menatap cowok itu.

"Iya?"

"Gimana?"

"Gada pilihan lain buat nolak kan?"

"Gada. Dan gue ga menerima penolakan." Yuki terkekeh dan Stefan balas tersenyum manis.

"Oiya, lo mau mampir dulu atau mau langsung balik?" Tawar Yuki setelah Mereka terdiam selama beberapa detik.

"Emm, udah sore Gue mau langsung balik." Tolak Stefan halus, Yuki mengangguk samar dan berucap dalam hati. Siapa juga yang mau mampir di rumah kecil, jelek dan kumuh persis seperti gubuk ini?

"Gue bukannya gamau mampir kerumah lo dulu, tapi beneran gabisa untuk hari ini. Mungkin next time." Kata Stefan tiba-tiba membuat Yuki tersadar dan dahinya mengernyit bingung, kenapa Stefan seolah-olah bisa membaca pikirannya?

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang