Menepati janjiku kemarin. hari Ini ku update PL!!
SELAMAT MEMBACA!
And give your feedback...*****
Suasana mendadak makin kalut saat kedatangan Prilly yang berlari menyusuri lorong rumah sakit dan langsung memeluk Mama nya, menangis pilu didalam dekapan sang Mama sementara Ali hanya diam disamping tubuh Prilly.
Maxime yang menyadari hal itu pun melepaskan pelukannya pada Yuki dan melihat sang adik yang kini tengah menangis kencang dipelukan sang Mama. Ia berjalan pelan menuju Prilly dan memeluk kedua wanita kesayangannya itu sekaligus. Menenangkan Mereka, karena sebagai anak lelaki tertua Ia harus menjadi yang paling tegar diantara Mereka.
Yuki yang melihat pemandangan didepannya pun menangis dalam diam, ditutup mulutnya dengan sebelah tangan seraya mengalihkan pandangannya kearah lain. Menahan sesak yang entah kenapa makin terasa begitu nyata saat ini. Keadaan Faisal didalam belum kunjung mendapatkan informasi lebih lanjut dari sang dokter padahal sudah berjalan selama hampir lebih dari satu jam beliau diperiksa.
Pintu bercat putih tersebut pun terbuka dan Maxime langsung melepaskan pelukannya. Ia berjalan menghampiri sang dokter menanyakan keadaan sang Papa.
"Gimana keadaan Papa saya dok? Dia baik-baik aja, kan?" Tanya Maxime cemas, dokter didepannya mengela nafasnya pelan seraya melepaskan kacamatanya.
"Benturan dikepalanya cukup keras sehingga membuatnya kehilangan kesadaran. Dan kondisinya saat ini sedang kritis. Pendarahan yang dialaminya juga cukup parah sehingga beliau sangat membutuhkan banyak darah." Jelas sang Dokter panjang lebar, Wanda semakin menangis ditempatnya yang langsung dipeluk oleh Prilly.
Maxime melirik Mama nya sejenak dan kembali beralih ke dokter didepannya.
"Terus, gimana dok? Lakukan yang terbaik untuk keselamatan Papa saya." Kata Maxime lagi, Dokter tersebut mengangguk dan menepuk pundak Maxime pelan.
"Kita akan melakukan yang terbaik. Kalian berdo'a saja." Ujar sang Dokter dan berbalik kedalam untuk memeriksa keadaan Papa nya.
...
"Gimana, sus?" Tanya Dokter saat melihat suster sedang memeriksa kondisi pasien. Suster tersebut berjalan kearah sang dokter dengan wajah panik.
"Maaf, dok. Tapi persediaan darah di rumah sakit sedang habis untuk golongan darah yang sama dengan pasien. Kita belum mendapatkan stoknya lagi." Kata suster tersebut, dokter itu pun mengangguk mengerti, dan berpikir sejenak, akhirnya Ia berbalik dan keluar ruangan untuk menemui keluarga pasien.
Maxime berjalan menghampiri sang dokter dan menanyakan keadaan sang Papa nya lagi.
"Maaf, Mas.. tapi persediaan darah di rumah sakit ini untuk golongan darah yang sama dengan pasien sedang habis. Apa salah satu dari kalian ada yang mau mendonorkan darahnya untuk pasien?" dokter itu pun mengalihkan tatapannya kebeberapa orang disana.
Maxime terdiam, sadar bahwa golongan darahnya dengan sang Papa tidak sama dan membuatnya tidak bisa mendonorkan darahnya kepada beliau. Prillly tentu tidak bisa karna Ia memiliki riwayat darah rendah begitupun dengan sang Mama.
Tanpa terduga, Yuki mengacungkan tangannya, "Saya dok ..." Ujarnya.
Dokter tersebut pun mengangguk dan menyuruh Yuki untuk mengikuti suster yang berada disebelahnya menuju ruangan tempat pengambilan darah.
Maxime menatap kepergian Yuki dengan tatapan tak terbaca. Dan akhirnya, tanpa kata Ia pun berjalan mengikuti gadis itu menuju ruangan pemeriksaan terlebih dahulu.