Chapter 11 - Behind His Past

3.2K 245 13
                                    

Aku cepet banget kan apdetnya, hohohoo.... gapapa lah aku udah gasabar mau masuk konflik? Tapi sebenernya ini udah masuk konflik sih wohoo tapi masih samar-samar. Menurut kalian alurnya ini kecepetan atau malah terkesan lambat? Huaahhh kok aku merasa ini lama banget yaa, udah chapter 11 tapi cerita masih disini-sini aja. >„< *garuktembok* sebelumnya aku udah bilang kalo cerita ini makin gaje, jadi sekarang aku bilang lagi, maaf aja yaa ceritanyaa selalu gaje. :')

Yaudin, nikmatin aja prosesnya. Selamat membaca^^

*****

Stefan mengikuti gadis didepannya yang berjalan sambil celingukan kesana kemari entah mencari apa. Bukankah tadi gadis itu izin ke toilet untuk membersihkan wajahnya setelah habis menangis? Tapi kenapa Ia malah berbalik arah dan menyusuri tiap koridor kelas dan seperti mencari seseorang?

Stefan memang mengikuti Yuki saat Ia merasa gadis itu sudah lama pergi ke toilet dan tidak kembali hingga jam pelajaran pertama habis, Ia takut terjadi apa-apa dengan gadis itu disaat kondisinya yang sedang tidak baik.

Dilihatnya, Yuki berbelok arah menuju taman belakang sekolahan yang terletak di paling ujung gedung sekolah. Ia berjalan pelan dan bersembunyi dibalik tembok saat melihat Yuki yang hanya diam berdiri tidak jauh dari seseorang yang tengah duduk disalah satu bangku disana.

Stefan mengatupkan bibirnya saat Yuki berjalan pelan hendak menghampiri Maxime dengan ragu, sampai akhirnya gadis itu berhenti didekat lelaki itu. Dan Stefan mendengar apa yang digumamkan Maxime hingga membuat Yuki menghentikkan niatnya yang ingin menghampiri sahabatnya itu.

Stefan mengamati dengan jelas bagaimana raut wajah keduanya yang sama-sama menyorotkan luka dan kesedihan yang mendalam, entah karna apa tapi Stefan bisa melihatnya? Bagaimana Yuki menatap punggung Maxime yang saat itu sedang menundukkan kepalanya. Dan bagaimana cara gadis itu mundur perlahan masih menatap kosong kearah Maxime.

Stefan menyembunyikan dirinya saat Yuki berbalik dan pergi dari tempat tersebut, Ia menatap punggung gadis itu yang kini sudah berjalan menjauh menyusuri koridor kelas dengan lesu. Ia bingung apakah harus mengikuti gadis itu atau menemui Maxime saat ini dan menanyakan pertanyaan yang sedari tadi bercokol dibenaknya? Berkaitan dengan apa yang lelaki itu gumamkan barusan hingga membuat Yuki mengurungkan niatnya untuk menemui sahabatnya itu.

Stefan berbalik dan menatap Maxime yang masih menundukkan kepalanya. Sampai akhirnya, Ia memutuskan untuk membiarkan Yuki pergi dan menghampiri sahabatnya itu. Berniat menanyakan suatu hal yang membuat sahabatnya itu terlihat sangat menyedihkan saat ini.

....

"Max..." Stefan berjalan menghampiri Maxime membuat lelaki itu mendongak kaget dan menatap Stefan yang berdiri menjulang didepannya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Maxime pelan, Ia membenarkan posisinya dan bersandar pada pangkal bangku.

Stefan beranjak duduk disebelahnya dan menumpu kedua lengannya di kedua lutut kakinya, matanya jatuh pada rumput dibawah dan pertanyaan yang bercokol didalam benaknya pun akhirnya keluar.

"Lo masih mikirin Nimaz?" Tanya Stefan telak membuat Maxime menoleh dengan cepat kearah sahabatnya itu, Stefan menoleh ke balik bahunya dan Ia tahu saat ini Maxime pasti terkejut akan pertanyaannya barusan.

"Lo kenapa nanya gitu?" Tanya Maxime datar, Ia mengalihkan pandangannya dari Stefan dan menatap lurus kedepan.

Stefan terkekeh, "Karna gue sahabat lo! Kita kenal bukan cuma sehari dua hari, Max. Lo sahabat gue sejak kecil bahkan sampai saat ini hingga seterusnya, dan kalau gue ngeliat lo seperti ini, gue bisa menyimpulkan kalau lo masih belom ngelupain Nimaz?" Tutur Stefan menatap Maxime disebelahnya, dilihatnya bahu sahabatnya itu menurun perlahan dengan pandangan kosong kedepan. "Gue gatau." Lirihnya.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang